Kita semua langsung balik kerja setelah makan siang tadi. Lumayan banyak sih kerjaan ini, tapi gue bisa nyelesaiinya dengan cepat.Sekarang jamnya pulang kerja, gue membereskan barang-barang gue dan bersiap pulang. Begitu juga dengan teman-teman satu divisi gue.
Gue keluar dari kantor dan langsung menuju lobby. Baru mau nyari mobil gue, tapi gue keinget kalau mobil gue dibawa sama Kai. Akhirnya gue memesan kendaraan online buat pulang. Tapi ketika gue ingin memesan ada suara yang membuat gue melihat dia.
"Grep nya udah dateng bu."
"Lo gak pulang?" Tanya gue ke Kai yang tiba-tiba dateng nyengir kayak tanpa dosa.
"Pulang kok!"
"Kalau pulang kenapa gak ganti baju? Lo belom mandi kan pasti! Bau tau!"
"Hehe iya, udah ayo masuk. Jalanan macet lhooo," ucapnya dan akhirnya gue langsung menunu kursi pengemudi dan membuka pintunya.
"Turun." Titah gue tapi Kai cuma ngeliat gue mengerinyit.
"Ngapain?"
"Turun."
"Gak mau." Tolaknya dan gue langsung mengigit lengannya.
"AHHH! AHHH IYA IYA SAKIT!!!"
"Makanya turun! Duduk di sana! Biar gue yang nyetir! Gak ada penolakan atau gue bakal marah banget sama lo?!"
"Ish! Iya iya!"
Akhirnya dia pindah gue mengendarai mobil gue. Gue menjalankan dengan Kai yang melihat gue terus-terusan di samping gue yang bikin gue agak risih.
"Jangan liatin mulu."
"Pemandangan disebelah masa di sia-sia in?"
"Sorry, gak ada receh."
"Haha ngambekk mulu kerjaannya," ucapnya sambil mengacak rambut gue halus.
"Mck, berantakan!"
"Ya ampun, sini diberesin lagiii," ucapnya sambil membenarkan rambut gue.
"Udah makan belum?"
"Belum. ADUH! Lo nyetirnya gimana sih?!" Sunggut Kai karena gue tiba-tiba berhentiin mobil dan kepalanya kejedot dashboard.
"Kenapa belum makan? Terus kenapa belum pulang? Lo kenapa sih ha?"
"Gak kenapa-napa."
Gue menjalankan mobil lagi dan mengarahkan ke penthousenya Kai. Dia agak kaget sebenernya gue anterin dia pulang. Ya abis kalau gue gak anterin pulang dia yang ada gak pulang-pulang.
"Makan dulu nanti. Pesen aja terus dianter ke penthouse lo. Mandi, istirahat yang cukup jangan sakit." Kata gue sambil melihat Kai yang melepas seatbeltnya.
"Gak mau mampir dulu?"
"Enggak, mau langsung balik aja."
"Mampir dulu gitu kek sembarang minum air putih.." suaranya cukup memelas.
"Kalau gue mampir, lo gak bakal istirahat. Kapan-kapan aja," ucap gue.
"Gak enak tau sendirian dirumah setelah lo balik ke rumah lo..."
"Jangan dangdut gitu kenapasih? Udah ya, gue juga capek. Gue maupun lo butuh istirahat. Nanti sampe di dalem rumah pesen makanan, mandi, tidur yang cukup. Oke?"
"Iya-iya.."
"Yaudah gue balik," ucap gue dan dia melambaikan tangannya sambil mengucapkan kata hati-hati.
Gue mengendarai mobil gue dengan tenang sampai telpon dari Jaewon mengusik ketenangan gue. Gue sebenernya cukup takut buat angkat, tapi mau gimana?
"Halo?"
"Lama banget angkatnya. Abis ngapain lo?!"
"Lagi nyetir. Ada apa?"
"Jangan lupa perjanjian lo sama bandar."
Gue menghela napas kasar. Kapan gue bisa terlepas dari semua masalah yang ditimbulkan sama Jaewon?
"Ya,"
"Bagus. Ke gedung kemaren deh cepetan."
"Mau ngapain?"
"Tinggal dateng apa susahnya?" Tanya dia ketus. "Gue tunggu jangan lama-lama." Lalu dia menutup telponnya.
Gue memutar arah mobil gue yang sebenernya tinggal bentar lagi sampai. Tapi karena Jaewon yang minta dan pastinya gue gak bisa menolak.
Iya, segak bisa itu gue menolak.
Hanya butuh waktu 1 jam sebenarnya untuk sampai ke gedung kemarin. Sebenernya ini gedung yang terdapat kamar yang ditempatin Jaewon dari dulu. Sedari dulu kita pacaran juga emang disini tempatnya.
Gue mengetuk pintu dan menampilkan Jaewon yang berantakan. Seberantakan itu karena emang bener-bener berantakan.
"Lo lama."
"Iya maaf. Gue baru dari rumah. Ada apa nyuruh gue kesini?" Tanya gue sambil berjalan masuk ke rumahnya. Gak bisa dibilang rumah juga sih, karena hanya seperti kamar kos-kosan.
"Masakin gue."
Kali ini gue bener-bener kehabisan kata-kata.
"Kenapa gak mesen aja?"
"Lo pikir gue ada uang?"
Gue membuka kulkas dan gue gak menemukan apa-apa. Miris juga sebenernya gue melihat keadaan Jaewon sekarang.
Gue menelpon restaurant cepat saji tapi Jaewon menghadang tangan gue.
"Gue mau masakan lo. Gak lain."
Dulu, gue emang bener-bener ngurusin Jaewon. Seperti masakin dia dan sebagai macamnya.
"Gue kangen masakan lo."
Jaewon tuh aneh. Bener-bener aneh. Dia kadang bersikap kasar dan seperti sekarang dia bersikap seakan dia sama gue baik-baik aja.
Gue akhirnya memilih memakai aplikasi go-mart untuk membeli bahan makanan. Sembari menunggu bahan makanan datang, gue membereskan barang-barang Jaewon. Jaewon hanya bisa duduk sambil melihat gue.
Risih sih, ya tapi gimana? Gue lebih memilih diam daripada harus ngomong dan debat lagi sama dia. Mungkin sekitar 30 menit berlalu bahan makanan datang.
Untung semuanya udah beres dan gue tinggal masakin buat Jaewon. Gue lebih memasak sop ayam karena masih teringat jelas Jaewon suka dengan sop ayam.
Setelah masak gue menyajikannya di meja. Jaewon udah duduk di meja makan sambil membuka piringnya.
Dia menyicipi dan pada akhirnya makan dalam senyuman yang terpatri di wajahnya.
"Sini makan," ajaknya dan gue lebih memilih menggeleng dan mengambil tas gue. "Mau kemana??"
"Balik. Abisin ya makanannya, nanti gue stockin makanan biar lo makan," ucap gue dan akhirnya gue berjalan ke arah pintu. "Oh iya, masalah utang lo itu.. gue usahain akhir bulan gue dapet uangnya. Jadi, kalau bisa tolong jangan ganggu gue dulu ya, Jaewon."
Jaewon menatap gue datar yang sedang beridir di depan pintu.
"Nab?"
"Iya?"
"Bisa gak lo sekali-kali mungkin dalam seminggu tengokin gue?"
Sebenernya dia tuh maunya apa?
N.n :
Catch me on IG!
IG : Jaelips
KAMU SEDANG MEMBACA
Circle ; Jongin✔️
FanficMau kemana gue pergi pun kayaknya gue akan selalu berada di jangkauan semua orang. fak, why? Warn : to much harsh words