"Erick bangun!" Seorang wanita sedang mengguncangkan bahu seorang lelaki yang saat ini masih bergelanyut mesra di dalam selimutnya. Wanita itu Mirna a.k.a Bundanya. Ia tersenyum mengingat bahwa putra semata wayangnya ini memang sangat sulit di bangunkan.
Mirna kembali menarik paksa selimut Erick, hingga menampakkan tubuhnya yang tidak menggunakan sehelai benang pun. Erick paling tidak suka mengenakan baju saat tidur.
"Erick bangun, telat baru tahu rasa!" Mirna kembali mengguncang tubuh Erick dengan keras. Tetapi, tidak ada reaksi apapun dari pria itu.
"Ini udah jam tujuh loh erick. BA-NGUN SE-KA-RANG," ucap Mirna penuh penekanan dengan sedikit berteriak.
Hebat. Hanya dengan sebuah teriakan, Mirna mampu membuat mata Erick terbuka dengan sempurna. Bahkan ia langsung berlari ke kamar mandi tanpa mengambil handuk terlebih dahulu.
Mirna melangkahkan kakinya hendak keluar dari kamar Erick untuk ke lantai bawah menyiapkan sarapan. Namun, langkahnya terhenti saat sebuah suara mengintrupsi kegiatan berjalannya. Siapa lagi jika bukan Putranya itu.
"Bun, tolongin Erick dong Bun. Ambilin handuk aku di dekat lemari, siapin juga kolor bergambar Dora Erick yang ada di lemari coklat. Terus jangan lupa siapin baju sekolah Erick juga yah Bun yang ada di lemari pakaian. Lop yu bunda sayang," Teriak Erick tanpa berdosa, yang sedang berada di dalam kamar mandi, sedang melakukam ritual mandinya.
Mirna mengelus dadanya sambil bergumam dengan kecil agar Erick tak mendengarnya "Anak syalan emang," namun dugaannya salah, Erick malah mendengar perkataannya dan langsung membalasnya.
"Erick juga sayang kok sama Bunda," Tuturnya sedikit menyeleneh lalu terkekeh pelan. Sementara Mirna sudah mengeluarkan tanduknya.
~~~~~
Erick menuruni tangga dengan langkah kaki yang terburu-buru sambil memainkan ponselnya. Tubuhnya sudah dibaluti seragam abu-abu dan di padukan dengan jaket hitam yang menggulung hingga sikutnya. Bahkan tasnya pun sudah tersampir dibahu kanannya.
Erick menghampiri Mirna yang sedang menyiapkan sarapan didapur. Ia mencium pipi Bundanya sekilas, lalu duduk dimeja makan tanpa memperdulikan Widjaya a.k.a ayahnya yang juga berada ditempat itu.
"Gimana sekolah kamu Rick?" Tanya ayahnya dengan canggung.
"B aja," jawab Erick seadanya.
"Kamu udah ada keputusan?" Tanya ayahnya dengan sabar. Entah sudah berapa kali ia menanyakan pertanyaan seperti itu.
Erick hanya mengendikkan bahunya, tak menjawab apa-apa. Tak mau emosi pagi-pagi, Erick dengan cepat menyantap sarapannya. Setelah itu ia pamit kepada Mirna. Tetapi tidak dengan Ayahnya.
"Yaudah, Erick berangkat yah Bun," pamit Erick pada Mirna dan berlalu keluar tanpa memperdulikan Widjaya yang sedang menatapnya geram.
Langkah Erick terhenti, ia membalikkan badannya lalu berkata "ASSALAMU'ALAIKUM MIRNAAAA SAYANG!" teriak Erick dengan lantang yang membuat Mirna melototkan matanya setelah mendegar perkataan Erick. Benar-benar anak durhaka, belum pernah mungkin ia dikutuk jadi batu tawas.
Sendok yang Mirna pegang tiba-tiba melayang ke arah Erick. Dengan sigap pria itu menghindar, lalu berlari kegarasi mengambil motor kawasaki berwarna merah dan beranjak pergi dengan cepat, sebelum mendapat Siraman Qolbu dipagi hari dari harimau yang sedang tidur.

KAMU SEDANG MEMBACA
ALRICK [TAMAT-TELAH TERBIT]
Teen FictionBagi yang memiliki penyakit kebaperan, di harapkan untuk menghindari cerita ini. Takutnya nanti terjadi sesuatu pada jantung anda, ehh. Cerita ini dapat menyebabkan pembaca jadi gila, karena tak jarang mereka sampai tertawa sendiri, emosi, dan membu...