Langit yang gelap menjadi terang. Suara kokokan ayam telah berbunyi. Hari ini adalah hari kedua masa orientasiku di SMA.
Sinar mentari membuat mataku terbuka perlahan dan membangkitkan tubuhku. Aku segera beranjak dari tempat tidurku,dan langsung menuju kamar mandi. Selesai mandi,aku gunakan seragam olahraga Smpku. Lalu berias didepan cermin,menyisir rambut hitamku dan menguncir kepang,karena memang peraturan hari ini. Tak lupa aku gunakan kacamata putih,bukan untuk gaya tapi penglihatanku yang memang berkurang. Bajuku,ku semprotkan wangi-wangian. Tas yangku pakai,terbuat dari karung beras berukuran kecil dan gendongannya terbuat dari tali ravia,berisi 1 buku tulis,tempat alat tulis dan handphone.
Aku menoleh kearah jam. Jarum jam menunjukan pukul 06.40.
"ASTAGA TELAT." Aku berlarian mengambil sepatu.
"Sayang,ini bekal roti buat kamu." Wanita paruh baya mengampiriku.Lalu memberikan kotak makanan.
"Makasih mah." Senyumku. Lalu memasukkan bekal kedalam tas.
Tin Tin Tin
Terlihat mobil taksi masuk kedalam halaman rumah. Aku selesai menggunakan sepatuku.
"Aku berangkat ya mah." Aku bersalaman,dan mencium wanita itu.
"Iya sayang." Wanita itu mengelus kepalaku dengan lembut dan penuh kasih sayang.
Aku segera membuka pintu taksi dan melambaikan tangan kearah wanita paruh baya. Aku segera masuk kedalam taksi. Aku duduk dibelakang bangku supir. Taksi mulai keluar dari halaman rumah. Diperjalanan,aku menatap luar jendela dan berharap agar hari ini tidak telat.
Tapi harapanku tidak terkabulkan. Dijalan dekat sekolah terjadi kemacetan. Dengan terpaksa aku turun.
"Pak aku turun disini aja,takut telat." Aku pun membayar argo taksi.
"Duluan pak,selamat bekerja." Aku membuka pintu taksi.
Terdengar suara supir taksi "Makasih nona cantik."
Aku segera keluar dari taksi. Lalu,berlarian ditepi jalan.
Didepan gerbang sekolah,aku mengentikan larianku dan mengatur nafas. Disini,terlihat ada 3 kakak osis.1 perempuan yang menggunakan gincu[lipstick] tebal dan lelaki berkulit sawo matang dan berlesung pipi yang duduk didepan gerbang bersama wanita bergincu dan 1 lelaki bermuka manis menghampiriku.
"Jam berapa sekarang?" Lelaki berwajah manis itu melipatkan kedua tangannya didepan perutnya dan menatapku serius.
"Aku ga bawa jam kak,tadi ketinggalan dirumah." Aku melihat tangan lelaki manis itu. "Itu,kakak pakai jam.Kenapa harus tanya aku?" Aku tersenyum,seakan-akan aku tidak melakukan kesalahan.
"Jangan bercanda.Kenapa kamu telat?"
"Maaf kak." Aku menundukkan kepalaku dan mengesekkan sepatu kananku ketanah,pelan.
"Kamu sekarang muterin lapangan 4kali!Jangan menolak!"
"Siap kak,aku ga bakalan nolak." Aku menegakkan tubuhku.
"Aku yang akan memantau dia." Lelaki yang duduk bersama wanita bergincu,berdiri mendekati aku dan lelaki berwajah galak.
"Kesambet apa lo?Biasanya lo paling anti ngehukum orang." Lelaki berwajah manis itu berbicara pada lelaki berkulit sawo matang.
"Tergantung." Lelaki bersawo matang dan berlesung pipi itu,berjalan menghampiriku.
"Yuk,kamu jalan duluan." Senyum lelaki itu yang terlihat lesung pipinya.
Sesampai dilapangan.
"Aku langsung lari ya kak."
"Oke." Lelaki itu duduk ditempat duduk samping lapangan,sambil memperhatikanku.
1 kali putaran larianku masih biasa.Ketika 2 putaran,lama-lama larianku mempelan. Tubuhku bergetar,mataku berkunang-kunang. Terdengar suara larian didekatku. Sekarang terlihat lelaki berkulit sawo matang,tepat didepanku dan memengang tanganku. Tanganku dingin dan bergetar.
"Jangan dipaksa." Tangan lelaki itu masih memegang tanganku.
"Gakpapa kak,1 kali lagi udah 4 putaran." Bibirku tidak bewarna merah lagi.Aku masih sempat tersenyum.
"Kakak sudahi hukumannya." Lelaki itu pun membantuku berjalan ketempat duduk samping lapangan.
"Duduk disini dulu.Aku belikan minum." Aku pun duduk.
Tanpa aku jawab sepatah kalimat. Lelaki itu langsung berlarian melewati ruang kelas.
Aku duduk dengan tubuh lemas. Ketika aku menoleh kearah samping kiri.Terlihat,lelaki bermuka manis dan perempuan bergincu. Dibelakang mereka,terlihat 2 perempuan yang berpenampilan sama sepertiku,tapi tidak berkacamata. Diikuti 2 lelaki yang kepalanya ditutupi seperti topi yang terbuat dari setengah bola dan tas gendong mereka semua sama,terbuat dari karung berukuran kecil.
"Kalian semua lari." Ucap lelaki berwajah manis kepada 4 orang itu dan mendekatiku.
"Loh kenapa kamu duduk disini?Kamu sudah melakukan 4 putaran?Terus Mana Vandra?"
"Belum,Kak Vandra,sedang..." Ucapku lirih.
"Sedang kekamar mandi,iyaa?Terus kalau vandra kekamar mandi,kamu menyela untuk duduk?!Sekarang,cepat lari lagi." Saut wanita bergincu itu,menentengkan tangannya.
Aku mendirikan tubuhku pelan. Tiba-tiba,tanganku dipegang oleh lelaki itu,Vandra.
"Faniaa!Jangan seenaknya gini,dia udah capek. Liat mukanya,pucet gitu kamu masih tega?"
"Dia kurang pakai gincu,jadinya pucet ndra."
"Kalau ga percaya,pegang tangannya."
Perempuan bergincu itu memegang tanganku.
"Dingin,gilaa."
"Minta maaf sekarang kalian." Lelaki itu mengatakan dengan nada pelan.
"Maaf yaa." Ucap perempuan bergincu itu dengan senyuman dan sikutnya menyenggol tangan lelaki berwajah manis.
"Kakak juga minta maaf." Mereka berdua mengulurkan tangannya.
"Iya kak,maafin aku juga." Senyumku dan menyalami mereka.
"Ini diminum." Lelaki itu memberikan sebotol air putih.Aku pun meminumnya.
"Makasih kakak." Senyumku.
4 siswa baru itu selesai mengelilingi lapangan. Lalu mendekati kearah berkumpulnya aku dan 3 kakak osis.
"Kak udah selesai." Kata 4 siswa itu serempak,namun nafas mereka terputus-putus.
"Sekarang,kalian keaula." Kata lelaki berwajah manis tadi,yang aku belum tau namanya.
"Nama kakak siapa?" Aku menunjuk lelaki berwajah manis.
"Oiya kita belum kenalan. Aku Kevin,terus cewek ini namanya Fania. Terus cowok yang memantaumu ini,namanya Vandra" Lelaki bernama Kevin itu,menunjuk wanita bergincu dan lelaki itu.
"Haloo salam kenal." Senyum wanita itu.
"Salam kenal juga kak Fania." Aku juga membalas senyumannya.
"Namamu siapa?" Tanya lelaki sawo matang dan berlesung pipi,kak Vandra.
"Namaku Berliana Varisha kak,panggil aja Berliana." Senyumku menatap kak Vandra.
"Panggil aku Vandra,jangan kakak."
"Dunia terasa milik berdua. Pergi yuk fan." Saut kak kevin dan menarik tangan kak Fania. Mereka pun berjalan pergi.
"Aku ke aula dulu ya kak."
"Vandra." Ucapnya.
"Aku ke aula dulu ya Vandra." Ulangku dan tersenyum.
"Oke gitu dong. Aku antar ya,nona Berliana." Lelaki itu mengelus kepalaku dengan lembut.
Vandra membantuku berjalan,sampai ke aula.
YOU ARE READING
Dibawah Langit.
JugendliteraturTentang kisah,seorang perempuan dan seorang lelaki saling jatuh cinta. Namun dititik mencinta. Muncullah 'Dia',seorang penengah hati. Karena dia, Hati mereka saling tersayat. Tetesan air mata berjatuhan. Rindu menjadi candu. Mereka saling menatap...