BAB 4

1K 38 0
                                    

Fikih untuk Wanita:
http://tlgrm.me/fiqihwanitamuslimah

PERTEMUAN 87
KAJIAN FIKIH

Dari kitab:
Fiqhu Al-Mar'ati Al-Muslimati

Penulis:
Asy-Syaikh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin _رحمه الله_

بسم الله الرحمن الرحيم
الحمدلله والصلاة والسلام على رسول الله وعلى اله وصحبه ومن والاه، أما بعد:

Saudaraku seiman, semoga rahmat Allah dilimpahkan kepadaku dan kepada kalian semua. Amin

Akhawati fillah, kita lanjutkan kajian fikih, masih pada BAB SIFAT SHALAT:

Ketika ruku' hendaklah  banyak memuji Allah ta'ala,  kemudian I'TIDAL mengangkat kepala sambil membaca:

*سَمِعَ اللّٰهُ لِمَنْ حَمِدَهُ*

"Allah mendengar orang yang memuji-Nya." (HR. Bukhari dan Muslim)

Sambil mengangkat kedua tangan setinggi bahu atau setinggi ujung (paling atas) kedua telinga.
Dan meletakkan tangan kanan di atas lengan kirinya ketika berdiri/i'tidal, berdasarkan perkataan Sahl bin Sa'ad,

*كان الناس يؤمرون أن يضع يده اليمنى على ذراعه اليسرى في الصلاة*

"Manusia diperintah untuk meletakkan tangan kanannya di atas lengan kiri ketika shalat." (HR. Ahmad dan Bukhari)

Perintah tersebut umum, yakni ketika berdiri, kecuali ketika sujud, duduk, dan ruku' karena
ketika sujud, tangan diletakkan di tanah
ketika duduk, tangan diletakkan di atas paha
ketika ruku', tangan diletakkan di lutut.

Maka ketika berdiri, baik ketika sebelum ruku' ataupun setelah ruku'/i'tidal termasuk dalam keumuman perintah, seperti lafazh dalam hadits Sahl,

*في الصلاة*

"Di dalam shalat."

Yakni perintah untuk meletakkan tangan kanan di atas lengan kiri (bersedekap) ketika posisi BEDIRI dalam shalat.

Keterangan pen.:

"Posisi tangan ketika I'TIDAL ada KHILAF di kalangan para ulama', ada dua pendapat:

1. Tangan kembali bersedekap ketika i'tidal, pendapat ini yang dipilih oleh Asy-Syaikh Utsaimin رحمه الله.

2. Tangan turun ke samping tubuh (tidak bersedekap) ketika berdiri i'tidal, ini pendapat yang dipilih oleh ulama yang lain selain Asy-Syaikh 'Utsaimin رحمه الله."
(selesai ket pen.)

Ketika i'tidal, setelah mengangkat kedua tangan, membaca,

  *رَبَّنَا لَكَ الْحَمْدُ*

"Rabb kami bagi-Mu segala pujian."  (HR. Bukhari dan Muslim)

Atau membaca,

  *رَبَّنَا وَلَكَ الْحَمْدُ*

"Rabb kami, dan bagi-Mu segala pujian."  (HR. Muttafaqun 'alaihi)

Atau membaca,

*اللّٰهُمَّ رَبَّنَا لَكَ الْحَمْدُ*

"Ya Allah Rabb kami, bagi-Mu segala pujian." (HR. Muttafaqun 'alaihi)

Atau membaca,

*اللّٰهُمَّ رَبَّنَا وَلَكَ الْحَمْدُ*

"Ya Allah Rabb kami, dan bagi-Mu segala pujian." (HR. Bukhari)

Ini adalah 4 sifat (bacaan ketika i'tidal), akan tetapi  jangan membaca semuanya di waktu yang bersamaan, akan tetapi bacalah secara bergantian, kadang membaca yang ini dan di lain waktu membaca yang itu.
Ini adalah QAIDAH yang seharusnya difahami oleh thalibul ilmi:  'Bahwa ibadah apabila ada riwayat yang banyak dan bermacam-macam, maka hendaklah ibadah tersebut dikerjakan mengikuti semua riwayat yang ada, sesekali dengan cara ini dan kali yang lain dengan cara yang itu.
Dan cara seperti ini ada 3 faedah:

1. Menjalankan As-Sunnah dengan semua cara yang ada riwayatnya.

2. MEMELIHARA As-Sunnah, sebab jika kamu mengabaikan salah satu dari sifatnya, maka kamu akan melupakannya.

3. Agar supaya amal perbuatan seseorang yang menjalankan sunnah tidak dianggap sebagai kebiasaan atau rutinitas, karena kebanyakan manusia jika hanya memilih satu saja dari amalan sunnah, maka dia mengerjakannya sebagai rutinitas sehingga tidak dihayati atau tidak disadarinya, akan tetapi jika dia membiasakan diri untuk berganti-ganti dalam bacaannya, kadang membaca yang ini dan kadang membaca yang itu, maka ini akan menjadikan dia memerhatikan sunnah yang dia kerjakan.

Apabila seseorang shalat sebagai MAKMUM maka dia
tidak membaca,

*سَمِعَ اللّٰهُ لِمَنْ حَمِدَهُ*

Berdasarkan sabda Nabi صلى الله عليه وسلم, "Apabila imam membaca sami'allahu liman hamidah,  maka kalian ucapkanlah,_

*اللّٰهُمَّ رَبَّنَا وَلَكَ الْحَمْدُ."*
(HR. Muslim)

Itu dibaca ketika mengangkat kedua tangan dari ruku' sebelum berdiri tegak.

Setelah membaca Rabbana walakal hamdu dengan 4 sifatnya, lalu membaca,

*مِلْءَ السَّمَاوَاتِ وَمِلْءَ الْأَرْضِ وَمَا بَيْنَهُمَا وَمِلْءَ مَا شِئْتَ مِنْ شَيْءٍ بَعْدُ، أَهْلَ الثَّناَءِ وَالْمَجْدِ، لاَ مَانِعَ لِمَا أَعْطَيْتَ، وَلاَ مُعْطِيَ لِمَا مَنَعْتَ، وَلاَ يَنْفَعُ ذَا الْجَدِّ مِنْكَ الْجَدُّ* رواه مسلم

"(Ya Allah Rabb kami bagi-Mu segala puji), sepenuh langit dan sepenuh bumi serta sepenuh yang ada di antara keduanya, dan sepenuh apa yang Engkau kehendaki setelah itu, Engkau yang berhak mendapat sanjungan dan kemuliaan. Tidak ada yang menahan apapun yang Engkau berikan dan tidak ada yang memberi sesuatu yang Engkau halangi, dan tidak memberi manfaat  kepada si kaya, kekayaan daripada-Mu." (HR. Muslim)

Kemudian BERTAKBIR untuk SUJUD tanpa mengangkat tangan...
Bersambung insya Allah

Diterjemahkan oleh Al-Ustadzah Ummu Abdillah Zainab bintu Ali Bahmid hafizhahallah pada hari Selasa, 8 Shafar 1438 H / 8 November  2016 M

FIQIH AL MAR'AH AL MUSLIMAHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang