"Jangan pernah kemana-mana, selalu disamping gue. Karena sekali lo ninggalin gue itu bakal berdampak besar bagi diri gue dan bahkan gue akan merusak diri gue sendiri."
"Jangan ngaco."
Gue berucap dan selanjutnya yang dilakukan sama Kai pun diluar dugaan gue. Kai menarik gue sehingga material basah kita berdua pun bertemu. Gue terkejut, bukan lagi. Disaat gue ingin mendorongnya juga gak bisa karena satu tangan Kai menahan kepala gue dan satunya lagi membawa badan gue agar lebih dekat dengannya.
Dari mulai hanya menempel sampai lumatan kecil yang dilakukannya membuat gue semakin gila. Apa benar dia udah berubah atau gue hanya pelampiasan?
Walau dia aktif dalam hal ini. Gue lebih memilih pasif dan hanya sesekali menciumnya. Sampai mungkin dia merasa gue gak begitu menikmati ciuman ini, dia melepasnya. Gue maupun dia juga terengah-engah. Dahinya masih menempel dengan dahi gue. Matanya pun melekat melihat ke arah gue.
"Gue bener-bener jujur. Seandaikan kalau memang di otak lo masih gak percaya. Gue bakal buktiin sama lo, kalau omongan gue bisa lo pegang."
Gue masih diam dan sampai akhirnya tangan Kai mengelus kepala gue.
"Yaudah, masuk sana. Besok lo masih kerja. Besok biar gue jemput atau? Lo mau berangkat sendiri dulu?"
"Sendiri." Ucap gue secara refleks.
"Okey, istirahat yang cukup. Kalau ada apa-apa telpon gue aja. Tapi gue mohon setelah ini jangan ada kejanggalan kalau kita ketemu." Ucapnya yang gue angguki lalu bersiap keluar. Sebelum keluarpun gue mengucapkan hati-hati dijalan.
Gue masuk ke rumah dengan keadaan blank. Sampai-sampai orang rumah yang manggil gue pun gak gue ladenin. Gue tetep berjalan ke kamar.
Sebenernya gue gak marah atau apapun sama Kai. Gue gak jijik atau apapun. Tapi ya gue merasa aneh aja. Ya gimana ya? Maksud gue juga kita kayak baru kenal sebulanan dan tiba-tiba dia merasa kenal banget sama gue walaupun ya emang apapun itu dia tau. Tapi ya aneh aja...
Gue masih berkutat dengan pikiran gue sampai telpon gue berbunyi.
"Halo?"
"Jangan dipikirin banget apa yang gue omongin tadi. Jangan dijadiin beban ya,"
Gue kaget dan pas gue liat telpon gue ternyata Kai.
"Ha? Enggak. Bukannya terbebani tapi ya aneh.."
"Yaudah mending istirahat. Mandi bersih-bersih terus tidurr. Jangan mikirin yang aneh-aneh lagi, oke?"
"Hemm,"
"Yaudah, dadahhhh." Dan setelahnya telpon dari dia mati dan gue langsung mandi dan istirahat.
Sudah seminggu gue gak bertemu dengan Kai semenjak kejadian waktu itu. Hari ini gue kembali bersiap untuk kerja. Gue keluar dari rumah di sambut oleh suara Mas Sukontol.
"MBAKKKK EE!!"
"Ha? Apaan?"
"Wes jalan sendirian?"
"Iya."
"Yang kemaren kemana?"
"Siapa?"
"Itu yang jemput kemaren?"
"Oh, gak jemput dia. Gue yang suruh."
"Mbaknya gak berjalan lancar yo sama mas nya?"
"Apadah, gue aja sama dia gak ada apa-apa."
"Kok mbak bete sih? Kan saya cuma nanya," jawab Mas Sukon yang gue bodo amatin dan lebih memilih berjalan ke mobil.
Gue mengendarai mobil dengan tenang sampai suara telpon gue berbunyi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Circle ; Jongin✔️
Fiksi PenggemarMau kemana gue pergi pun kayaknya gue akan selalu berada di jangkauan semua orang. fak, why? Warn : to much harsh words