3

455 20 1
                                    

Calorine menatap langit malam itu. Tangan Calorine terasa gatal seperti ingin mencincang tubuh manusia. Bahkan ia sangat rindu dengan suara jeritan orang-orang yang kesakitan. Entah mengapa keinginannya semakin menggebu setelah ia berhasil membunuh Clare dengan cara menyiksanya.

Lamunan Calorine terganggu saat ia mendengar suara mencurigakan dari lantai bawah rumahnya. Seperti ada suara langkah kaki mengendap untuk menaiki tangga menuju lantai dua miliknya. Calorine segera keluar dari kamarnya dengan linggis  dan mengintip dari pintu kamarnya. Terlihat seorang pria memakai topeng berusaha membuka kamar milik kedua orang tuanya. Calorine yang tidak tinggal diam segera melangkah menghampiri pria tersebut.

PRUUUKKKKK PRUKKKK PRUKKKKK PRUUKKKKKK PRUUKKKK

Calorine memukul wajah pria itu bertubi - tubi. Darah segar mengalir dari kepala pria itu hingga membuat pria itu tergoleh lemas. Melihat tangannya yang masih bergerak Calorine kembali memukul dengan sangat keras hingga membuat linggis tersebut menancap tepat di tengah kepla pria tersebut.

"Mati" Lirihnya sembari sembuka topeng pria itu. 

Calorine lalu menyeret tubuh pria itu dan memasukkannya kedalam kamar mandi. Kemudia ia merendam mayat tersebut kedalam bathup untuk menghilangkan darah yang mengalir. Setelah itu Calorine membungkus tubuh pria itu kedalam plastik. 

"Aku harus membuangnya kemana?"Tanyanya dalam hati. "Aku tau aku akan menyimpannya dalam kulkas dan aku akan memasaknya." Lirihnya.

Calorine pun menyeret mayat itu lalu memasukkannya kedalam Freezer. Namun sebelum itu Calorine memotongnya menjadi 12 bagian baru kemudian ia masukkan kedalam Freezer. 

***********

Wajah Agatha masih selalu menganggu pikiran Loriz. Entah mengapa gadis manis itu berhasil mencuri hatinya. Laurent yang melihat cucunya selalu tersenyum membuatnya bahagia. Laurent pun menghampiri Loriz yang sejak tadi berdiri didepan pintu sambil memandang bulan.

"Ehem...Sepertinya kamu menyukainya penghuni baru di keluarga Thomas." Ucap Laurent membuat Loriz terkejut.

"Tidak Oma, Aku merasakan jika sepertinya desa ini agak berbeda dengan 20 tahun lalu." Loriz berbohong.

"Semenjak kejadian itu memang ada beberapa yang memilih untuk pindah. Namun ada juga yang masih bertahan. Lihat saja desa ini nampak sangat indah banyak sekali wisatawan yang berkunjung kesini." Ucap Laurent lirih.

"Terkadang Loriz masih merindukan Calorine nek." Lirihnya.

Loriz memandang Laurent dengan wajah sendunya. Laurent mengangguk lalu menuntun Loriz untuk masuk kedalam rumah. Laurent tau akan kerinduan cucunya tersebut. Namun mau bagaimana lagi Calorine telah meninggal. Meski dirinya juga merasa bersalah karena ia tak mampu membela Calorine kala itu karena dirinya sedang berada di London.

"Sudahlah, Kita berdoa semoga Calorine damai disana."Ucap Laurent lalu memeluk cucunya tersbut.

Laurent memang sangat dekat dengan Loriz. Terlihat Laurent memang selalu membantu Calorine saat ia di pukuli oleh Thomas. Bahkan Calorine dan mamanya selalu bersembunyi dirumah Laurent saat Thomas hampir membunuhnya. Saat mendengar kematian Calorine Laurent nampak terpukul apalagi saat pihak rumah sakit dan kepolisian menyembunyikan makam ari Calorine. Namun Laurent menerimanya karena semua itu sudah menjadi permintaan Calorine di surat yang ditemukan pihak rumah sakit.

"Loriz merasa jika  Agatha seperti Caroline." Lirihnya.

"Sudahlah...." Laurent mengusap rambut Loriz.

***********




PsycopatheTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang