"Lo telat?" Tanya Erick pada Aliska, tepatnya di depan gerbang SMA Galaksi.
"Lah si bego, kan lo yang jemput gue Burik!" Kesal Aliska pada manusia kadal itu.
"Ow iya yah. Hehehe gue lupa," Erick menepuk jidatnya, sembari menampakkan gigi putihnya. Hal itu membuat Aliska ingin sekali menjedorkan kepala pria yang di hadapannya ini ke tembok agar mendadak lupa ingatan.
"Lo sih. Ngapain sih jemput gue segala?" Tanya Aliska dengan kesal. Seandainya saja ia berangkat bukan dengan Erick, sudah pasti tidak akan terlambat. Karena jika bersama pria itu, masalah tidak pernah kunjung usai.
"Yakan sebagai calon pacar yang baik, calon suami yang berbakti, yah harus antar jemput calon pacar sekaligus calon istri dong," Tutur Erick kemana-mana. Ia mengedipkan sebelah matanya, pada Aliska yang tengah mencibirnya.
Aliska hanya memutar bola matanya tak meladeni Erick. Bisa-bisa dia jadi gila jika membalas perkataan Erick yang sangat nyambung. Iya saking nyambungnya membuat Aliska ingin sekali memutilasi Erick dengan cepat, lalu membuangnya di laut.
"Terus kita masuknya gimana Burik?" Tanya Aliska meminta solusi. Erick mulai berpikir keras, tidak mungkin juga ia mengajak Aliska memanjat di pagar belakang. Bisa kesenangan si Erick.
"Yah tunggu si pak plontos bukain gerbang lah," jawab Erick dengan enteng, tanpa beban.
"Yee dasar Burik kalau pak Arwan yang bukain gerbang, kita di hukum dong?" perntanyaan polos yang meluncur dari bibir mungil Aliska.
"Gak kok Sulam Alis sayang," Erick berusaha tenang meladeni gadis kesayangannya itu. "paling cuma di gantung di tiang bendera!"
Aliska hanya mencibir perkataan Erick. Aliska mengarahkan pandangannya kedepan, ia dan Erick panik seketika saat melihat seorang guru dengan kumis tebalnya. Saking tebalnya hingga bisa di kepang seribu. Datang menghampiri mereka dengan memegang sebuah mistar besi di tangannya, yang sengaja ia tepuk-tepukkan.
Pak Arwan mengambil kunci dari pak Budi lalu membuka gerbang.
"Wah pak Arwan udah ganti profesi yah? Udah jadi security sekarang?" Tanya Erick yang sudah berhasil masuk melewati gerbang. Pertanyaan dari Erick seketika membuat kepala Pak Arwan pening meladeni pria itu. Ia memijit keningnya sebentar.
"Diam kamu. Kelapangan sana!" titah pak Arwan tidak ingin di bantah. Namun bukan Erick dan Aliska namanya, jika tidak mengganggu Pak Arwan terlebih dahulu.
"Wah kumis bapak udah panjang yah, ululuh makin ganteng deh," Puji Aliska dengan nada yang dibuat serius. Seketika Pak Arwan berbinar mendengar pujian dari Siswinya itu, namun ia sudah tau bagaimana sifat Aliska yang sebenarnya.
"ngga usah sok muji-muji kamu," ketus Pak Arwan, lalu memberikan kunci gerbang itu kembali pada pak Budi.
"Yaudah. Pak Arwan jelek deh," ucap Aliska tak tanggung-tanggung. Bahkan berhasil membuat mata Pak Arwan melotot, menatapnya dengan tajam. Sehingga mengeluarkan peluru di matanya.
"Kamu ngehina saya?" tanya Pak Arwan sewot, karena tidak terima dengan perkataan Aliska.
"Lah bapak maunya apasih, giliran di puji gak mau, eh sekarang giliran di hina kok malah sewot?" timpal Erick mengambil alih ucapan Aliska.
KAMU SEDANG MEMBACA
ALRICK [TAMAT-TELAH TERBIT]
Teen FictionBagi yang memiliki penyakit kebaperan, di harapkan untuk menghindari cerita ini. Takutnya nanti terjadi sesuatu pada jantung anda, ehh. Cerita ini dapat menyebabkan pembaca jadi gila, karena tak jarang mereka sampai tertawa sendiri, emosi, dan membu...