Relationship Goals

1.5K 128 21
                                    

"Kau berikan aku cinta..."

"Berikan aku rasaa..."

"Kau terindah di hidup ku...
Terbaik tuk dirikuuu..."

"Gombal lo ya?"

"Nggak. Gue kan nyanyi," jawab Daffa santai. Ia melirik Zeva sekilas. Senyumnya terbit begitu saja.

Hubungan mereka sudah berjalan hampir setahun. Tepatnya sebulan lagi mereka akan merayakan anniversary pertama. Daffa sebenarnya tak menyangka mereka akan bisa melalui semua hal sampai di titik ini.

Jarak yang ia kira akan jadi pengganjal hubungannya dengan Zeva ternyata tak berpengaruh apa-apa. Zeva benar-benar memberikan kepercayaan penuh padanya, jauh dari bayangannya dulu jika Zeva akan gampang curigaan.

Hubungan mereka juga tak selamanya mulus. Ada kalanya mereka bertengkar berhari-hari tanpa ada komunikasi. Tapi, entah ia atau Zeva yang berinisiatif saling mengunjungi, untuk bertemu dan membicarakan permasalahan mereka.

Zeva benar-benar berbeda seperti apa yang terlihat. Cewek itu mungkin punya tatapan mata jutek dan wajahnya lebih sering cemberut. Tapi, jika berurusan tentang perasaan Zeva bisa jadi lebih jauh bijak.

Banyak hal yang Daffa pelajari dari sosok Zeva. Dari segala kesederhanaannya, keramahannya sampai kepeduliannya pada lingkungan dan juga kegiatan sosial.

Daffa benar-benar bersyukur atas kehadiran Zeva dalam hidupnya.

"Kenapa ngelihatin gue kayak gitu?"

Daffa mengerjapkan mata beberapa kali dan tersenyum. Tangannya menarik kepala Zeva mendekat dan memberikan satu kecupan ringan di puncak kepalanya.

"Sayang."

Zeva mendengus tapi kemudian tersenyum juga. Ia selalu suka saat Daffa mengungkapkan perasaannya. Rasanya ada ribuan kupu-kupu berterbangan liar di perutnya. Dan itu terjadi tiap kali Daffa mengatakannya selama hampir sebelas bulan ini mereka bersama.

"Udah selesai?" tanya Daffa lagi.

Zeva menggeleng. Sebelum mematikan laptopnya.

"Nggak konsen gara-gara lo lihatin," jawabnya jujur.

"Terus gimana? Lo kan ditungguin editor."

"Nggak pa-pa. Tinggal dikit lagi kok."

Zeva memasukkan laptopnya dalam tas dan mendekatkan diri pada Daffa lalu bersandar di pundak cowok itu.

Dua pasang mata itu menatap ke arah langit yang memunculkan semburat kekuningan. Burung-burung berterbangan dari pohon dan menambah kemegahan matahari terbit pagi itu.

Pagi yang entah sudah keberapa kalinya mereka saksikan bersama. Kali ini Daffa memilih tempat yang lumayan jauh. Di tepi pantai yang masih jarang dijangkau masyarakat. Perjalanan mereka menghabiskan waktu setengah hari.

"Makasih," bisik Zeva pelan.

Daffa menoleh. Menatap Zeva yang juga sedang mendongak memandangnya.

"Sama-sama, sayang."

Zeva tersenyum lebar dan beringsut ke pelukan Daffa. Keduanya bersandar pada jok tengah mobil Daffa. Pintu bagasi Daffa yang dibuka dan dua kursi bagian belakang yang dilipat memberikan space yang lumayan besar untuk keduanya duduk.

"Sebelas bulan rasanya cepet ya, Daf?"

"Iya. Gue juga ngerasa gitu dan itu karena sama lo," jawab Daffa dengan kekehan.

"Gue selalu seneng tiap kali lo nyempetin waktu buat gue. Nemenin gue ngetik dan bawa gue buat lihat matahari terbit," ungkap Zeva dengan senyuman.

"Itu nggak sebanding sama keberadaan lo di hidup gue, Zeva sayang."

Daffa menatap Zeva lekat tepat di mata. "Tiap saat rasanya gue selalu bersyukur buat kehadiran lo di hidup gue. Kesediaan lo buat percaya sana gue dan selalu ngertiin gue."

"Uw, so sweet."

Daffa terkekeh. "Sebelas bulan ini adalah sebelas bulan yang menyenangkan dan gue harap bisa terus sebahagia ini sampai tahun-tahun berikutnya."

Zeva mengulum senyumnya. "Jangan nyerah atas gue ya, Daf. Ingetin gue kalau gue udah kelewatan. Sabarin gue kalo gue udah mulai keras kepala. Marahin gue kalau gue udah kehilangan diri gue sendiri," ujar Zeva penuh makna.

Daffa mengangguk mantap. "Iya. Lo juga harus punya stok kepercayaan yang banyak buat gue. Jangan pernah ragu kalo hati gue cuma buat lo."

"Iya. I love you."

"I love you, too."

Daffa mengecup dahi Zeva sekali lagi sebelum kemudian membenamkan kepala Zeva di lekukan bahunya.

"Kita kayak relationship goals banget ya."

"Sok relationship goals ini sih."

"Anak jaman sekarang apa-apa dibilang goals."

"Relationship goals tuh kalo bisa saling ngertiin dan percaya satu sama lain. Bukan dari apa yang udah dilakuin dan dipamerin di medsos."

"Kayak kita gini ya?"

"Dih."

"Buat gue sih, kita udah relationship goals."

"Nggak perlu goals-goals segala. Buat gue asal lo selalu di samping gue itu udah cukup."

"Lo jadi sok romantis, Zeva sayang."

"Kan lo yang ngajarin."

One ChanceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang