9

368 9 0
                                    

Loriz menghampiri Agatha dengan berlari  hingga membuat nafasnya terengah-engah. Agatha yang melihatnya nampak heran hingga menghentikan kegiatannya menyiram bunga.

"Ada apa Loriz?" Tanya Agatha bingung.

"Lima orang dari penduduk Riquewihr hilang. Entah mengapa beberapa terakhir ini banyak sekali penduduk yang tiba-tiba hilang. Kamu tidak apa-apa kan? Apakah kamu pernah menerima teror?" Loriz nampak panik.

Agatha tersenyum melihat wajah lucu Loriz saat panik. Loriz yang menyadarinya langsung salah tingkah dan menunduk seraya meminta maaf. 

Beberapa orang terlihat keluar dengan penuh kepanikan. Serta diantara mereka memasang photo-photo 5 orang warga yang dinyatakan hilang.

"Kampung kita lagi kacau. Lebih baik kita panggil polisi untuk menjaga desa kita. Jika tidak semua orang disini pasti akan hilang." Ucap salah satu warga.

Agatha dan Loriz hanya memandang orang itu. Kemudian Agatha mengandeng Loriz dan mengajaknya untuk masuk kedalam rumahnya.

"Tapi menurutku bagaimana jika kita tidak perlu memanggil  polisi." Lirih Agatha hingga membuat Loriz heran. " Jadi begini Riz, Bisa saja mereka tidak hilang. Coba kamu pikirkan deh. Mereka semua masih muda bisa saja mereka pergi berlibur kan?" Lanjut Agatha.

Loriz terlihat berfikir sebentar lalu mengangguk menyetujui pendapat dari Agatha. Bisa saja mereka  berlibur serta juga mereka berlima juga sangat terkenal memiliki hobi berpesta. Jika mereka hilang atau mungkin tewas pasti kita semua dapat menemukan mayat mereka. Namun, sampai saat ini semua warga tak menemukan kejanggalan dari hilangnya mereka semua.

**************

Suasana desa kembali seperti semula. Beberapa turis sudah mulai mendatangi Riquewihr. Terelebih pihak polisi sudah memastikan jika kampung mereka aman. Untuk hilangnya 5 penduduk polisi memastikan juga jika mereka sedang berlibur. Naomi orang tua Maroline mengatakan jika anaknya sempat berpamitan akan berlibur ke Barcelona.

"Apa penduduk masih belum mengenalimu?" Tanya Tuan Samuel seorang komisaris polisi di Perancis.

Agatha mengangguk lalu mengajak Tuan Samuel untuk berbicara didalam rumahnya. Agatha tak ingin ada orang yang mendengar pembicaraannya hingga akan mengetahui identitasnya yang asli. 

"Aku sangat senang menjadi Agatha. Dimana aku bisa tetap tinggal didesa kelahiranku tanpa ada orang yang takut akanku." Lirih Agatha sembari memandang suasana kampung dari jendela didepannya.

Samuel mengangguk dan memahami itu semua. Terlebih saat Caroline ditahan atas pembunuhan yang dia lakukan ia masih berusia 12 tahun. Serta penduduk juga sudah melarangnya untuk kembali lagi kedesanya karena menganggap apa yang dilakukan Caroline sangat mengerikan. Membunuh dengan membelah kepala ayahnya menjadi 2 bagian membuat penduduk takut untuk menerima kembali. Penduduk takut jika Caroline bisa saja melakukan hal yang sama terhadap mereka jika mereka tanpa sengaja berbuat salah padanya.

"Lantas sampai kapan kamu akan menyembunyikan ini semua?" Tanya Samuel kembali memandang Agatha yang nampak sedih.

Ia tahu apa yang dirasakan Agatha. Ia pasti sangat merindukan kehangatan keluarganya. Namun ia harus kehilangan itu semua tak kala umurnya masih 12 tahun. Serta dia juga harus menghabiskan masa remajanya selama dua puluh tahun dirumah sakit jiwa.

"Baiklah aku tahu jawabanmu. Hubungin aku jika kamu perlu bantuanku. Aku akan pergi jaga dirimu baik-baik" Ucap Samuel lalu memakai topinya dan pergi meninggalkan Agatha.

Agatha mengangguk lalu mengantarkan Samue sampai didepan pintu rumahnya. Setelah samuel pergi ia melihat Roux yang sejak tadi mengamatinya. Kedua matanya menatap tajam dirinya tanpa ada secuil senyum.

"Agatha..." Teriak Roux lalu berlari menghampiri Agatha.

Agatha menahan dirinya untuk menutup pintu rumahnya.

"Ada apa?" Tanya Agatha ketus.

"Tadi aku lihat tuan Samuel mengunjungimu. Apakah ada masalah?" Tanya Rouxdengan sedikit khawatir.

"Tuan Roux hanya ingin mengunjungi saudaranya. Yaitu aku." Jawab Agatha singkat.

"Apa kamu masih marah terhadapku?" Tanya Roux dengan perasaan bersalah.

Agatha menggeleng lalu menutup pintu dan menguncinya. Membiarkan Roux berdiri mematung didepan pintu. Agatha sangat ingin sendiri kali ini. Tidak ada hasrat untuk membunuh, menyiksa atau lainnya. Kini ia hanya butuh dekapan dari ibunya.

"Ma...Calorine rindu mama." Batinya lalu memeluk foto ibunya.

Calorine menangis tersedu. Ia sebenarnya tak tahan jika selalu menyiksa bahkan membunuh orang. Namun entah mengapa tangannya selalu gatal dan ingin menyiksa setiap orang yang pernah membuat hatinya terluka. Tapi entah mengapa setiap dirinya akan membunuh Roux ia serasa tertahanbegitu saja. Ia tak ingin membunuh Roux.

*****

Roux terekejut saat ia membuka pintu rumahnya ia mendapati Dona sudah duduk santai sambil menikmati segelas wine. Wajah Roux mendadak berubah menjadi amarah hingga membiarkan Dona tanpa menyapanya. Roux membuka mantelnya lalu membuangnya kekursi. 

"Roux..mengapa kamu menyambutku seperti itu? Bukankan aku sudah meminta maaf?" Tanya Dona.

Dona beranjak dari duduknya lalu menghampiri Roux yang masih enggan menatap wajahnya. 

"Lebih baik kamu pergi dari rumahku. Aku tidak ingin melihat wajahmu." Ucap Roux ketus.

"Setidaknya biarlah aku menginap selama beberapa hari disini. Aku tahu kamu masih marah padaku. Tapi aku juga tahu jika kamu masih mencintaiku." UCap Dona bangga.

Mendengar ucapan Dona Roux langsung memalingkan wajahnya. Raut wajahnya sangat tidak suka mendengar ucapan dari Dona hingga membuatnya mendorong Dona dan mebuatnya terjatuh.

"Terserah" Ucap Roux lalu masuk kedalam kamarnya dan membanting pintunya.

Dona tersenyum. Ia sangat rindu dengan sikap dingin Roux yang nyatanya tak bisa ia lupakan. Meski kini dirinya telah menjalin kedekatan dengan pria yang membuat dirinya berpaling dari Roux namun pesona dinginnya Roux sama sekali masih membekas dalam dirinya.

"Bukannya dia juga tinggal disini." Batin Dona lalu mengeluarkan ponselnya.

To :  Loriz

Aku ingat jika kamu tinggal di Riquewihr. Aku sekarang berada disini. Bisakah kita bertemu?

Dona meletakkan ponselnya diatas meja. MEmang sudah beberapa bulan ia tak bertemu dengan Loriz si pencuri hatinya. Setelah kembalinya Loriz kekampung halamannya membuat intensitas pertemuannya dengan Loriz sangat berkurang. Terlebih Loriz seperti sengaja menjauhinya.

From : Loriz

Kamu berada disini? Baiklah tunggu aku di D'Brendelstub sore nanti.

Dona tersenyum membaca balasan pesan dari Loriz. Sehingga membuat Dona berfikir jika Loriz sangat merindukannya. Dona mengemasi pakaiannya lalu keluar dari rumah Roux dengan membawa ransel yang berisi pakaian - pakaian miliknya.


PsycopatheTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang