La Chérie. 7

42 2 0
                                    

"Hai," sapa Volok.

"Hai, Volok!" sapa wanita itu.

"Siapa dia?" tanyaku. Liana hanya menatap wanita itu, kaget. Bagaimana caranya dia muncul tiba-tiba di depanku, dan terlebih lagi di rumahku sendiri, tanpa aku ketahui?

"Itu Mirabella Delphine. Dia datang sendiri ke sini dan menemukan buku itu," jelas Volok sambil tersenyum.

"Oh," kata wanita tadi yang ternyata adalah Mirabella Delphine, "Kamu pasti Liana!" Mirabella menunjuk Liana.

"Kamu kenal aku?" Liana terkejut. Sangat terkejut.

"Kamu pikir siapa peri yang menyelamatkanmu dari arus deras sungai dan membuat aliran sungai mengantarkanmu ke tepian, kalau bukan Mirabella?" Volok tertawa.

"Astaga," gumam Liana dan aku.

"Di mana Anda menemukan buku itu?" tanyaku.

"Di sebuah kotak kecil di dekat meja rias. Kalau tidak salah ada beberapa katalog dan majalah juga di dalamnya. Aku tidak memerhatikan," jelasnya. Aku tertawa kecil. Kenapa bisa ada di situ, ya? pikirku.

"Kukira ada di toilet," sela Volok, lalu dia tertawa, lagi.

"Kenapa buku ini bisa ada padamu?" Mirabella mengernyitkan dahi padaku.

"Aku menemukannya saat darmawisata 2 tahun lalu, jadi aku masih menyimpannya hingga sekarang. Aku kira itu buku biasa," Aku mengendikkan bahu dan Mirabella mengangguk mengerti.

"Jadi... Untuk apa kamu ke sini?" tanya Volok. "Dan sebenarnya, kalau dunia peri tahu kamu di sini, pasti akan jadi berita besar," lanjutnya.

"Untuk apa lagi kalau bukan untuk menemukan buku harianku. Sudah beratus-ratus tahun sejak aku terakhir kali melihatnya, dan ternyata ia ada di sini," Mirabella tertawa.

Astaga. Aku baru sadar. Kalau buku harian itu hilang beratus-ratus tahun yang lalu, bagaimana caranya Mirabella Delphine dan Liana masih hidup? Seharusnya mereka sudah jadi fossil!

"Buku itu benar-benar hilang beratus-ratus tahun yang lalu?" tanyaku pelan.

"Ya. Kenapa? Bukannya kamu sudah tahu?" Liana mengernyitkan dahi.

"Ya, tapi... Bagaimana caranya kalian masih hidup?" Aku merinding membayangkan segala macam kemungkinan kalau mereka ternyata roh-roh jahat atau semacamnya.

"Peri itu berumur panjang, Nicoletta," jawab Liana. "Dan itu semua berkat kekuatan sihir. Seharusnya aku sudah tinggal nama, tapi karena Volok memberiku kekuatan sihir dulu, 110 tahun yang lalu, aku masih bertahan hidup hingga sekarang," jelasnya.

"Jadi.... Anda ini setua apa, Volok?" Aku melihat ke arah Volok dengan campuran antara penasaran, takjub dan sedikit heran.

"Entahlah, aku tidak menghitung. Tapi aku yakin, umurku sudah 230 tahun," jawabnya bangga. Aku hanya bisa melongo.

"Kalau begitu, Rosemary seharusnya juga tinggal nama, dong? Bukannya dia masih manusia?" tanyaku lagi.

"Nah, itu dia yang masih belum bisa kupecahkan," keluh Mirabella. "Beberapa peri penjaga yang aku dengar pembicaraannya 30 tahun lalu mengatakan kalau mereka masih melihat Rosemary di beberapa kesempatan. Kalau karena kekuatan sihir, siapa yang mau memberinya kekuatan sihir?" Dia lalu menghela napas dan menatap buku hariannya.

"Oh ya, kenapa kamu tidak pernah mengambil buku harian itu, padahal kamu bisa dengan mudah tahu letaknya?" Volok menatap Mirabella heran.

"Itulah masalahnya. Kamu kira selama 115 tahun yang lalu aku hanya diam dan bersembunyi? Tidak. Aku berusaha keras mencari buku ini, yang anehnya aku tidak pernah menemukannya. Kukira buku ini musnah," Mirabella menggelengkan kepalanya, "Tapi kali ini aku bisa menemukannya dengan mudah. Dugaanku, ada yang menghalangi aku menemukan buku itu, entah apa pun tujuannya. Dan aku beruntung sekarang dia membiarkanku menemukannya," ujar Mirabella.

"Oh ya," selaku, "Aku pernah menemukan sesuatu di pembatas buku itu, saat aku menemukannya," lanjutku.

"Apa itu?" tanya Mirabella.

"Entahlah, tapi mungkin semacam jimat atau liontin. Karena benda itu menyangkut di pembatas bukunya, aku memutuskan untuk tidak mencabutnya. Kira-kira itu benda apa?" Aku malah balik bertanya pada Mirabella. Mirabella langsung membuka buku hariannya tepat di bagian pembatas, dan terlihat jelas bahwa ada sobekan di pembatas kain itu. Benda itu menghilang!

"Astaga," gumam Mirabella. "Kamu yakin kamu tidak mengambilnya?"

"Dia bilang benda itu menyangkut di pembatasnya. Seperti apa bentuknya?" Kali ini Volok yang bertanya padaku.

"Entahlah, bentuknya seperti tetesan air dan ada ornamen dari perak di benda itu. Sepertinya bahannya batu onyx, tapi warnanya bisa berubah sendiri kadang-kadang," Aku mencoba mengingat-ingat karakteristik benda itu. Volok tiba-tiba terlihat terkejut.

"Warnanya berubah dari hitam menjadi merah darah, kan?" cecar Volok. Aku mengangguk.

"Astaga. Jarang sekali ada yang punya jimat seperti itu," gumam Volok.

"Jimat apa itu?" tanya Mirabella.

"Jimat itu adalah satu-satunya hal yang bisa menghalangi seorang peri dari menemukan benda miliknya. Dan jimat itu bekerja dengan cara mengalihkan mantra pemilik benda. Jelas saja buku harian ini menghilang seperti ditelan bumi. Tapi sudah lama sekali aku tidak mendengar tentang jimat itu. Kukira itu tinggal cerita," jelas Volok.

"Dunia peri itu rumit, ya," Aku menghela napas. Volok tertawa.

"Tentu saja," ujarnya. "Serumit perasaanmu." Volok mengedipkan sebelah mata padaku dan aku langsung mengernyitkan dahi.

.... Tungguin part selanjutnya ya~ ....

Thank You,

ありがとう ございます,

감사함니다,

Terima Kasih,

Hitorikko

La ChérieTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang