2

604 24 3
                                    

Agatha sudah menyiapkan beberapa hidangan makan malam. Agtaha sendiri telah mengundang Clare untuk makan malam bersama dengan dirinya. Agatha membuat alasan jika Clare merupakan tetangga terdekat Agatha. Clare pun menerima dengan senang hati permintaan Agatha. Clare beralasan jika ia sangat rindu untuk makan malam bersama dengan anaknya. Saat mendapat undangan dari Agatha Clare pun tak menolaknya. Umur Agatha yang seusia anaknya membuat dirinya bisa menganggap Agatha sebagai anaknya.

TOOKK TOKK TOKKKK

Agatha tersenyum mendengar suara ketukan pintu itu. Agatha beranjak dari tempatnya dan berjalan menuju pintu. Agatha membuka dan menyambut Clare dengan senyumnya.

"Selamat siang Nyonya Clare, saya sangat senang anda datang memenuhi undangan ini." Ucap Agatha. " Silahkan masuk Nyonya." Sambut Agatha.

Clare mengangguk dan memeluk Agatha. Kemudian Agatha mengantarkan Clare menuju ruang makan. Clare tersenyum melihat banyak hidangan makanan yang tersaji diatas mejanya. Clare mencium aroma makanan yang sangat menggoda.

"Waww,,, kau memasak begitu banyak. Apakah kita hanya makan berdua saja?" Tanya Clare heran.

"Tentu tidak. Nanti kedua orang tuaku akan datang. Mereka masih dalam perjalanan. Lebih baik kita mulai saja makan malamnya." 

Clare mulai menikmati Beef Bourguignon  yang memang merupakan makanan Favoritnya. Clare terlihat sangat menikmatinya. Namun tiba-tiba ia merasakan kepalanya sangat pusing dan ia sangat mengantuk. Clare pun segera meminum segelas air putih untuk menghilangkan pusing dikepalanya namun tiba-tiba BREEEKKK Clare pingsan.

Agatha tersenyum melihat Clare yang telah pingsan. Agatha telah memasukkan obat tidur pada masakannya. Agatha pun menyeret tubuh Clare untuk masuk keruang bawah tanah miliknya. Agatha mengikat tubuh Clare diatas kursi. Agatha sendiri telah menyiapkan hidangan makan malam spesial daging mentah serta tak lupa ia memasang photo ayah serta ibunya di depannya.

***************

Loriz membuka jendela kamarnya. Ia kembali teringat akan sahabat kecilnya Calorine. Loriz sendiri terus mencari keberadaan Calorine namun ia tak pernah menemukannya. Sebulan yang lalu Loriz pernah mencoba menghubungi serta mendatangi di rumah sakit namun menurutnya Calorine telah meninggal karena bunuh diri. Mendengar kabar itu jelas membuat Loriz syok dan merasa terpukul.

"Kamu belum tidur? Apa kamu masih memikirkan orang tuamu?" Tanya Laurent.

Loriz menggeleng dan menutup kembali jendeka kamarnya. Ia memutar tubuhnya dan mendapati neneknya sudah berada dibelakangnya. Loriz tersenyum lalu menghampiri neneknya dan memeluknya.

Hampir dua bulan ini ia memilih kembali ke Riquewihr. Menurutnya ia sangat merindukan desa masa kecilnya. Selain itu ia juga ingin mencari tahu keberadaan Calorine meski akhirnya ia harus menerima kenyataan jika Calorine sudah meninggal. Meski orang tuanya memaksanya untuk kembali ke Barcelona karena kesehatan mamanya kurang membaik. Namun kebencian akan papanya membuatnya mengurungkan niatnya. Entahlah saat Loriz memergoki ayahnya  telah berkencan dengan sekertaris pribadinya membuat amarahnya memuncak. Meski ayahnya sendiri telah meminta maaf namun rasa kecewanya telah terlanjur terlalu dalam.

"Kamu masih belum memaafkan ayahmu?" Tanya Laurent pelan.

Loriz tersenyum lalu membantu Laurent untuk duduk di ranjang kamarnya. Loriz mengambil segelas air putih lalu memberikan Laurent segelas air putih. Loriz membantu neneknya untuk meminum lalu meletakkan kembali gelas tersebut.

"Loriz hanya perlu waktu saja Nek. Lagian Loriz juga masih pengen lebih lama disini. Hampir dua puluh tahun Loriz tak pernah kesini." Jawab Loriz lembut.

PsycopatheTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang