Chapter 1

1.7K 138 20
                                    

Seulgi bergelung manja dalam pelukan Sehun. Gadis itu menuntaskan rindunya pada Sehun yang selama beberapa hari bertugas di Jepang karena urusan pekerjaan. Dan sebagai salah satu bentuk permintaan maaf, Sehun harus rela melakukan apa pun untuk Seulgi.
"Kau keterlaluan! Kau bahkan tidak meneleponku selama di Jepang. Aisshh...kau pasti bermain-main dengan banyak wanita disana, eo?" tuduh Seulgi, gadis itu menyipitkan matanya kesal. Kedua tangannya terlipat di dada.
Pria itu tersenyum, menahan tawanya. Sehun selalu menyukai wajah kesal Seulgi, baginya terlihat lucu dan menggemaskan. Ditariknya lembut gadis itu kembali dalam pelukannya. "Kalau kau merindukanku, diamlah! Peluklah aku sepuas yang kau mau."
Dan seketika Seulgi luluh, gadis itu dengan semangat semakin mempererat pelukannya pada Sehun. Dia rindu sekali dengan wajah tampan ini, dengan aroma tubuh ini. Padahal Sehun hanya pergi beberapa hari saja.
"Aku hanya ingin menikah denganmu saja, di kehidupan ini atau di kehidupanku selanjutnya aku hanya akan melihatmu sebagai pasangan hidupku." Seulgi bergumam, lalu menatap Sehun penuh arti.
"Mwo...rago?" tanya Sehun terbata. Mereka memang sudah lama dekat bahkan semakin dekat setelah mereka sama-sama beranjak dewasa tapi kenapa itu tiba-tiba sekali. Jantungnya berdebar kencang.
"Bagaimana menurutmu jika aku mengatakan itu pada Kai Oppa?" gadis itu bangun dari pelukannya, duduk tegak menatap lawan bicaranya. Menanti tanggapan apa yang akan diberikan dengan penuh harap. Dia merangkai kata itu dengan susah payah, karena sejujurnya Seulgi bukanlah tipe wanita yang romantis atau suka mengeluarkan kata-kata yang manis.
"Nde?" Sehun mengernyitkan keningnya, ahh...dia salah paham. Dia bahkan ikut terhanyut dengan kata-kata yang tidak ditujukan untukknya. "Kai hyung? Kau akan dibilang wanita perayu. Darimana kau belajar merayu seperti itu?"
"Aisshh!" gadis bermata kucing itu memukul dada Sehun dengan kepalan tangannya yang tak seberapa, kesal. Dia merasa tak dihargai atas usahanya.
"Apa kau sedang berusaha melamarnya?" tanya Sehun memastikan. Sedikit was was dengan jawaban yang akan diberikan, meski dia sendiri cukup yakin bahwa perkataan Seulgi mengarah kesana.
"Dia tidak akan melamarku jika aku tidak memintanya. Dia seperti robot yang akan bergerak jika diperintah saja." Keluh Seulgi. Ya, dia mengeluhkan perihal kekasihnya. Kekasihnya yang seorang pengusaha muda yang sudah dikencaninya 3 tahun terakhir. Kekasih Seulgi yang juga merupakan kakak tiri dari Sehun, Kim Kai.
Sehun mendengus kasar, "Kau mengeluh tentang dia selama 3 tahun, dan kau tetap bertahan dengannya selama 3 tahun."
"Apalagi yang bisa aku lakukan? Entah mantra apa yang dia pakai untuk menahanku tetap di sisinya." Gadis itu merona, mengingat Kai saja sudah membuatnya tersipu. Ya, pria bermarga Kim itu sangat mempesona hingga membuatnya tak bisa berpaling pada laki-laki mana pun. Sehun merupakan pengecualian.
"Apa kau benar-benar tidak bertemu gadis Jepang yang cantik disana?" Seulgi kembali bertanya, mengalihkan pembicaraan.
"Wae? Aku sudah jelaskan padamu bukan?"
Hubungan mereka terlihat aneh bagi orang-orang yang berada di sekitar mereka. Sehun dan Seulgi adalah sahabat semasa kecil dan tetap menjadi sahabat sampai mereka beranjak dewasa. Mereka tetap bersahabat meski salah satu di antara mereka memiliki kekasih. Dan entah mengapa hubungan percintaan mereka tidak pernah berjalan semulus hubungan persahabatan antara keduanya. Selalu saja berakhir dengan alasan cemburu dengan persahabatan Sehun dan Seulgi. Hingga akhirnya Seulgi jatuh hati pada Kai, kakak tiri Sehun. Kai dan Seulgi memiliki ketertarikan yang sama. Bahkan hubungan Seulgi dan Kai sudah mengalahkan rekor lama waktu kencan Seulgi sebelumnya.
***
Seulgi terus tersenyum. Hari ini adalah hari paling membahagiakan dalam hidupnya. Tidak berhubungan dengan Sehun barang sehari saja sudah membuat dunianya seolah terbalik. Dan pria itu kini sudah kembali padanya. Urusan bisnis memisahkan mereka untuk beberapa hari, tapi tetap saja bagi Seulgi itu seperti bertahun-tahun lamanya terlebih Sehun sama sekali tidak menghubunginya selama dia berada di Jepang. Teman yang jahat.
"Kau memikirkan apa?" Kai membuyarkan lamunannya. Ya, sepulang dari menyambut Sehun, gadis itu pergi menemui kekasihnya, Kai.
Seulgi menggeleng, "Aniya. Bagaimana pekerjaanmu di kantor, Oppa?"
"Sedikit banyak." Pria itu mengusap tengkuk kepalanya perlahan. Lelah. Pekerjaannya menguras tenaga juga waktu yang ia miliki. Sehingga waktu bersama sang kekasih, Seulgi, pun harus dikorbankan. Meski berada di kota yang sama, bukan berarti mereka bisa bertemu setiap saat. Kai terkadang menahan rindunya bertemu dengan Seulgi karena pekerjaannya yang sangat banyak, jadwal meeting ke luar kota dan lain-lain. "Kau sudah bertemu dengan Sehun?"
"Hmm...aku menjemputnya di bandara tadi siang." Sahut Seulgi riang.
"Tapi menyebalkan sekali, dia tidak membawa apa pun untukku. Sama sekali." ekspresi wajahnya berubah kesal mengingat Sehun dengan wajah tak berdosa mengatakan dia tak ingat untuk membeli sesuatu disana.
"Dia pergi untuk bekerja, bukan jalan-jalan." Koreksi Kai, bibirnya sedikit tertarik membentuk sebuah lengkungan tipis. Pria berkulit tan itu memiliki bibir penuh yang menggoda. Sifatnya berbanding terbalik dengan Sehun. Kai lebih pendiam dan sangat efisien dalam segala hal. Dia bukan tipe orang yang senang berbasa-basi. Semuanya dilakukan sesuai dengan rencana. Dan Kai adalah pria paling idealis yang pernah Seulgi temui.
"Lalu bagaimana dengan acara fashion showmu?" tanya Kai mengalihkan pembicaraan, diseruputnya kopi yang sejak tadi tersaji. Dia tidak terlalu menyukai kopi tapi semenjak pekerjaannya membutuhkan banyak perhatian, entah mengapa Kai jadi menggemari kopi bahkan di waktu senggang seperti ini.
"Semuanya sudah siap, hanya tinggal menunggu harinya saja. Oppa akan datang kan?" mata gadis itu berpendar penuh harap. Ini fashion show nya yang kesekian dan Kai tidak pernah hadir dengan alasan pekerjaan. Tapi fashion show kali ini lebih special karena bertepatan dengan hari ulang tahun Seulgi jadi tidak salah apabila dia mengharapkan kekasihnya juga hadir di acara itu.
"Aku akan lihat jadwalku dulu."
Seulgi mendesah kecewa, bukan itu yang ia inginkan. Meski masih ada harapan. "Tidak bisakah kau senangkan aku dulu dengan mengatakan 'iya'?"
"Seulgi-ahh, jika aku tidak bisa datang, kau akan merasa aku berbohong bukan?"
"Tapi hari itu juga hari ulang tahunku, Oppa." Seulgi mulai merajuk. Dia sudah dewasa tapi terkadang tingkahnya akan menjadi seperti anak kecil bila keinginannya terancam tidak terwujud. "Apa kau juga tidak akan muncul di hari ulang tahunku?"
Kai terdiam. Demi Tuhan, dia benar-benar melupakan hari ulang tahun Seulgi. "Mianhae, Seulgi-ahh. Aku akan mengusakan datang untukmu."
"Lupakan saja! Aku tahu bahkan sekarang Oppa melupakan hari spesialku juga." Gadis itu benar-benar kesal sekarang. Kai sangat keterlaluan. Pria workaholic itu selalu saja menempatkan pekerjaan dalam prioritas teratasnya. Seulgi berada di urutan ke sekian.
"Hey..." Kai mengusap lembut puncak kepala Seulgi, memberi kenyamanan pada gadis itu, "Aku akan mengusahakan untuk datang. Jangan marah lagi, eo?"
Seulgi mengangguk, pasrah. Berdebat dengan Kai tidak akan gunanya, karena bagaimana pun Seulgi selalu kalah. Pria itu bukannya tidak mau mengalah, hanya saja keadaan memaksanya untuk mempertahankan egonya pada gadis ini.
Mau tak mau, Kai tersenyum. Menggenggam lembut jemari lentik Seulgi sepenuh hatinya. Dalam hatinya, Kai sangat takut jika gadis itu akan terluka nantinya.
***
Persiapannya sudah 99%, hanya tinggal eksekusi di hari H-nya saja. Selain mengundang beberapa selebriti ternama, Seulgi juga menyiapkan perayaan khusus di akhir acara untuk merayakan pertambahan usianya, juga untuk bisnisnya yang semakin sukses. Kang Seulgi, merupakan salah satu designer ternama di Korea Selatan bahkan namanya juga mulai diperhitungkan di kancah internasional. Jadi tak heran bila acara ini juga disambut sebegitu meriahnya oleh banyak kalangan, bahkan beberapa media meliput acara fashion show milik Seulgi ini.
"Sehun-ahh..." Seulgi berlari kecil menghampiri Sehun yang sangat rapi dengan setelan jasnya. Dipeluknya hangat pria berkulit putih itu, tak lupa Seulgi memamerkan sederet gigi putihnya menandakan bahwa ia sangat bahagia. Terlepas dari kedatangan Kai yang masih belum dikonfirmasi hingga detik ini.
"Ada banyak gadis cantik disini, mungkin kau bisa berkenalan dan memilih satu diantara mereka." Bisik Seulgi jahil.
"Kau akan menyesal jika memintaku memilih satu." Balas Sehun.
Seulgi mendelik bingung, apa maksudnya?
"Mereka semua yang akan mengejarku."
"Issh...percaya diri sekali." Seulgi berdecih pelan, kemudian tertawa ringan. Melupakan Kai yang entah dimana rimbanya. Kehadiran Sehun rasanya sudah lebih dari cukup. Kenapa harus menunggu seseorang yang tidak pasti datang? Ya. Sehun punya andil besar untuk mengalihkan pikiran Seulgi dari Kai.
"Aku mengucapkan selamat ulang tahun untukmu, nona Kang." Seorang gadis langsing semampai khas model menghampiri mereka berdua lalu menjabat tangan Seulgi dengan sumringah, tangannya yang lain memegang kotak kado yang segera ia berikan pada sang empunya acara, "Aku harap kau menyukainya."
"Ahh...terimakasih, Soojung-ssi." Ujar Seulgi sembari menerima kado dari Soojung, salah satu model yang ikut berpartisipasi dalam acara ini.
"Sebuah kehormatan bagiku, karena kau mengundangku di acara yang special ini."
"Tidak, aku yang merasa sangat berterimakasih karena kau menerima undanganku."
"Kau terlalu merendah, Seulgi-ssi. Sejak dulu, aku selalu menyukai karya-karyamu."
"Benarkah? Aku merasa tersanjung karena model papan atas sepertimu menyukai karyaku."
Setelah acara saling menyanjung dan merendah yang dilakukan keduanya, Seulgi tersadar bahwa ada Sehun yang tidak mengeluarkan sepatah kata pun di antara mereka. Gadis itu sedikit menarik Sehun untuk mendekat dengan senyum penuh arti, "Perkenalkan, dia sahabatku, Oh Sehun."
"Ahh...nde, Jung Soojung imnida." Gadis cantik itu nampak tersipu begitu Sehun menjabat tangannya sebagai tanda perkenalan. Tapi Sehun hanya membisu, merasa tidak perlu menyebutkan namanya lagi karena Seulgi sudah melakukan itu.
Tidak ada percakapan di antara mereka, sesungguhnya Seulgi memberi kesempatan pada Sehun untuk berkenalan lebih jauh dengan Soojung. Gadis itu merasa Sehun dan Soojung akan menjadi pasangan yang sempurna jika mereka bersama. Tapi keduanya terlihat canggung satu sama lain membuat Seulgi gemas.
