Agatha menatap jutaan bintang dilangit sambil mendekap tubuhnya sendiri dijendela kamarnya. Dari kejauhan ia meliahat Roux berjalan kearah rumahnya. Agatha yang menyadari itu langsung menutup jendela dan keluar dari kamarnya. Ia menuruni anak tangga lalu berjalan kearah pintu kemudian membukanya.
Roux langsung memeluknya dengan kondisinya yang kacau. Roux terus menangis sambil memeluk erat Agatha. Tubuh Agatha merasa sesak karena kuatnya pelukan Roux berusaha melepaskannya. Menyadari akan hal itu Roux langsung melepaskan pelukannya.
"Maaf Agatha. Aku refleks" Ucap Roux.
Agatha mengangguk dan menyuruh Roux untuk masuk kedalam rumahnya. Agatha menuntun Roux agar duduk sementara ia membuatkan teh hangat untuk menenagkan Roux.
"Minumlah. Sepertinya kamu sedang kacau. Ada apa Roux?" Tanya Agatha heran.
Roux tak menjawab ia meminum teh hangat lalu mengatur nafasnya. Agatha mendekat dan menenangkannya. Agatha sendiri tak mengetahui maksuda dari kedatangan Roux kerumahnya.
"Calorine,,aku merindukanmu." Lirihnya.
Roux menatap tajam Agatha hingga membuatnya heran. Roux menarik kalung yang dikenakan Agatha dan kembali menatap Agatha dalam.
"Aku tau kamu Calorine. Kamu Calorine kan? Bicara padaku Calorine!!!!" Roux mengguncangkan badan Agatha.
Agatha menggeleng dan menatap Roux tak mengerti. Agatha mendorong tubuh Roux dan meninggalkannya. Namun Roux meraih tangannya dan kembali menatapnya. Mendapat perlakuan seperti itu Agatha langung meludahi wajah Roux.
"CUHHH"
Sontak Roux melepaskan Agatha dan mengsap ludah Agatha dengan tangannya. Agatha pergi berlari menuju pintunnya. Namun saai ia berusaha membuka pintu Roux dengan sigap merebut dan menutupnya dengan sangat keras hingga membuat telapak tangan Agatha terjepit dan mengeluarkan darah.
"AAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAA"
Agatha berteriak dan menendang Roux hingga terjatuh. Agatha berlari kearah rumah Loriz dengan terus di kejar oleh Roux. Sebenarnya bisa saja Agatha membunuh Roux namun sayang ia tak menyimpan senjata di sakunya. Setibanya di rumah Loriz Agatha menggedor pintu Loriz dengan sangat kencang.
"Lorizzz.....Tolong...!!!"
Agatha terus mengedor pintu rumah Loriz. Melihat pintu yang hampir terbuka membuat Roux mengurungkan niatnya untuk menghampiri Agatha. Ia memilih untuk bersembunyi dibalik tembok rumah tetangga Loriz dan kembali kerumahnya.
"Agatha?" Ucap Loriz memperhatikan Agatha menahan sakitnya.
"Lorizzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzz"
Brukkkkkkkk. Agatha pingsan dengan tangan yang masih mengalir darah segar.
Melihat Agatha yang tak sadarkan diri Loriz segera mengangkat tubuh Agatha dan membawanya masuk kedalam. Laurent yang melihat hal itu segera membantunya dan menyuruh Loriz agar membawa Agatha kedalam kamarnya.
"Kenapa dia? apa yang terjadi?" Tanya Laurent panik.
"Loriz tidak tahu nek. Agatha tadi terlihat panik serta tangannya terluka." Jawab Loriz.
Laurent terkejut lalu pergi untuk mengambil obat luka untuk Agatha. Loriz membersihkan darah ditangan Agatha lalu mengobatinya dengan obat merah. Laurent menyaksikan dari kejauhan Loriz yang nampak sangat perhatian membalut tangan Agatha dengan perban. Sesekali Loris mengusap wajah Agatha yang masih menutup kedua matanya.
************
Roux membanting barang di sekitarnya. Entah apa yang ada dalam pikirannya hingga ia melakukan hal itu pada Agatha. Padahal belum tentu jika apa yang dia pikirkan itu benar. Bagaimana jika Agatha bukan Calorina.
"Apa yang aku lakukan tadi." Sesalnya.
Roux merebahkan tubuhnya. Ia kembali mengingat bagaimana ia membuat Agatha ketakutan bahkan membuat tangannya terluka.
Terdengar suara ringtone ponselnya membuat Roux menghentikan lamunannya. Roux meraih ponsel di sampingnya dan melihat nama yang muncul di layar ponselnya.
"Dona" Batinnya.
Roux membuang kembali ponselnya. Sudah hampir sebulan Roux mendiamkan Dona. Kekasihnya itu memang membuat dia terluka. Bagaimana tidak Dona terang-terangan mengatakan perasaan sukanya pada seorang pria yang dia jumpai di Santoroni. Tiga bulan yang lalu memang Dona berlibur ke Santorini bersama dengan teman-temannya. Ia sendiri memang awalnya berniat untuk ikut berlibur. Namun pekerjaan yang tiba-tiba datang membawanya untuk membatalkan liburannya.
Namun ia harus menelan kekecewaan saat tau kepulangan Dona membawa berita buruk baginya. Dona memutuskan hubungannya dan memilih menjalin hubungan dengan pria baru tersebut. Bahkan sampai saat ini Roux tak tahu siapa pria yang dimaksud Dona.
Tapi ponsel Roux terus berdering hingga membuatnya merasa jengkel kemudian mengangkatnya.
"Kenapa kamu masih mengangguku?" Tanya Roux kesal.
"Aku hanya ingin minta maaf atas kesalahanku." Jawab Dona.
Roux tak merespon lalu menutup ponselnya kembali. Sudah sebulan ini Dona terus menganggunya hingga memohonnya untuk kembali dengannya. Bahkan setiap malam Dona selalu datang ke Apartemennya hingga membuatnya gila. Akhirnya Roux memilih untuk kembali ke Riquewihr dan mengihindar dari Dona. Selain itu Roux juga ingin melepas kerinduannya akan mamanya meski akhirnya ia pulang dan menemukan duka yang mendalam.
*****************
Agatha membuka matanya dan mendapati Loriz berdiri di hadapannya dengan perasaan cemas. Kemudian datang Laurent dengan membawakan teh hangat untuknya dan meletakkan di meja dekatnya.
"Kamu sudah siuman?" Tanya Laurent membelai rambut panjang Agatha.
Agatha mengangguk.
"Apa yang terjadi? Siapa yang melukaimu?" Tanya Loriz panik.
"Roux. Entah mengapa tadi dia datang dan terus memanggilku Calorina. Dia mengejarku." Jawab Agatha.
Mendengar nama Roux membuat Loriz terkejut. Ia menggepalkan kedua tangannya seperti ingin sekali menghajar pria tersebut. Loriz tak habis pikir dengan pikiran dn tindakan Roux. Bahkan sangat jelas jika Agatha bukan Calorina. Loriz tahu jika Roux juga memiliki kedekatan dengan Calorina kala itu. Namun itu semua tidak harus menjadikannya untuk bersikap berlebihan pada Agatha.
"Tapi tidak masalah. Aku mengerti dengan Roux." Lirih Agatha.
"Ehm,, Iya Agatha keluargamu tinggal di Tavullia? Mengapa mereka tidak kamu ajak saja pindah kesini?" Tanya Laurent.
"Orang tua saya sudah meninggal nek sejak saya masih kecil." Jawan Agatha menyembunyikan kesedihannya.
Laurent mengangguk kemudian beranjak pergi meninggalkan mereka berdua.
KAMU SEDANG MEMBACA
Psycopathe
HorrorBermula dari saat Caroline berusia 12 tahun, Dimana ia melihat ayahnya sedang menyiksa ibunya hingga membunuhnya dengan keji. Merasa tak terima Caroline langsung membunuh ayahnya dengan memenggal kepalanya. Caroline yang terbukti bersalah dan dima...