Jam 12.00 siang,siswa dipulangkan. Seluruh siswa keluar termasuk aku. Aku pun berjalan dilorong-lorong sekolah menuju bangku kosong samping lapangan. Namun tiba-tiba,terlintas dipikiranku mengingat kejadian tadi pagi. Tapi fikiranku hanya teringat lelaki itu,Vandra.
Aku membuka tas karungku untuk mengambil handphone.
"Astaga..bekal dari mamah.Untung aja masih disekolah." Aku mengambil tempat makan itu dan membukanya.Lalu,aku makan 1 potong roti.
Dari kejauhan terdengar suara lelaki.
"Makan sendirian aja nih." Aku menoleh kearah sumber suara. Terlihat lelaki berkulit sawo matang dan berlesung pipi itu,Vandra.
"Eh, Kak Vandra." Senyumku.
Lelaki itu duduk disampingku.
"Sudah ku bilang,panggil aku Vandra."
"Hehe..suka kebawaa.Vandra mau?"
"Engga,makan aja."
"Tapi,Vandra harus mengisi perut kosong." Aku menyodorkan tempat makanku yang berisi roti didepannya.
Lelaki itu melihatku sejenak "Oke,aku makan." Lelaki itu pun,mengambil 1 potong roti dan memakannya sampai habis.
"Aku yang harusnya terimakasih ndra." Aku menoleh kearah lelaki itu yang sedang mengunyah roti dan menelannya.
"Makasih untuk?" Tanyanya binggung.
"Untuk semua yang terjadi tadi pagi."
"Contohnya?"
"Pertama kamu mau memantauku,padahal katanya kamu anti banget ngehukum orang.Kedua,kamu menghentikan hukuman.Ketiga,kamu...."
"Semua yang kulakukan,karena aku mencemaskanmu."
Deg.
Aku sejenak terdiam dan melihat bola matanya.Kita saling tatap.
Beep beep beep.
Suara ponselku,menyadarkanku dan lelaki itu.Aku pun segera membuka tas dan mengambil ponsel.
Mamah : Sayang,maaf mamah tidak bisa menjemputmu.Hati-hati dijalan ya sayang.
Aku: Oke mah.
"Kok belum pulang kenapa?" Kata lelaki itu. Aku menoleh kearahnya. Tanganku masih memegang handphone.
"Tadinya mau nunggu jemputan.Tapi ga jadi." Aku memasuki ponsel disaku celana.
"Terus kamu pulang naik apa?" Lelaki itu menatapku.
"Angkutan umum."
"Kamu gak malu?Sama penampilanmu yang lagi kek gini?"
"Gakpapa ndra." Senyumku dan menatap bola matanya.
Lelaki itu hanya menatapku dan tersenyum.
"Vandraaa." Teriak seorang wanita dari jarak 100 meter. Kita berdua serempak,menoleh kearah sumber suara. Perempuan itu berjalan mendekati kita.
"Vandra,ayo sekarang rapat. Semua nyariin kamu tauu." Perempuan itu didepan Vandra dengan berwajah kesal.
Lelaki itu berdiri dan menengok kearahku "Aku duluan ya,kalau pulang hati-hati." Senyumnya. Aku juga membalas senyumannya. Lelaki itu berjalan bersama perempuan itu,semakin lama-semakin tak terlihat tubuh mereka. Aku pun beranjak keluar dari sekolah.
Matahari sangat terik siang ini. Jalanan ramai dan udara yang berpolusi membuatku malas menunggu angkutan umum didepan gerbang sekolah. Beberapa menit disini,hanya kendaraan pribadi yang berlalu-lalang. Kakiku,aku gerakan supaya tidak terlalu pegal.
Dibelakangku terdengar suara motor,semakin lama-semakin mendekat. Motor itu berhenti didekatku.
"Ayo naik." Pengendara itu membuka helmnya. Ternyata itu Vandra.
"Serius?"
"Serius,masa aku bercanda." Senyumnya.
"Oke boleh." Aku menaiki motornya.
"Nih,pakai helmnya." Lelaki itu memberikan helm. Setelah itu,aku pakai.
"Berangkat."
"Tunggu dulu.Rumahmu dimana?" Lelaki itu,melihatku dari spion motornya
"Nanti dari sini,ada perempatan belok kanan,lurus terus,ada perempatan lagi belok kiri. Rumahku sebelah kiri kita."
"Oke." Lelaki itu pun menjalankan motornya.
Diperjalanan,kita saling diam.
Beberapa menit,motornya telah memasuki gerbang rumahku. Motornya berhenti diteras rumah. Aku segera turun dari motor dan mencopot helm.
"Ini ndra,makasih." Senyumku,sambil memberikan helm.
"Boleh mampir?" Lelaki itu menerima helm dan menaruhnya didepan jok motor.
"Boleh dong,Vandra."
Lelaki itu segera mencopot helm dan turun dari motor.
"Vandra,mau duduk disini atau didalam?"
"Disini aja Berlian." Senyum lelaki itu. Lelaki itu pun duduk dikursi teras.
"Bentar kak,aku ambilkan minum." Aku membalikkan badanku. Namun,tanganku ditarik pelan oleh lelaki itu. Aku kembali membalikkan tubuh,kearahnya.
"Tidak usah,kamu cukup menemaniku disini." Senyumnya.
Aku melepaskan tangannya dan duduk disampingnya.
"Besok,ada acara?" Tanyanya menatap kearahku.
"Engga,kenapa memang ndra? "
"Besok mau tidak,temani aku?"
"Kemana?"
"Besok kamu bakalan tau." Senyumnya.
"Oke,besok aku tunggu dibangku lapangan."
Lelaki itu hanya tersenyum. Sekarang,kita sama-sama menatap langit.
"Langit seperti apa yang kamu sukai?" Lelaki itu menoleh kearahku.
"Langit senja dan langit malam yang berbintang.Kalau kamu?" Mata kita saling bertatap.
"Sama sepertimu." Lelaki itu tersenyum.
"Karena mereka begitu indah.Iya kan,ndra?"
"Selain indah,mereka membuat bahagia."
"Benar ndra." Senyumku,masih menatap langit.
"Bahagiaku berbeda dengan bahagia yang kamu fikirkan,berliana." Vandra kembali menatap langit.
"Bahagia semacam apa yang kamu fikirkan,Vandra?" Aku menoleh kearahnya.
YOU ARE READING
Dibawah Langit.
Fiksi RemajaTentang kisah,seorang perempuan dan seorang lelaki saling jatuh cinta. Namun dititik mencinta. Muncullah 'Dia',seorang penengah hati. Karena dia, Hati mereka saling tersayat. Tetesan air mata berjatuhan. Rindu menjadi candu. Mereka saling menatap...