"Hmm...baiklah, sepertinya aku harus kembali ke backstage, acaranya akan segera dimulai." Pamit Soojung kemudian meninggalkan Seulgi dan Sehun berdua saja.
"Auww!" pekik Sehun tertahan, tangan mungil Seulgi mencubit area pinggangnya. "Apa yang kau lakukan?"
"Dasar bodoh! Aku memberikan kesempatan padamu untuk mengenal Soojung, dan kau melewatkannya begitu saja? Issh..." cibir Seulgi. "Apa kau tidak lihat? Soojung sepertinya menyukaimu."
"Ck, sudah ku bilang akan ada banyak gadis yang mengejarku." Ucap Sehun masih dengan kepercayaan diri yang sangat tinggi. Pria itu mengabaikan tatapan kesal Seulgi karena rencananya gagal.
"Ya ya ya, dan kau sudah membuat salah satu di antara mereka tumbang sebelum berperang. Kau tau? Dia adalah gadis paling berkualitas yang aku rekomendasikan untukmu. Ck, kau benar-benar bodoh!"
"Sudah sana! Acara ini tidak akan dimulai jika tuan rumah tidak memulainya." Sehun mendorong pelan tubuh Seulgi untuk naik ke atas panggung, mengalihkan pembicaraan. Sebenarnya pria itu hanya jengah mendengar Seulgi seolah menawarkan dan mempromosikan gadis-gadis yang katanya berkualitas untuk menjadi pasangan Sehun. Sungguh, ia merasa tak tertarik sedikit pun dengan gadis-gadis itu. Hey, jangan salah sangka! Karena Sehun tidak menyukai gadis yang direkomendasikan oleh Seulgi bukan berarti Sehun tidak menyukai perempuan tapi hatinya sudah lama terpaut pada satu gadis yang tidak mungkin dimilikinya.
***
Acara selesai dan diakhiri dengan private party yang hanya dihadiri oleh Sehun. Sebenarnya bukan termasuk dalam rencana awal, tapi Seulgi terus mengeluh karena Kai benar-benar tidak memunculkan batang hidungnya di acara special Seulgi, bahkan tidak memberi kabar sama sekali. Sehingga Sehun memutuskan untuk mengobati kekesalan Seulgi dengan memberikan kejutan kecil untuknya.
"Hanya kau satu-satunya yang tidak membawa kado untukku." Cibir Seulgi, satu tangannya meneguk habis vodka yang tadi dituangkan dengan sopan oleh Sehun.
Pria itu menyeringai, "Bukankah aku adalah kado yang sangat besar? Sesungguhnya aku bingung bagaimana harus membungkus tubuh 183 cm ini."
"Astaga!" Seulgi menutup mulutnya tak percaya, seharusnya ia tak pernah menanyakan ini pada Sehun. Tiba-tiba ia menyesal karena membangkitkan rasa percaya diri Sehun yang bahkan lebih tinggi dari tubuhnya sendiri.
Sehun terkekeh, dia senang karena Seulgi selalu tersenyum saat berada di sekitarnya meski terlebih dahulu dia akan menggerutu kesal karena ulah Kai -dalam 3 tahun terakhir.
"Aku tidak mengerti, kenapa dari awal aku memilih Kai Oppa." Pikirannya kembali tertuju pada Kai, sekuat apa pun Seulgi mencoba menghindar. Hal yang paling disukai sekaligus dibencinya. Kepalanya jatuh lunglai di bahu lebar Sehun, kembali menyandarkan diri pada pria itu di kala ia letih.
"Kau menyesal?" tanya Sehun, sementara lengan kirinya tertindih bobot tubuh Seulgi, tangannya yang lain menyingkirkan botol vodka yang sudah kosong. Cukup satu botol saja, tidak boleh lebih dari itu. Seulgi bahkan sudah mulai tumbang.
Dapat dirasakan gadis itu menggeleng tapi masih enggan menegakkan kepalanya, Sehun paham betul sahabatnya ini sedang terluka. Luka yang semakin lama semakin lebar tanpa pernah diobati.
"Apa menurutmu...aku tidak cukup untuk mengerti dirinya?"
Sehun menghela napas pelan, ia tidak suka karena Seulgi selalu menyalahkan dirinya jika terjadi masalah seperti ini. Seolah apa yang terjadi sepenuhnya adalah andil dari Seulgi. Karena hal itu pula, Sehun menaruh rasa iri sekaligus benci pada kakak tirinya itu. Ia iri karena Seulgi memilihnya dan benci karena pria itu selalu membuat Seulginya terluka. "Jangan menyalahkan dirimu sendiri!"
Seulgi meringkuk, memeluk erat lengan Sehun dengan kedua tangannya seperti anak kecil. "Aku mencintainya, tapi...kenapa aku merasa sangat jauh dengannya?"
Harusnya hari ini adalah hari yang paling membahagiakan bagi Seulgi tapi karena satu pria bernama Kim Kai, hari bahagia itu berubah menjadi malam penuh luka. Demi Tuhan, jika diijinkan Sehun akan membunuh pria itu sekarang juga.
"Sehun-ah....kenapa kau begitu dekat denganku? Kenapa... justru kau..." suara serak Seulgi teredam oleh tangisnya yang mulai pecah. Gadis itu mabuk dan berbicara macam-macam, ia bahkan semakin erat memeluk lengan Sehun, membiarkan air matanya tumpah membasahi kemeja pria itu.
Dengan tangannya yang bebas, Sehun menyentuh lembut puncak kepala Seulgi. Yang bisa Sehun lakukan adalah menjadi penyembuh dari luka hati Seulgi. Gadis itu selalu datang dalam keadaan hancur dan Sehun yang berusaha menata kembali kepingan hatinya yang luluh lantak. Entah sampai kapan akan seperti ini. Sehun terus menyumpahi pria bernama Kim Kai itu dalam hatinya.
***
Ini adalah perayaan ulang tahun paling menyedihkan sepanjang sejarah hidup Seulgi. Jika saja Sehun tidak menopangnya mungkin Seulgi akan terjun bebas dalam keterpurukan. Kai bahkan tidak ingat sekali pun untuk mengucapkan selamat ulang tahun padanya. Seulgi bertekad dalam hati begitu ia membuka mata pagi itu -dalam pelukan Sehun, bahwa ia sangat marah pada Kim Kai.
Sehun pergi pagi-pagi sekali karena harus menghadiri meeting penting, sementara Seulgi memutuskan untuk diam di apartemen, matanya membengkak akibat seharian menangis. Karena seorang Kim Kai, ia merelakan wajah cantiknya seperti ini. Seulgi terus merutuk sembari membasuh wajahnya dan mengamatinya di cermin dengan seksama.
Tapi berada di apartemen juga membosankan, tak ada hal lain bisa dilakukan selain menonton televisi dan tidur. Seulgi sedang dalam program diet jadi tidak bisa sembarang mencomot cemilan seperti yang biasa ia lakukan saat bersama Sehun. Ck, pria itu memang penghancur program dietnya. Bersama Sehun, Seulgi akan disahkan memakan makanan jenis apa pun.
Akhirnya Seulgi memutuskan untuk pergi ke supermarket dan membeli beberapa jenis buah dan sayuran yang persediannya mulai menipis. Seulgi ingat terakhir kali ia pergi berbelanja dengan Sehun 2 minggu yang lalu. Aneh sekali karena Seulgi bahkan tidak ingat kapan dan kegiatan apa yang ia lakukan bersama Kai terakhir kali mereka bertemu.
***
Mendapatkan apa yang dibutuhkan, Seulgi melangkah ringan menuju tempat dimana mobilnya terparkir. Ia sedikit kerepotan karena kedua tangannya penuh dengan barang belanjaan.
Brukk.
"Astaga!" Seulgi menjatuhkan barang belanjaannya ketika akan mengambil kunci mobil di saku celananya.
"Kenapa lama sekali?"
"Maafkan aku sayang, ada banyak yang harus aku beli. Lagipula kenapa kau tidak ikut masuk?"
"Aku melihat Seulgi tadi, aku tidak bisa muncul di hadapannya saat sedang bersamamu bukan?"
"Ini sudah terlalu lama, kenapa kau tidak meninggalkannya?"
Seulgi terpaku, suara pria itu sangat ia kenal. Dan lagi ia menyebut nama Seulgi jadi bagaimana Seulgi bisa mengabaikannya begitu saja. Lalu 'sayang'? Apa maksudnya? Dengan penuh rasa ingin tahu setelah mengumpulkan keberaniannya pada level maksimum, gadis itu mencari suara yang ia yakini sangat familiar dengan organ pendengarannya. Tidak mungkin ia salah mengenali suara pria yang sudah dikenalnya bertahun-tahun.
Matanya membulat sempurna mendapati pria bernama Kim Kai, yang sampai tadi pagi masih ia yakini sebagai kekasihnya kini tampak nyaman dalam pelukan wanita lain. Wanita semampai yang turut hadir di acara fashion show nya tadi malam, Jung Soojung. Astaga.
"Kim....Jongin." ucap Seulgi terbata tapi cukup jelas untuk didengar pria dan wanita kasmaran itu yang hanya berjarak tidak lebih dari 2 meter saja dari posisi Seulgi. Soojung dan Kai berdiri tidak jauh dari mobil Seulgi. Entah bagaimana Kai ceroboh sekali tidak mengenali mobil itu.
Awalnya Seulgi menolak untuk percaya bahwa yang dilihatnya adalah kekasihnya, Kim Kai, Kim Jongin. Tapi setelah wajah pria itu menghadapnya secara sempurna, barulah ia yakin bahwa ia tidak sedang bermimpi atau masih terbawa pengaruh vodka yang ia minum bersama Sehun tadi malam.
Hatinya mencelos, merasa dipermalukan, merasa dipermainkan. Bahkan tadi malam Seulgi dengan sumringah menyambut Soojung sebagai tamu kehormatan, tapi gadis itu dengan liciknya bermain gila dengan kekasih orang lain. Seulgi yakin dalam hati gadis itu pasti menertawakannya. Lalu pria yang Seulgi pikir workaholic sampai melupakannya, apakah mengencani Soojung juga termasuk dalam pekerjaannya?
Tangannya mengepal kuat, Seulgi hancur seketika melihat kedua tangan itu bahkan tanpa tahu malu masih saling bertautan. Pikirannya kosong, tidak tahu harus berbicara apa atau melakukan apa. Kai terlalu menguasai dirinya hingga saat dimana Kai menusuknya pelan-pelan, Seulgi benar-benar tidak berdaya. Lidahnya kelu bahkan untuk sekedar mengeluarkan kata makian untuk kedua penjahat itu.
"Seulgi-ah, aku..."
Satu langkah ke belakang ketika Kai mencoba untuk mendekati Seulgi, tautan kedua tangan laknat itu terlepas begitu Kai memutuskan untuk semakin mendekati Seulgi meninggalkan Soojung yang membeku di tempatnya.
"Aku bisa menjelaskan semuanya."
Seulgi hanya menatapnya penuh luka, binar matanya lenyap, hanya ada tatapan kosong. Ia tidak mengerti kenapa Kai tega melakukan ini padanya? Kenapa Kai begitu tega menyakitinya sampai seperti ini? Air matanya turun deras tanpa suara menggambarkan hatinya yang sepenuhnya menjadi puing-puing.
"Aku dan Soojung...."
"Kami sudah berkencan satu tahun terakhir." Timal Soojung, gadis itu maju dengan berani menggamit lengan Kai dengan mengangkat wajahnya tinggi-tinggi. Mengklaim Kai sebagai miliknya sama seperti menginjak-injak harga diri Seulgi.
"Aku tidak tahu apa yang salah darimu, tapi kenyataannya Kai lebih nyaman bersamaku jadi aku harap kau tidak mengganggu hubungan kami lagi." Ujar Soojung bagai menabur garam pada luka hati Seulgi yang sudah menganga lebar. Gadis itu terlihat sangat arogan, jauh dari kesan sopan dan ramah di awal pertemuan mereka.
Pengganggu? Siapa sebenarnya yang menjadi pengganggu siapa dalam hubungan ini?
"Apa yang kau lakukan?" Kai menatap Soojung tajam, pria itu mengisyaratkan Soojung untuk diam lewat tatapannya. Kemudian melepaskan tangan Soojung dari lengannya kasar. Pandangannya kembali beralih pada Seulgi.
"Seulgi-ah, dia..."
"Berhenti disitu! Menjauh dari Seulgi atau aku akan menghabisimu detik ini juga!"
Yang bisa Seulgi rasakan saat ini adalah kepalanya yang terantuk dada bidang seorang pria, tubuh pria itu menegang, rahangnya mengeras menahan amarah. Seulgi mengenalnya, dalam hati ia bersyukur karena pria ini menyelamatkannya dari kondisi terbodoh yang pernah ia alami selama hidupnya.
"Chanyeol Oppa..." ujarnya lirih, Seulgi menyembunyikan wajahnya dalam dekapan Chanyeol. Disinilah ia merasa aman.


To be continued.....

LOVE like thisTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang