Bagian 6

69 3 0
                                    

Karena disaat aku benar-benar membutuhkan minum.Sedangkan yang lain tidak memperdulikan.Kamu datang.Terimakasih Vandra.

Aku menangis membasahi baju daerah pundaknya.

"Jangan menangis,Berliana cantik." Lelaki itu,mengelus rambutku dengan lembut.

"Maaf ndra." Aku melepaskan pelukanku.

"Jangan minta maaf.Aku orang yang tepat untuk menjadi penampung air matamu.Aku rela, bajuku dibasahi oleh air matamu."

Aku melepaskan kacamataku dan menghapus air mata.

"Berliana,bukan gadis cengeng." Lelaki itu juga ikut menghampus air mataku dipipi.

Aku gadis biasa ndra.Aku gadis mudah cengeng,walaupun terlihatnya bahagia.Tapi,hatiku mudah rapuh.

Aku kembali memakai kacamata.
"Ayo duduk."
Lelaki itu menunjukkan kursi didekat tembok kelas. Aku dan lelaki itu,berjalan kearah kursi. Lalu duduk.

"Itu minumnya buat aku kan?" Kataku,menunjuk botol air mineral yang dibawanya.

"Bukan,tapii.."

"Tadi katanya,untuk nona Berliana." Aku tertawa kecil.

"Iyaa,buat kamu. Silahkan minum,nona Berliana." Lelaki itu memberikanku botol air mineral itu.

"Sekali lagi,makasih Vandra." Senyumku dan membuka botol air mineral. Aku kesulitan membuka tutup botol.Karena,tutupnya terlalu rapat.

"Sini,aku bukain."

"Engga,aku pasti bisaa." Aku menjauhkan botolnya dan kembali mencoba membuka.Hasilnya,tutup itu bisaku buka.

"Kebukakan." Kataku sambil memegang tutup botol dan botol yang terpisah.

Aku segera menengukkan air mineral. Setelah selesai,aku menutupnya kembali.

"Hari ini jangan lupa ya,Berliana." Lelaki itu,menghelus rambutku.

"Iya Vandra." Senyumku dan menatap bola matanya.

"Kamu buruan,ngumpul bareng teman-temanmu lagi. Aku habis ini,masih ada urusan osis." Lelaki itu berdiri,disusul aku.

"Siap kakak osis,yang semangat yaa." Senyumku menegapkan badan.

"Kamu juga." Lelaki itu juga tersenyum.

"Aku duluan." Aku berjalan menjauh dari lelaki itu.

Aku kembali berkumpul bersama teman sebayaku dan duduk didekat Salsa.

"Lo dari mana sih?" Kata salsa melihat kearahku.

"Beli minum." Jawabku melihat depan.
"Lama banget."

"Ga ada yang pentingkan tadi?" Aku mengalihkan pembicaraan.

"Adaa,gue sama lo sekelas."

Aku melihatnya dan terdiam.
"Kok lo diem aja sih?"

"Gakpapa,syukurlah kita sekelas." Kataku tersenyum.

"Satu lagi,dikelas kita sekelas sama cogan yang tadi barusan nyanyi."

"Terus?"
"Gue mau gebet."

"Ya ampun,Salsa." Kataku menggelengkan kepala.

"Kalau lo liat,lo juga pasti suka deh.Suaranya merdu,dan bisa main gitar.Idaman deh." Kata Salsa yang senyum-senyum.

"Iya deh Salsa." Senyumku

"Ga sabar,buat besok."

"Besok kita ruang kelas mana?"

"Deket ruang osis."

"Hah?serius?" Tidak percaya.

"Serius?keliatannya lo bahagia banget.Kenapa hayoo?" Senyum Salsa,pengen tau.

"Apaan sih." Senyumku.
                                                                                         ****
Pukul 13.00 aku dan teman sebayaku dipulangkan. Aku dan teman sebayuku mengambil tas diaulaa. Berjalan berdesak-desakan. Aku menepi,dikursi dekat ruang kelas. Menunggu,supaya tidak terlalu beberangan keaula.
Aku teringat bayang-bayang lelaki itu. Lesung pipinya dan tatapannya yang membuatku selalu nyaman bersamanya.

Apa aku jatuh cinta,padamu Vandra? Batinku dan bibirku tersenyum.

"Nih tas lo,Berliana." Aku mendongak,ternyata Salsa.

"Makasih,Salsa." Senyumku.

"Maafin gue,soal tadi.Gue ngerasa bersalah."

"Gakpapa kok." Aku kembali tersenyum,padahal hatiku terluka.

"Gue duluan ya."

"Hati-hati."

Salsa berjalan pergi.
Aku memakai tasku dan mencari Vandra. Aku berjalan sambil melihay kaki,ternyata tali sepatuku terlepas.

"Yaelah,kebiasaan deh."
Aku jongkok,seperti posisi biasa membetulkan sepatu.
Tiba-tiba didepanku,ada seseorang lelaki yang ikut membetulkan sepatu.

"Berliana,jangan ceroboh."
Aku melihat kearahnya.

Dibawah Langit.Where stories live. Discover now