31

7.4K 1.5K 98
                                    


Setelah gue minta keringanan sama orang itu. Mereka akhirnya deal kalau itu bakal gue cicil selama sebulan. Kalau gue gak ngelunasin hidup gue sama Jaewon gak bakal tenang lagi.

Mereka pergi dan meninggalkan gue dan Jaewon di rumah ini. Gue mendekati Jaewon yang udah terkapar. Gue langsung mengompres dan membersihkan luka yang ada.

Lama-lama pun Jaewon bangun merintih kesakitan." Ahh.."

Gue cuma fokus buat ngebersihin luka yang ada. Setelah itu selesai pun gue berdiri untuk menaruh segala tetek bengek peratan yang tadi gue pakai ke dapur tapi gue ditahan sama Jaewon.

"Lo kenapa baru dateng pas gue udah di gebukin kayak gini? Lo seneng gue babak belur kayak gini?"

"Jaewon, kalau gue seneng lo babak belur kayak gini, apa gue mau ngobatin lo?"

"Tapi kenapa lo baru dateng?!" Jaewon berteriak dan melempar peralatan yang gue pegang sampai gue hanya bisa diam. "BISA JAWAB GAK? LO PUNYA MULUT KAN?!"

"Handphone tadi gue silent Jaewon.. dan gue gak kayak dulu yang kerjaannya cuma kuliah.."

"Lo gak usah bohong."

"Gue gak bohong.."

"Dimana lo kerja sekarang?"

Gue gak mau kasih tau Jaewon dimana gue kerja sekarang. Kalau gue kasih tau yang ada dia bakalan seenaknya dateng ke kantor dan ngelakuin hal yang diluar dugaan gue.

"Di kantor Papi gue.."

"Lo ngomong apa aja sama bandar tadi?"

"Sejak kapan lo make barang dan gak bisa bayar?"

"Sejak pisah sama lo. Sejak pisah sama lo gak ada yang bisa nanggung hidup gue. Maka dari itu gue mau lo balik ke gue dan seperti dulu."

"Tapi maaf gue gak bisa kayak dulu."

"Lo inget kan ada sesuatu yang pastinya gak bakal Papi Mami lo tau? Itu terserah dari lo."

"Jaewon, lima puluh juta. Lo gila? Lo kira bokap gue punya bank? Mikir Jaewon, plis."

"Lo udah kerja kan? Ya lo tinggal minjem lah sama kantor lo." Dengan enaknya dia ngomong seperti itu. Gue udah pulang lebih awal dari semua temen di divisi gue padahal di hari pertama gue buat dia doang.

"Gue baru sehari kerja disana. Dan lo jangan gila. Yang ngutang lo bukan gue."

"Mau gak mau lo harus bayar. Kalau enggak siap-siap aja lo."

Gue cuma bisa mendengarkan dia sambil membersihkan serakan barang yang tadi di lempar Jaewon. Jam udah menunjukan angka 12:00 dan gue harus balik. Handphone gue udah mati pasti orang rumah nyariin gue. Apalagi Papi.

"Gue balik."

"Jangan lupa ucapan gue." Itu yang terakhir gue denger dari dia.

Mungkin karena sekarang udah jam dua belas malam lewat, jalanan jadi lancar jaya. Bukannya pulang gue malah ke area balapan.

Kalau lagi kayak gini tuh gue butuh distraksi.

"Nabila?!"

Gue menengok kebelakang dan menemukan Kai berjalan ke arah gue.

"Ngapain lo?!"

"Ketemu sama lo he he."

"Gak lucu." Ucap gue dan Kai menjadi diam.

"Mau gak?" Tawar Kai sambil memberi plastik yang berisi makanan. "Gak, makasih."

"Nab, lo kenapa sih? Gue kan minta maaf kalau emang gue salah."

Circle ; Jongin✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang