Bagian 10

21 2 0
                                    

Gladis cahaya.

Aku menemukanmu di parkiran. Bersama dengan seorang gadis. Kamu,sedang memberikan jaket ditubuh gadis itu. Hatiku merasa sesak. Ini baru pertama kalinya,kamu seperti itu pada seorang gadis. Dari tatapanmu saja, terlihat berbeda menatap gadis itu.

Tapi,kamu tetap masih memelukku. Vandra,masih membuatku tetap mempercayainya.

Aku juga membalas pelukannya dengan erat.

- jangan pergi vandra. Entah sejak kapan perasaanku berubah. Perasaan bukan sebagai sahabat,tapi sebagai lelaki yang kucintai. Jadi kumohon tetap bersamaku. Terimakasih vandra,telah memelukku.

****

Namun tiba-tiba, gadis itu muncul dan melihat kita yang sedang berpelukan.

Lalu kamu pun lebih memilih gadis itu dari pada aku.

Dan kalimat yang membuatku terbayang-terbayang di benakku adalah "Aku ga bisa ninggalin dia,glad." Dan "Gini ya glad. Mau lo gak suka/suka sama Berliana, gue tetap bakalan jatuh cinta sama dia. Biarin hati gue milih dengan siapa gue jatuh cinta."

Sesak rasanya. Aku menahan tangis didepan Vandra. Hanya terlihat muka kecewaku saja. Aku takut kehilangan lelaki itu. Dan,aku membenci gadis itu.

****

Langit sudah mulai gelap yang di hiasi oleh gemerlap bintang-bintang. Berliana dan Vandra masih ditempat yang sama. Tempat yang makin malam,makin ramai. Namun diantara keramaian itu. Ada satu orang yang merasa canggung,yaitu Berliana. Karena ketika Vandra mengungkapkan satu kalimat itu dan semenjak kejadian tadi. Berliana sadar,kalau mereka seharusnya tidak sedekat ini. Berliana sadar,mungkin dia tidak mencintai Vandra. Mungkin hanya sekedar kagum.

"Berliana?"

Suara lelaki menyadarkan lamunku.

"Eh,iya?"

"Sedang memikirkan apa?"

"Hmm,enggak lagi mikirin apa-apa kok."

"kalau ada sesuatu yang membebani pikiranmu,cerita ke aku."

"Harus?"

"Harus ."

"Kenapa?"

"Karena,aku gak mau kamu mikirin beban itu sendiri."

"Aku gak mau."

"Kenapa?"

"Gini ndra,kamu pasti juga punya beban kan? Maka dari itu,aku gak mau menambah beban kamu."

Vandra tiba-tiba memegang tangan Berliana.

"Apapun tentang kamu,itu semua bukan beban buat aku,Berliana."

Berliana melepaskan pengangan tangan Vandra dan menghadap kearah lain. Hening. Hanya mereka yang saling diam. Padahal disini,banyak orang-orang yang sedang berbincang-bincang.

"Berliana." Vandra memanggilku,tapi dia masih menikmati keindah dibawah.

"Iya?" Aku menoleh kearah Vandra.

"Aku baru kenal kamu 2 hari,tapi-" Vandra melihat bola mataku .

"Tapi kenapa?"

"Aku udah ngerasa nyaman sama kamu."

Berliana bungkam sebentar. Lalu angkat bicara.

"2hari itu waktu yang singkat. Rasa nyaman bukan berarti rasa cinta,bukan? Aku sadar,kalau sepertinya kita mungkin cuman saling kagum."

"Biar waktu yang menjawab. Udah malem,ayo pulang."

****

Vandra memberhentikan motornya didepan cafe yang biasanya di gemari anak seumuran kita.

"Kita makan dulu." Vandra pun turun dari motor.

"Aku gak laper."

"Gini ya,nona Berliana. Kamu itu,hari ini kehabisan tenaga. Perutmu kosong. Kalau perutmu kosong,kamu nanti kambuh seperti kemarin dan aku gak mau nona sakit."

"Vandra,jangan panggil aku nona!"

"Lalu siapa?"

"Berliana."

"Bidadari." Vandra tersenyum dan melihat bola mata Berliana lekat.

"Siapa?"

"Kamu."

"Ih,kamu bercanda." Berliana menutupi senyumnya dengan tangan kanannya.

Vandra menatap kea rah café. Lalu menarik Berliana masuk kedalam.

****

Café disini tidak begitu ramai.Hanya beberapa remaja sma /kuliah disini. Ada yang sedang berpacaran, ngumpul bareng temen/ sahabat dan ada yang sedang mengerjakan tugas. Café ini menyediakan indoor dan outdoor.

Berliana dan Vandra duduk di Outdoor. Karena Vandra tau,Berliana masih ingin melihat bintang. Datanglah seorang pelayan café.

"Mari silahkan." Seorang pelayan café memberikan buku menu.

"Samain pesanannya bidadari,ya mba."

"Loh? Nanti kalau kamu gak suka sama apa yang aku pesan gimana?"

"Apapun yang dipesan bidadari. Aku bakal suka."

"Apaan sih kamu ndra. Malu tau."

Berliana melirik kearah pelayan café. Pelayan café itu tersenyum-senyum. Berliana malu.Berliana pun ,menutupi wajahnya dengan buku menu.

"Gimana kak? Mau pesan apa?"

"Roll chicken sama minumnya milkshake coklat."

"Ada tambahan?"

"Enggak mba." Berliana tersenyum kepada pelayan.

" Saya ulang, Roll chickennya 2 sama minumnya milkshake coklat 2."

"Iya mba,makasih."

Pelayan café tersenyum dan meninggalkan tempat. Berliana kembali melihat kearah Vandra. Ternyata Vandra sedang tersenyum ke arahnya.

"Kenapa?" kata berliana.

"Gakpapa."

"Serius?"

"Enggak serius."

"Berarti kamu bohong."

"Kalau bohong,berarti ada sesuatu."

"Sesuatu itu apa?"

"Sesuatu itu gak perlu aku bicarakan."

"Jadi,sekarang gantian yang gak mau cerita?"

Tiba-tiba pelayan café,datang membawa makanan dan minuman pesanan kita.

"Silahkan menikmati." Kata pelayan café,sambil memberi makanan dan minuman pesanan kita dimeja.

"Terimakasih mas." Kata Berliana

"Iya sama-sama."

"Sekarang,dimakan dulu." Kata Vandra.

Kita pun makan dan menikmati suasana disini.

"Vandra."

"Iya bidadari?"

"Bercanda terus."

"Aku gak bercanda,bidadari."

"Kalau bercanda juga gakpapa."

"Engga, aku gak mau bercanda manggil kamu Bidadari."

"Gak usah panggil aku bidadari."

Vandra meraih tangan Berliana yang berliana letakan diatas meja.

"Tolong, biarin aku panggil kamu bidadari."

"Emang kenapa?"

"Karena aku pengen semua orang tau,kalau kamu bidadariku."

"Aku bukan bidadarinya ka.."

Telunjuk Vandra yang menyentuh bibirnya itu. Membuat berliana bungkam.

Dibawah Langit.Where stories live. Discover now