La Chérie. 10

36 3 0
                                    

N.B.: Akhirnya Author update lagi! Agak Author panjangin sih sekarang, berdasarkan permintaan seorang reader, T. Di chapter ini terungkap kenapa Rosemary masih hidup sampai sekarang! Wah kenapa yaaa? Baca aja deh bwahahahahahaha *plak*

.... La Chérie ....

Aku dan Liana menjerit melihat ada elang raksasa menukik ke arah kami. Bagaimana tidak menjerit, elang itu jenis harpy. Elang harpy ukuran biasa sering memburu monyet atau bahkan kukang dengan membawanya terbang. Kalau elang berukuran biasa saja sanggup membawa monyet terbang, bayangkan apa yang bisa dilakukan elang sebesar pesawat. Tapi melihat reaksi kami, bukannya panik, Mirabella malah tertawa.

"Bisa-bisanya kamu tertawa!" hardik Liana. Dengan gemetar, kami menyaksikan elang tersebut mendarat di samping kami.

"Jelas saja aku tertawa," Mirabella berusaha bicara normal sambil menahan tawa, "Aku selalu tertawa melihat reaksi orang yang panik karena elang besar itu. Lagipula, sebenarnya elang itu jinak. Elang itu tunggangan temanku, Laurelle," jelas Mirabella. Kami menatap elang itu dengan tidak percaya. Seseorang sedang turun dari elang itu dengan terburu-buru, lalu dia menghambur ke arah Mirabella. Dialah Laurelle.

"Aku tahu kamu akan kembali!" jeritnya. "Aku selalu tahu itu," Laurelle lalu memeluk Mirabella. Laurelle terlihat seperti baru keluar dari salon. Rambutnya cokelat panjang dengan aksen hitam dan putih. Aku sedikit mengernyitkan dahi melihatnya.

"Mereka siapa?" tanya Laurelle. Dia mengangguk sopan ke arah kami, dan kami membalasnya.

"Oh, mereka teman-temanku. Mereka di sini untuk membantuku. Aku kan kembali dengan sebuah misi," ujar Mirabella. "Aku harus mengembalikan kalian ke tempat tinggal kalian dulu," jelasnya. Tapi Laurelle malah menggeleng keras.

"Kalau kamu pikir sekarang sudah aman, kamu salah. Mungkin kamu akan terkejut mendengar ini," Laurelle menghela napas.

"Ada apa?" tanya Mirabella cemas.

"Rosemary masih hidup," jawabnya pelan.

"APA?!" hardik Mirabella dan Liana. Sementara aku hanya bisa melongo saja.

"Bagaimana caranya dia masih hidup?!" cecar Liana. Laurelle malah melompat ke atas elangnya.

"Kalian harus ikut aku," Laurelle menggerakkan tangan ke arah kami. Mirabella segera mengikutinya. Aku dan Liana berpandangan. Bagaimana caranya kami melompat ke atas elang raksasa seukuran pesawat jet? Liana menghela napas.

"Aku dan Nicoletta tidak bisa melompat setinggi itu. Kami kan bukan peri," keluhnya. Laurelle tertawa.

"Oh, maaf. Aku tidak tahu kalian bukan peri," katanya, lalu dia menggerakkan tangannya ke atas. Sebagian dari tanah yang kami pijak terangkat, lalu melayang ke arah elang itu. Tanah itu berhenti di atas elang mengerikan itu dan kami melompat ke atasnya. Aku dan Liana kemudian duduk mematung di atas elang, tidak berani melihat ke bawah.

"Kita akan ke mana?" tanya Mirabella.

"Rumah Nyonya Baumgaertner. Dia yang tahu segala macam seluk beluknya," jawab Laurelle sambil menghela elangnya. Elang itu mendadak mengangkasa. Aku dan Liana, tentu saja, menjerit-jerit. Mirabella langsung tertawa terbahak-bahak.

"AKU HARUS PEGANGAN PADA APAAAA??" jeritku. Laurelle malah ikut tertawa.

"Tidak apa-apa, kamu tidak akan jatuh. Cukup jaga keseimbangan," ujarnya. Aku mengangguk kaku.

Elang itu terbang mulus melintasi langit di atas kota peri. Di luar dugaanku, ternyata aku dan Liana dengan cepat bisa membiasakan diri duduk nyaman di atas elang. Liana sekarang bahkan sedang asyik melihat pemandangan kota di bawah. Sementara Mirabella sedang mencoba menjelaskan pada Laurelle kenapa dia harus membawa manusia.

La ChérieTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang