11

427 16 3
                                    

Loriz membawa Dona menuju kediaman Agatha. Loriz beranggapan jika Dona harus menginap di penginapan Agatha selama disini. Terlebih Agatha hanya tinggal sendiri serta penginapan dirumahnya juga sedang sepi. Loriz menganggap jika dengan menginapnya Dona bisa menambah pemasukan untuk Agatha. 

Setibanya disana Dona nampak terkejut dengan rumah besar Agatha yang nampak menyeramkan. Sepi, Sunyi serta bangunan kuno yang menunjukkan kesan menakutkan.

"ini rumahnya? Besar namun mengapa sangat sepi. Temen kamu tinggal sendiri disini?" Tanya Dona heran.

"Iya, Kamu tau kan tempat ini memang terkenal dengan bangunan kuno yang menarik." Jawab Loriz santai.

Dona mengangguk dan menggandeng tangan Loriz untuk menuju kediaman Agatha. Setibanya disana Loriz segera mengetuk pintu dan memanggil nama Agatha.

TOKKK TOKKK TOKKKK

Loriz mengetuk pintu beberapa kali. Melihat genggaman Dona semakin kuat membuat Loriz melepas tangan Dona dari tangannya. Hingga membuat Dona memajukan bibirnya merasa sebal akan Loriz yang cuek terhadapnya.

KREKKKKKKK

Agatha membuka pintu dengan senyum khasnya. Namun mendadak diam saat melihat ada wanita disamping Loriz.

"Siapa Riz?" Tanya Agatha dingin.

"Ehm... Oh iya. Maaf ya Tha aku bawa temen untuk makan malam kita. Kenalin ini temenku namannya Dona. Dia dari Rome. Aku menyuruhnya untuk menginap di rumahmu. Kamu tidak keberatan kan?" Tanya Loriz memandang Agatha.

Agatha mengangguk lalu menyuruh mereka berdua untuk masuk kedalam rumahnya. Dona nampak memperhatikan isi rumah Agatha dengan perasaan sedikit takut. Tampak barang-varang kuno masih terpajang didinding. Agatha menyikut tubuh Loriz dengan perasaan tidak nyaman.

"Jadi bagaimana? memang rumah ini rumah tua. aku sengaja membelinya karena aku menyukainya serta harganya yang murah." Kata Agatha datar sambil menatap tajam Dona.

Dona mengangguk hingga membuat Agatha tersenyum simpul. 

"Oh iya. Aku akan buatkan minum untuk kalian. Sementara aku juga akan menyiapkan makan malam untuk kita bertiga." Pamit Agatha.

Dona dan Loriz hanya mengangguk. Sementara Dona terlihat memeluk tangan Loriz dengan ketakutan. Terlebih sikap Agatha yang sangat dingin terhadapnya. Seperti singa lapar yang bersiap mencengkramnya.

*****

Roux berjalan mengelilingi jalan mencari keberadaan Dona. Ia sama sekali tak memperdulikan cuaca dingin yang sejak tadi mengganggunya. Terlebih saat ini Riquewihr mempunyai suhu 3 derajat selsius.

Roux  masih terus berjalan sambil sesekali mendekap tubuhnya. Ia mencari dari satu cafe ke cafe lain tapi ia sama sekali tak menemukannya. Bahkan Roux mencoba menghubungi ponsel Dona dan tidak tersambung hingga membuatnya kesal.

"Kamu pergi kemana sih?" Keluhnya.

Roux akhirnya memutuskan memasuki sebuah cafe untuk menikmati secangkir kopi untuk menghangatkan tubuhnya. Sejenak ia berfikir mungkin Dona kembali ke Rome karena Roux sejak tadi tak memperdulikannya. Atau bisa saja Dona pergi untuk menginap di salah satu hotel Riquewihr. Roux tak mungkin mengecek satu persatu hotel untuk menemukan Dona. 

********

Dona nampak takjub dengan makanan yang tersaji didepannya. Begitu juga dengan Loriz.

"Silahkan duduk." Ucap Agatha.

Dona dan Loriz mengangguk.Banyak hidangan yang telah disajikan. Loriz tak henti memuji Agatha hingga membuat Dona sedikit terbakar cemburu. Namun ia juga tak bisa meluapkannya amarah serta kecemburuannya terhadap Agatha.

"Silahkan dinikmati" Agatha kemudian duduk di antara mereka berdua.

Loriz dan Dona mengangguk lalu menikmati masakan dari Agataha yang menurut mereka sangat lezat melebihi restaurant bintang 5. Agatha tersenyum melihat mereka menikmati hidangan yang telah ia masak.

"Ini tidak seperti daging sapi, teksturnya sangat lembut sekali. Semua bumbu meresap. sangat sempurna." Puji Dona.

Agatha mengangguk dan tersenyum dingin melihat Dona dan Loriz menikmati daging manusia yang telah dimasak olehnya

PsycopatheTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang