La Chérie. 15

29 3 0
                                    

Laurelle menelan ludah, lalu membuka pintu. Di sana ada Lyra, Mirabella, Stav dan Volok. Volok terlihat diikat semacam besi. Aku menebak, itu pasti hasil sihir Lyra.

"Biarkan kami masuk," gerutu Lyra sambil merangsek masuk. Mirabella dan Stav mengikutinya sambil membawa Volok.

"Tunggu dulu. Ada apa ini?" tanya Liana yang mendekat ke arah mereka berempat. Tiba-tiba oven berdenting, tanda chiffon bunga matahari telah selesai. Aku menyikut Liana yang dengan tergopoh-gopoh langsung menuju oven dan mengangkat kuenya.

"Kebetulan sekali, kedua kuenya telah selesai," kata Laurelle sambil menoleh ke arah Liana yang sedang sibuk memotong chiffon bunga matahari.

"Kue?" ulang Stav bingung.

"Nanti kujelaskan," Mirabella menepiskan tangannya ke udara.

"Lebih baik kalian menjelaskan tentang ini dulu," Laurelle menunjuk Volok yang jelas tampak tidak senang. Lyra mendengus kesal.

"Aku tidak tahan. Serangannya sulit sekali ditangkis. Dia rupanya telah berkembang menjadi peri yang kuat selama ratusan tahun ini. Air maupun api tidak berpengaruh baginya. Jadi, dengan terpaksa aku mengikatnya begini, dan membawanya ke sini. Jadi dia tidak akan macam-macam lagi," jelas Lyra sambil menggerutu.

"Lalu kenapa tidak dari tadi Anda melakukan itu?" tanya Liana sambil mengeryitkan dahi. Dia menaruh dua piring kue -- Choco Lava dan chiffon bunga matahari -- di meja dapur dengan hati-hati.

"Itu melelahkan, tahu! Itu bukan logam biasa. Logam itu bisa menahan kekuatan sihir, meski sementara. Karena sangat melelahkan, seharusnya mantra logam itu hanya dipakai dalam keadaan sangat mendesak," jelas Lyra lagi. Aku, Laurelle dan Liana mengangguk mengerti.

"Baiklah, sekarang saatnya kue," kata Laurelle, dan Liana pun memberikan piring Choco Lava padanya. Asap putih yang dingin mengepul dari kuenya. Laurelle lalu mendekati Volok, berusaha menyuapkan kuenya. Dan namanya juga kue Choco Lava, tidak ada yang sanggup menolaknya. Volok mengernyitkan dahi curiga, tapi dia tetap memakan suapan kue dari Laurelle. Suasana di sekitarnya langsung mendingin, dan dia terlihat lebih tenang. Laurelle dan Liana menghela napas lega. Kue mereka berhasil. Yah, setidaknya yang ini.

"Chiffonnya," sebut Laurelle dengan suara tercekat. Menurut Liana, bila kue ini salah pembuatannya, Volok bisa pingsan berhari-hari. Tentu saja tidak ada yang mau itu terjadi. Laurelle mengambil piring chiffon, menyendokkannya dan menyuapkannya pada Volok.

Kami semua menahan napas saat Volok akhirnya menelan kuenya.

"Baiklah," kata Volok, dan kami semua menghela napas lega. Liana menangis terharu (namanya juga Liana).

"Pertama-tama, aku ingin memberitahu kalian tentang Rosemary." ujar Volok.

"Rosemary? Apa dia masih hidup?" sela Liana. Volok mengangguk.

"Masih, dan dia sebenarnya baik-baik saja. Dia hidup di ladang bunga peony, di dekat tempat persembunyian kalian itu." jelasnya.

"Jadi selama ini dia SANGAT DEKAT?!" seru Mirabella tidak percaya. Volok mengangguk, lagi. Ladang bunga peony yang sangat luas itu bersebelahan dengan peternakan lebah di pinggir kota persembunyian, dan semua orang tahu peternakan lebah itu. Mengagumkan juga bagaimana Rosemary bisa menyembunyikan diri selama ini.

"Lalu bagaimana dengan semua peri yang kamu culik? Saat kamu membawa manusia yang memburu peri ke sini..." Belum selesai kalimat Mirabella, Volok sudah memotongnya.

"Mereka bahkan bukan manusia," Volok menghela napas.

"APA?!" jerit kami.

"Sampai sekarang tidak ada manusia yang tahu tentang keberadaan peri. Mereka itu cuma siswa-siswa sekolah asrama peri yang agak mudah dipengaruhi. Mereka kusuruh 'menculik' peri-peri dan membawa mereka ke ladang bunga matahari. Dan mereka sampai sekarang tinggal di situ," jelas Volok. Sebenarnya, ladang bunga matahari bahkan LEBIH DEKAT lagi dengan pusat kota persembunyian. Kami semua melongo heran, betapa kami tidak menyadari itu selama ini.

La ChérieTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang