Tak lama setelah menyelesaikan acara mandi serta berias tipis, Diana segera turun ke ruang tengah di mana dia melihat Keyla sedang mengobrol dengan seorang Gadis cantik. Dia sempat mengerutkan keningnya saat tak mengenali siapa gadis itu, bahkan bisa dibilang ini pertama kalinya dia melihatnya. Dengan sedikit enggan dia mendekati Keyla, dan dapat Diana lihat mamanya langsung berbinar melihatnya.
"Akhirnya kau turun juga," ucap Keyla menarik Diana mendekati Gadis itu. "Putri, ini dia korbanmu," lanjut Mamanya menyerahkan Diana ke gadis bernama Putri.
Diana semakin heran saat dia ditarik ke salah satu ruangan di ruang tengah. "Ma, ada apa ini? Dan maaf anda siapa?" Tanya Diana kemudian.
Keyla tersenyum begitu juga dengan gadis bernama putri itu. "Sayang, kenalkan ini Putri, dan Put ini putriku, Diana."
"Hai Diana, kenalkan saya Putri," ucap gadis bernama Putri itu sambil mengulurkan tangannya. Diana menatap sekilas tangan itu sebelum menyambutnya.
"Diana," ucapnya, Putri mengangguk. "Ma, memang ada urusan apa Putri kemari? Dan apa tadi, kenapa mama menyebutku sebagai korbannya?" Tanya Diana kemudian.
Keyla tersenyum lebar. "Sayang, Putri ini yang akan meriasmu."
Kening Diana seketika mengerut dalam mendengar jawaban yang cukup aneh dari mamanya, kenapa juga dia harus dirias?
"Ma..."
"Sudahlah sayang. Nanti mama jelaskan, lebih baik sekarang kau dengan Putri. Mama tunggu!" Potong Keyla saat Diana hendak menjawab. "Ayo Put, kau tahu kan waktunya tak lama," lanjut mama Diana kepada Putri.
Gadis itu mengangguk lalu menarik Diana untuk duduk di kursi berhadapan dengan kaca rias yang sudah ada alat-alat makeup di depannya. Diana masih ingin bertanya, dia sama sekali belum paham dengan apa yang mama serta orang rumahnya lakukan padanya sekarang. Tapi lagi-lagi, melihat raut bahagia di wajah mamanya membuat Diana memutuskan untuk mengikuti permainan ini dulu.
"Mungkin ada undangan penting," batin Diana.
Tapi keyakinan Diana sepertinya harus hancur seketika ketika perias bernama Putri itu menyodorkan sebuah gaun putih panjang yang jelas sekali kalau itu gaun pengantin. Diana semakin mengerutkan keningnya bahkan dia sendiri bingung harus bertanya apa lagi.
"Putri, bisa kau jelaskan padaku kenapa aku harus memakai ini?" Tanya Diana setelah dia setelah mengenakan baju pengantinnya itu.
"Maafkan aku, Diana, tugasku hanya meriasmu. Untuk pertanyaan itu lebih baik kau bertanya langsung ke nyonya Bramastya," jawab Putri.
Diana menganga tak percaya dengan jawaban gadis itu, kenapa juga harus dirahasiakan? Lalu apa ini? Kenapa dia harus di makeup seperti ini? Dan apa lagi ini saat dia harus menggunakan baju pengantin? Batin Diana bertanya-tanya apa yang sebenarnya terjadi pagi ini. Semua begitu membingungkan hingga membuat Diana tak sanggup berkata.
Kebingungan kembali menghampiri Diana ketika dia sedang asyik bermain dengan pertanyaan-pertanyaan itu. Dia melihat Dewa Bramastya -papanya- datang ke ruangan itu lalu menghampirinya dengan senyuman yang selalu membuat seorang Diana Bramastya kagum dan nyaman. Dewa berdiri tepat di belakang Diana yang masih duduk di meja rias, lalu menyentuh lembut kedua bahu Diana.
"Putri papa memang sangat cantik," ucapnya. Diana menatap dari kaca papanya tersenyum.
"Pa, memang ada apa ini? Kenapa aku harus memakai baju pengantin?" Tanya Diana, dia sudah tak tahu harus bagaimana. Rasa penasarannya semakin besar dan dia berharap papanya mau menjawab kebingungannya.
Papanya tersenyum lalu Diana merasakan usapan kecil di bahunya yang dilakukan oleh papanya. "Sayang, sebentar lagi kau akan tahu."
Jawaban papanya membuat Diana kesal. "Pa, Diana mohon! Jelaskan padaku, ada apa ini? Papa lihat penampilanku sekarang, aku terlihat seperti pengantin!!" Geram Diana.
KAMU SEDANG MEMBACA
YOU ✔
General FictionNEW STORY BY NESYARERA GENRE ROMANCE Diana Bramastya seorang penari sekaligus penyanyi di sebuah panggung seni bersama dengan Nino -kekasihnya. Dia sudah menjalin hubungan selama 5 tahun dengan Nino Hermawan. Selama itu juga hubungan mereka baik-bai...