Agatha kembali menatap wajah orang yang melahirkannya. Kerinduan itu semakinn masuk kedalam relung hatinya. Semakin dalam Agatha merasakan rindu semakin dalam juga kebenciannya akan keluarga Clare. Meski dia sudah berhasil membunuh Clare dan juga Alberth itu tak cukup mengobati luka lamanya. Yang hanya diinginkan Agatha hanyalah membunuh dan membunuh. Ada sensasi tersendiri yang ua rasakan saat ia menyiksa bahkan sampai membunuh para korbannya. Terlebih saat ia membunuh lelaki ia merasakan jika saat itu dia menyiksa ayahnya sendiri.
"Ma..entah mengapa Calorine memiliki hobi gila seperti ini. Namun semua ini karena Thas yang telah membunuh mama."Lirihnya lalu memeluk foto mamanya.
Lamunan Agatha buyar saat terdengar suara rigtone ponselnya. Agatha merogoh sakunya dan mengambil ponsel miliknya. Ia meletakkan kembali ponselnya saat ia melihat nama Roux dilayarnya. Sebuah pesan yang ia sendiri sangat malas untuk membacanya. Terleboh dengan kejadiaan saat Roux menjepit tangannya dengan pintu hingga membuat luka di telapak tangannya.
From : Roux
Aku hanya ingin minta maaf atas kesalahannku. Aku tak bermaksud untuk menakutimu. Aku melihat kalung yang kamu kenakan. Itu sangat sama dengan kalung yang pernah aku berikan pada Colorine.
Agatha kembali meraih dan membacanya. Ia menepuk dahinya. Bagaimana mungkin ia lupa melepaskan kalung yang ia kenakan. Agatha sendiri tak tahu jika itu kalung pemberian dari Roux. Ia berfikir jika kalung itu pemberian dari Loriz.
To : Roux.
Sudah lupakan saja. Kalung ini aku beli saat aku berlibur ke Rome.
Agatha membalas pesan untuk Roux. Agatha berjalan lalu meletakkan kembali foto ibunya diatas meja samping ranjangnya.
Agatha melepas kembali kalung pemberian daro Roux lalu menyimpannya didalam laci. Memang awalnya dia juga dekat dengan Roux setelah pindahnya Loriz dari desanya. Namun keakrapan itu harus lenyap manakala dirinya mendapati kenyataan pahit.
Perselingkuhan itu telah membuat luka teramat dalam. Luka itu tak bisa lenyap begitu saja meski dirinya telah membunuh Clare dan suaminya.
******
Roux sadar betul dengan kesalahannya. Karena dirinya Agatha mengalami luka yang ia berika. Bahkan mungkin Agatha akan menghindar darinya. Namun Roux sadar jika kalung itu sangat sama percis dengan Calorina. Roux sendiri membelinya saat ia berlibur ke Sydney. Serta menurut penjual kalung itu hanya di jual di Sidney. Namun bagaimana mungkin Agatha mendapatkannya di Rome.
"Roux...Roux!!!!"
Terdengar suara ketukan keras serta teriakan orang memanggilnya. Terdengar dari nada suaranya orang itu penuh dengan amarah. Roux pun segera bergegas meninggalkan kamarnya lalu membuka pintunya.
"Loriz?"Roux nampak heran melihat amarah yang begitu besar pada wajahnya.
Tanpa aba-aba Loriz melemparkan bogem mentah pada Roux.
BUGH BUGH BUGH
Loriz memukul Roux berkali kali di wajahnya. Wajah putih Roux berbuhah menjadi merah serta penuh darah. Namun Roux sama sekali tak membalasnya. Roux tahu krmarahan Loriz disebabkan oleh dirinya.
"Kamu gak seharusnya membuat Agatha ketakutan" Loriz memcengkram lengan baju Roux.
"Sory Riz...Aku tau aku salah. Aku hanya berfikir jika dia itu Calorine." Jawab Roux santai.
" Tapi kamu tau kan dia itu Agatha. Bukan Calorine!!" Nada Loriz naik.
" Kalung itu....."Roux menghentikan ucapannya.
Loriz yang mendengarnya langsung melepaskan cengkramannya. Roux menghela nafas panjang lalu merapikan bajunya.
"Aku pernah memberikan kalung pada Calorina. Aku tau betul jika kalung itu dariku, aku membelikannya saat aku berlibur ke Sydney." Jelas Roux.
Loriz menatap kembali Roux. Lalu pergi meninggalkan Roux dengan wajah penuh memar.
***********
Agatha mendekap tubuhnya. Ia menuruni tangga memasuki ruangan rahasianya. Terlihat di bawah sana beberapa orang yang sudah ditangkapnya. Bahkan setiap orang berteriak dan memohon untuk dilepaskan. Calorine mengurung 5 orang dan mengikat tubuh mereka. Merekan adalah Maroline, Sheilla, Selly, Laura serta Jeremy. Lima orang tersebut diikat oleh Agatha seperti permaina karosel. Agatha memasang sebuah senapan di salah satu titik karosel. Setiap selang waktu karosel akan berhenti berputar. Setiap orang memutar sebanyak lima kali. Namun setiap kali senapan itu berhenti maka akan melukai orang yang diepannya. Tentu Agatha memasang pisau tajam yang siap untuk menusuk bagian dada para korban.
Agatha berjalan mendekati para korban yang sudah nampak pasrah. Sedang Maroline dan Sheila menatap Agatha tajam penuh amarah.
"Apa salah kami. Sedang kami sendiri tak mengenalmu. Kamu warga baru namun memiliki kriminal yang sangat tinggi. Wajah cantik serta keramahanmu hanya topeng semata." Ucap Maroline penuh emosi.
Agatha tersenyum kecut dan menghampiri Maroline. Agtatha menarik rambut Maroline dengan sangat kencang hingga membuat Maroline kesakitan.
"Aku adalah orang yang dulu kalain sering Bully. Kamu apa tidak mengingatnya saat kamu serta kalian semua mengurungku didalam gudang seorang diri hingga membuatku menggigil kedinginan. Kalian mengurungku berhari-hari hingga membuatku hampir saja mati. Namun aku beruntung Loriz serta Roux menemukanku dan membawaku kerumah sakit." Kata Agatha lalu tersenyum memandang satu persatu temannya.
"Caroline?" Ucap mereka berlima serentak.
Agatha mengangguk kemudian memutar karoselnya. Semua orang nampak panik serta berteriak. Mereka ketakutan saat serta menutup matanya sementara Agatha terus merekamnya tak lupa ia menyalakan musik klasiknya.
JRESSSS
Salah satu pisau menusuk di dada Selly. Kedua mata Selly melotot menahan sakit serta darah terus mengalir didadanya. Sebagai tambahannya Agatha langsung melemparkan pisau disampingnya hingga mengenail mata kiri Selly.
"AAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAA" Selly menjerit hingga membuat empat lainnya sontak terkejut.
Beberapa menit kemudian saat tubuh Selly lemas Agatha kembali melemparkan pisaunya kali ini pisau tersebut menancap di kepala Selly hingga membuatnya tewas seketika.
Agatha tersenyum lalu kembali memutarnya hingga kembali membunuh satu diantara mereka hingga masih tertinggal Maroline saha. Maroline yang menyadari empat sahabatnya tewas lantas berontak. Namun percuma saja Maroline tak bisa membukanya karena Agatha telah mendesaign kuncinya tidak bisa terbuka kecuali dengan dibakar.
"Caroline..Maafkan aku. Aku tau aku salah. Tapi itu sudah 20 tahun lebih." Pinta Maroline.
Agatha menoleh dengan pandangan menyepelekan Maroline. Namun Agatha kemudian pergi hingga kembali lagi membawa gergaji mesin yang menyala. Maroline yang melihatnya langsung menangis ketakuta.
Maroline menggelengkan kepalanya saat Agatha terus mendekatinya dengan membawa gergasi mesin tersebut. Langkah demi langkah Agatha kian mendekat hingga jarak antara keduanya hanya tinggal 2 langkah saja. Agatha tersenyum lalu mengarahkan gergaji tersebut pada tangan Maroline.
Maroline menjerit tak kala gergaji tersebut mulai mengiris tengan kanan Maroline. Kemudian Agatha kembali memotong tangan kirinya. Maroline tak kuat menahannya dan hanya bisa terus menjerit dengan darang yang kian membasahi tubuhnya.
"Ca.....lo...Rin......e...maaaaafffff"
Belum sempat menyelesaikan ucapannya Agatha langsung menebas kepala Maroline hingga membuatnya terpisah dari badannya. Membuat darah mengucur membuat Agatha tersenyum. Dengan penuh semangat kini Agatha mencabik-cabik tubuh Maroline lalu memberikan pada anjing peliharaannya.

KAMU SEDANG MEMBACA
Psycopathe
HorrorBermula dari saat Caroline berusia 12 tahun, Dimana ia melihat ayahnya sedang menyiksa ibunya hingga membunuhnya dengan keji. Merasa tak terima Caroline langsung membunuh ayahnya dengan memenggal kepalanya. Caroline yang terbukti bersalah dan dima...