"Tungguin gue Sulam Alis!" ujar Erick yang mengejar Aliska dari belakang.
"Gak. Gue mau ke toilet Burik," kata Aliska dengan semakin mempercepat langkahnya. Untuk apa juga pria itu ikut dengannya ke toilet.
"Gue mau nemenin lo Sulam Alis,"
"Serah lo deh Burik,"
Aliska tiba di depan toilet, ia langsung mencelos masuk tanpa memperdulikan suara Erick yang memanggilnya. Di dalam, ia tak melakukan apa-apa. Aliska sengaja berlama-lama agar Erick segera pergi karena bosan menunggu.
Aliska akhirnya keluar dengan mengendap-ngendap. Ia menarik gagang pintu toilet dan menutupnya pelan, lalu membalikkan badannya.
"Astag'firullah," ucap Aliska sambil menutup mulutnya dengan kedua tangannya. Ia kaget, karena seseorang laki-laki sudah berdiri di depanya kini dengan jarak yang begitu dekat.
"Minggir lo Burik!" Aliska berusaha mendorong tubuh kekar Erick. Tapi apalah daya, tenaga Erick lebih besar dari tenaganya. Mau tak mau, Aliska terpaksa menetap di hadapan Erick.
"Gue gak mau minggir Sulam Alis sayang!" Ucap Erick sambil menggeleng. Mendengar kata 'sayang' di akhir kalimat Erick membuat Aliska jadi salah tingkah sendiri.
"Lo kenapa sih gangguin gue mulu Burik?" Tanya Aliska dengan kesal. Siapa juga yang tidak kesal, kemana-mana selalu diikutin. Bahkan saat ini, Erick sudah keterlaluan karena mengikutinya ke toilet wanita.
"Lo percaya gak alesan gue?" tanya Erick. Ia menatap mata Aliska dengan lekat sembari memegang bahu gadis itu.
"Alesan apa?" Aliska tampak bingung dengan apa yang dimaksud Erick.
"Alesan gue selalu gangguin lo!"
"Apa?" Aliska mengerutkan keningnya.
Erick kembali memegang kedua pundak Aliska, setelah melepasnya tadi. "Gue sayang sama lo!" ucapnya bersungguh-sungguh. Aliska terpelonjak kaget saat Erick mengatakan hal diluar nalarnya. Bahkan salivanya pun saat ini, menjadi tercekat di tenggorokannya. Ia menatap mata Erick dalam-dalam, berusaha mencari kebohongan disana. Namun nihil, tak ada kebohongan dimatanya yang sedang menatap balik Aliska dengan mata yang menyiratkan sesuatu.
"L-lo gak usah bercanda," gugup Aliska.
"Gue serius," tegas Erick.
Jantung Aliska berdetak kencang setelah mendengar penuturan Erick barusan. Mungkin ada yang salah dengan jantungnya, karena berdetak dua kali lebih cepat.
Keduanya terhanyut dalam mata teduh itu. Hingga akhirnya, Aliska menarik rambut Erick dengan keras membuat si empunya meringis kesakitan.
"Lo gila Sulam Alis!" Ucap Erick sedikit meringis.
Aliska masih terus membabi buta rambut Erick, ia terus membuat Erick meringis. "Ini balesannya karena lo udah buat gue baper Burik Sinting,"
Aliska membulatkan matanya setelah sadar apa yang ia ucapkan barusan. Sementara, Erick tersenyum dengan sumringah.
Erick berusaha melepas cengkraman tangan Aliska dari rambutnya. Dengan susah payah, namun akhirnya ia berhasil. Erick menarik tangan Aliska lalu menggenggamnya erat meski gadis itu sempat memberontak. Ia menatap dalam-dalam bola mata Aliska.
"Jadi lo baper?" tanya Erick sambil menaik turunkan alisnya, berusaha menggoda gadis itu.
"Gak," bantah Aliska berusaha menyembunyikan wajahnya yang memerah.
"Terus, tadi lo ngomong apaan?"
"Tadi gue ngomong, kalau gue laper bukan baper," sangkalnya.
"Perasaan, kuping gue gak salah deh!" pikir Erick.

KAMU SEDANG MEMBACA
ALRICK [TAMAT-TELAH TERBIT]
Roman pour AdolescentsBagi yang memiliki penyakit kebaperan, di harapkan untuk menghindari cerita ini. Takutnya nanti terjadi sesuatu pada jantung anda, ehh. Cerita ini dapat menyebabkan pembaca jadi gila, karena tak jarang mereka sampai tertawa sendiri, emosi, dan membu...