"HELLOW, ERICK YANG GANTENG PULANG!" teriak Erick seperti TOA saat berada di depan pintu rumahnya.
"I'M KAMBING. EH SALAH, MAKSUD ERICK I'M KAMING. MIRIPNYA SHAWN MANDES PULANG!"
Erick mendecak sebal saat sebuah bantal sofa mendarat mulus di wajahnya. Mirna datang menghampirinya dengan tangan yang bersendekap di dada.
"Pulang pulang bukannya ucap salam, malah teriak-tariak gak jelas!" ucap Mirna sambil menyentil pelan jidat Erick.
"Aduhh, kok di sentil sih Bun?" aduh Erick sewot.
"Bunda pusing tau gak, denger kamu teriak-teriak!" ujar Mirna lalu memegang kepalanya yang sedikit pening.
"Laahhh bunda pusing?" tanya Erick sedikit panik. Mirna hanya mengangguk sebagai jawaban.
"Minum bensin gih Bun!" tutur Erick asal, dan langsung berlari naik ke kamarnya sambil tertawa terbahak-bahak.
"AWAS KAMU YAH RICK, DURHAKA BARU TAU RASA!" teriak Mirna menggelegar hingga terdengar di seluruh ruangan.
Erick menyembulkan kepalanya di balik pintu kamarnya, lalu menaruh telunjuknya di depan bibirnya "Hust..gak baik teriak-teriak nak!" ujarnya sambil terkekeh.
Mirna mengumpati kelakuan Erick, mengabsen semua nama hewan yang ada di kebun binatang. Tapi, lewat kelakuan Erick yang seperti itu mampu membuat Mirna bahagia meski sedikit mengesalkan.
~~~~~
Erick buru-buru turun dari kamarnya dengan pakaian abu-abu yang sudah lengkap. Ia menyalakan tv lalu duduk di sofa dengan santai tanpa memperdulikan bahwa hari ini ia sekolah.
Ia mengambil remote lalu mengganti channel favorietnya. Memutar film Dora Explorrer kesukaannya. Ia terus menonton Dora dengan serius tanpa menatap jam yang terus berputar.
Mirna yang baru saja turun dari kamarnya ke lantai bawah kaget melihat Erick yang masih belum berangkat ke sekolah. Ia melepas salah satu sendal jepit yang di kenakannya lalu melempar tepat di kepala Erick.
Takk...
Erick meringis saat merasakan sakit di bagian kepalanya. Ia hanya memutar bola matanya karena sudah tau siapa yang melakukannya. Ia terus menonton, sesekali tertawa lepas karena kelakuan si Dora tanpa memperdulikan Mirna yang sudah siap-siap menerjang telinganya.
Mirna menghampiri Erick di sofa dengan geram lalu menjewer telinganya dengan kuat.
"Aduhhh Bun, kok Verrel Bramasta di jewer sih?" tanya Erick dengan kesal.
"Verrel Bramasta dari mana coba?" Mirna menggeleng-gelengkan kepalanya seperti orang meremehkan. Ia masih terus menjewer telinga Erick, tanpa memperdulikan ringisannya.
"Dari ononya memang Bun,"
"Kamu gak liat jam?"
"Liat kok bun, itu di sana!" Erick menunjuk ke arah jam yang terpampam jelas di dinding rumahnya.
Mirna akhirnya melepas jewerannya dari telinga Erick. Menghela nafasnya dengan gusar. " terus ini udah jam berapa Erick?" tanya Mirna masih dengan sabar.
Erick menghentakkan kakinya ke lantai "emang Bunda gak bisa liat sendiri jam, kok malah nanya ke Erick sih?"
Tarik.buang.tarik.buang.hufttt
"INI UDAH JAM 7 LEWAT ERICK KENAPA KAMU BELUM BERANGKAT SEKOLAH JUGA?" tanya Mirna, yang sudah sejak tadi menahan emosinya akhirnya lepas juga.

KAMU SEDANG MEMBACA
ALRICK [TAMAT-TELAH TERBIT]
Roman pour AdolescentsBagi yang memiliki penyakit kebaperan, di harapkan untuk menghindari cerita ini. Takutnya nanti terjadi sesuatu pada jantung anda, ehh. Cerita ini dapat menyebabkan pembaca jadi gila, karena tak jarang mereka sampai tertawa sendiri, emosi, dan membu...