Semenjak kasusnya 20 tahun silam selesai dan ia di nyatakan bebas dan sembuh Caroline kembali ke Riquewihr France. Disana ia harus menyamar sebagai sosok baru. Bukan tanpa alasan ia sadar jika ia datang sebagai Caroline bukan tidak mungkin ia akan menerima penolakan. Caroline sendiri sudah meminta bantuan pihak berwajib untuk menyembunyikan identitasnya dan menganti namanya dengan Agatha Palmer. Kecantikan wajahnya pun menjadi maghnet bagi para pria untuk mendekatinya.
Agatha menatap halaman rumahnya dengan wajah sendu. Ia masih ingat kejadian itu dimana saat ia membunuh ayahnya serta harus menyaksikan ibu tercintanya meregang nyawa karena kebiadapan ayahnya. Ia melangkah mendekati rumahnya yang nampak tidak terawat. Beberapa tetangga yang melihatnya mendekatinya dengan heran.
"Hai...Apakah kamu akan tinggal disana?" Tanya seorang wanita tua.
Agatha mengangguk hingga membuat wanita tua itu mengerutkan dahinya. Wanita tua itu heran sudah dua puluh tahun rumah itu kosong setelah kejadian pembunuhan sadis itu. Hingga di tetapkannya Caroline sebagai tersangaka namun tiba-tiba datang seseorang untuk menempatinya.
"Aku baru membelinya dari agent property. Aku mengira rumah ini sangat murah dan aku menyukainya hingga aku membelinya." Jawab Agatha lembut sambil tersenyum.
Wanita tua itu mengangguk dan meninggalkan Agatha sendiri. Agatha memandanginya dengan senyum kecutnya. Agatha ingat wanita tua itu tak lain adalah Clare, wanita yang telah menggoda ayahnya hingga membuat ayahnya berpaling dari ibunya. Bukan hanya itu Clare selalu menghasut papanya agar membenci ibunya hingga berbuat kasar dan sering memukulinya. Agatha juga pernah mendengar saat Clare membujuk ayahnya untuk membunuh ibunya agar mereka bisa hidup bersama. Selain itu Clare sejak dulu juga mengincar kekayaan ayahnya untuk kehidupan glamornya.
Agatha pun kembali melanjutkan langkahnya mendekati pintu rumahnya. Ia membuka pintu dengan hati yang bergetar. Ia masih mendengar teriakan - teriakan kesakitan ibunya saat itu. Bahkan ia masih terngiang-ngiang saat ia membunuh ayahnya. Ia membuka pintu rumah dan masuk secara perlahan. Ia mengamati sekelilingnya dan tidak ada yang berubah. Beberapa photo kecilnya masih terpacang di dinding-dinding serta beberapa photo keluargnya. Agatha melangkah mendekati photo seorang pria yang tak lain adalah ayahnya. Ia mengambil dari meja lalu membantingnya.
TTAAAARRRRRRRRRRRRRR
Serpihan kaca jatuh berserakan. Ia mengambil photo itu lalu merobeknya penuh dengan amarah. Agatha terus menangis hingga membuat dirinya membanting beberapa barang di sekitarnya. Namun ia segera menghapus air matanya saat ia mendengar suara ketukan dari pintu rumahnya.
TOKK TOOKKK TOKKK
Agatha berjalan sembari mengintip, Agatha yang lupa menutup kembali pintunya langsung disambut senyum seorang pria. Agatha langsung menghampirinya dengan mengerutkan dahinya. Karena jujur saja Agatha sama sekali tak mengenal pria tersebut. Pria itu seperti seusia dengannya. Pria itu terlihat sangat ramah terlihat dari senyum dibibirnya yang tampak dari dalam hatinya.
"Hai, apakah kamu penghuni baru dirumah ini?" Tanya pria itu dengan kembut. " Apakah aku boleh masuk?" Tanya pria itu kembali.
Agatha mengangguk dan tersenyum. Pria itu mendekati Agatha dan mengulurkan tangannya.
"Loriz." Ucap pria itu.
"Agatha." Agatha membalas uluran tangan pria itu.
Pria itu mengamati sekelilingnya dengan wajah yang menjadi sedih. Seperti ia teringat akan seseuatu yang melukai hatinya.
"Sudah Dua Puluh tahun lebih aku tidak masuk kedalam rumah ini. Setelah sekian lama rumah ini sama sekali tak ada perubahan." Ucapnya lembut.
"Apa kamu mengenal penghuni sebelumnya?. Aku mendapat gosip jika rumah ini pernah terjadi pembunuhan yang sangat keji." Ujar Agatha sambil membersikan meja dengan lap ditanganya.

KAMU SEDANG MEMBACA
Psycopathe
HorreurBermula dari saat Caroline berusia 12 tahun, Dimana ia melihat ayahnya sedang menyiksa ibunya hingga membunuhnya dengan keji. Merasa tak terima Caroline langsung membunuh ayahnya dengan memenggal kepalanya. Caroline yang terbukti bersalah dan dima...