13

8.4K 1.8K 113
                                    





Kita sampai dirumah dengan selamat -untungnya.

Kai bener-bener gak ngebiarin gue untuk jalan sedikitpun. Dia ngegendong gue dari parkiran sampai penthousenya.

"Gak usah gendong! Kan ada kursi roda ish!"

"Kursi roda tuh sempit-sempitin penthouse gue aja!"

"Penthouse lo kan gede, Kai!"

"Diem atau gue jatohin badan lo secara kasar?"

"ISH!" Dengus gue dan dia masih menggendong gue.

Kai menurunkan badan gue di ruang tv. Tadi di jalan gue sama Kai udah beli makanan. Dan cukup banyak. Karena itu permintaan gue semua.

"Gila kali ya. Bikin sesegukan lo reda aja harus beli makanan sebanyak ini!" Dumalnya.

Ya iya. Gue beli mekdi, ke ef si, duminos, martabak telor, martabak coklat kacang keju, mie ayam bangka, BUGIL atau burger and grill, belum lagi carl's old bukan yang junior🙂🙂.

"Yaudah, gak ikhlas? Sesegukan lagi nih gue!"

"HADU! sesegukan lo tuh rusuh banget! Udah makan!" Titahnya dan gue gak mungkin gak melakukannya.

Akhirnya gue makan semuanya, kadang Kai ngeluarin muka masamnya ketika ngeliat gue makan udah kaya babi.

"Kwenapa? Mawu?" Tanya gue dan dia cuma nge geleng sambil minum bir kalengnya.

Makanan gue gak habis-habis banget tapi gue memilih untuk udahan. That's enough with nafsu makan gue yang seperti babi.

"Kai, mau bir nya.."

"ENGGAK!"

"Ih kenapa?!"

"Lo tuh lagi sakit kakinya. Gak bagus dan gak boleh minum minuman yang kayak gini. Mau cepet sembuuh gak sih?!"

"Kan gue udah bilang,"

"Apa?!"

"Ya kok marah-marah?!"

"Yaudah, apa?" Suaranya Kai melembut.

"Ya kan gue udah bilang. Kalau dengan gue sembuh itu sama aja gak deket lagi sama lo, mending gue gak usah sembuh aja," ucap gue dan gue dihadiahi sebuah toyoran penuh kasih sayang dari makhluk gigolo ini🙂.

"DASAR LO GIGOLO!"

"IH SI--"

"Wah! Kan lo yang ngaku sama gue kalau lo
Gigolo, bodoh."

"Bodohan lo, bodoh."

Monyet.

Kita berdua lagi nonton variety show, tapi suara handphone Kai menganggu banget. Sedangkan pas gue lihat ke yang punya dia lagi molor.

Dasar pelor. Udah gigolo, pelor lagi.

"Kai!" Awalnya gue bangunin dengan penuh kasih sayang. Gue goyangin badannya perlahan.

Tapi lama-lama kok kayak orang mati gak bangun-bangun. Gue jadi kesel sendiri. Masalahnya kalau handphonenya deket mah pasti udah gue angkat dan gue maki-maki kalau perlu.

"KAI! YA AMPUN! LO TIDUR APA MATI SIH?!" Pekik gue sambil nabok badannya. "WOY!"

"APASIH?! APALAGI?!" Teriaknya setelah bangun.

"Hp lo bunyi, gigolo."

"Ya diemin aja."

"Berisik, nyet."

"Matiin sono."

"Ya gimana caranya. Gue aja gak dibolehin jalan. Itu handphone jauh banget kaya harapan Mordelente buat jadi lelaki jantan."

Akhirnya dengan langkah gontai dia menghampiri handphonenya. Gue melihat gelagatnya. Dia kayak orang kaget setelah melihat siapa yang telfon tadi. Kai langsunh menelfon balik.

"Halo? Ada apa telfon saya?" Ucapnya dan terlihat muka serius yang ada dieajahnya.
"Saya kesana, secepatnya."

Setelahnya Kai langsung bergegas ke kamar. Dia keluar dengan baju yang cukup rapih. Dia memakai kemeja putih dan celana bahan hitam.

"Mau kemana? Kok kayak ada masalah gitu?"

"Mau pergi dulu sebentar."

"Kemana? Tante gengges mesen lo ke acara besat lagi ya?" Ucap gue dan Kai cuma bisa mengangguk.

"Lama gak?" Tanya gue.

"Gak tau, gue berangkat dulu ya." Ucapnya lalu langsung pergi dari penthouse ini.

Dengan perginya Kai, gue menetap di ruang tv. Gak bisa kemana-mana.

Gue pun juga gak berasa kalau gue ketiduran di sofa sampai gue merasa ada yang mengangkat badan gue. Gue sedikit membuka mata dan langsung melihat wajah Kai yang capek banget.

Setelah Kai menaruh badan gue ke kasur, gue masih belum terang-terangan untuk nunjukin kalau gue udah bangun. Kai duduk di tepi ranjang sambil meremas rambutnya seperti orang yang sedang banyak pikiran.

Wajahnya terlihat lelah, kemeja sudah kusut, rambut sudah berantakan. Gue masih mengintip sampai gue liat Kai hanya terdiam melihat jendela. Gue mencari jam untuk melihat sekarang pukul berapa. Ternyata udah pukul 1 pagi.

"Lo kenapa?" Tanya gue dan gue lihat Kai cukup terkejut karena gue tiba-tiba bangun dan nanyain keadaanya dia.

"Gapapa," jawabnua sambil menggeleng.

"Jangan bohong. Cerita aja," ucap gue lagi tapi Kai hanya tersenyum simpul dan menggelenh kepalanya.

"Kalau stress jangan sendirian, bagi-bagi aja. Karena gak semua orang bisa ngatasin kestressan itu sendiri. Kita itu makhluk sosial, gak bisa kita apa-apa sendiri. Mending lo cerita sama gue, karena untuk sekarang gue selalu ada sama lo." Ucap gue dan setelahnya Kai menatap lekat mata gue.

"Gue capek."





N.n :

Kemungkinan terbesar gue bakal update lagi nanti akhir agustu.

So, see u soon👋🏻

Circle ; Jongin✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang