Ketika berliana masuk ke toilet. Berliana berhadapan dengan 3 perempuan yang membuat langkah kaki Berliana terhenti. Berliana diseret masuk kedalam. Lalu tubuh Berliana didekatkan dengan tembok. Mereka mengepung berliana.
"Akhirnya,gue ketemu lo juga Bidadari."
"Haha.. Bidadari."
Berliana diam,bukannya takut. Hanya saja semua yang dibicarakan mereka,tidak harus dijawab.
"Denger ya,Bidadari. Gue udah ngebiarin lo,beberapa hari ini masih ngobrol sama Vandra. Tapi,mulai hari ini gue minta tolong. Jauhin Vandra!" Gladis memengang kedua tangan Berliana.
Berliana masih bungkam. Melihat kedua mata Gladis dan Berliana masih membiarkan Gladis meneruskan pembicaraanya.
"Ini demi kebaikan lo,Berliana."
Berliana pun melepaskan pengangan tangann. "Sori kak,aku gak bisa ngejauhin Vandra. Kebaikan aku adalah tetap bersama Vandra. Bukan jauh dari Vandra."
Berliana melangkah pergi.
"Vandra sama gue dijodohin."
Deg
Berliana menghentikan langkah kaki. Teman-teman gladis tercengang. Mereka hanya diam. Gladis pun menghampiri Berliana.
"Jadi, gue mohon. Jauhin Vandra."
"Kakak bilang kayak gitu,karena kakak takut kan? Vandra memilih aku?"
Plak
"Aw." Berliana mengelus pipinya sambil meringis kesakitan.
"Ini baru peringatan. Kalau lo sekali lagi,deket sama Vandra. Gue bakalan ngomong sama bokap Vandra,kalau lo yang menyebabkan semuanya berantakan."
Gladis dan 2 sahabatnya pun pergi meninggalkan Berliana. Berliana pun masih ditempat. Lalu berjalan melihat wajahnya dikaca wastafel. Pipinya sedikit merah karena wajahnya yang putih. Tanpa berliana sadari,air matanya keluar. Ia menangis tersedu-sedu.
Sampai terdengar jam istirahat. Berliana pun segera menghapus air matanya. Lalu keluar dari kamar mandi.
Tiba-tiba Berliana menabrak tubuh seseorang. Dia tubuh lelaki karena perawakannya dan tingginya melebihi Berliana.
"Eh maaf." Berliana menunduk tidak ingin melihat,siapa yang ia tabrak. Lalu pergi. Namun,tangan Berliana ditarik. Otomatis berliana membalik dan melihat orang itu.
Ternyata Vandra.
"Kamu kenapa Bidadari?"
Berliana diam,tidak menjawab. Vandra menatap wajah Berliana. Lalu memegang kedua bahu Berliana.
"Siapa yang nyakitin kamu?"
"Bukan siapa-siapa."
Vandra mengelus pipi Berliana. Lalu membawa Berliana ketempat yang sepi untuk menenangkan Berliana.
"Bidadari,siapa yang membuatmu seperti ini?"
Hatiku terluka,melihat bidadariku dihadapanku ini terluka. Siapa yang berani melukai wajahnya ini. Batin Vandra yang masih menunggu jawaban Berliana.
Berliana masih bungkam. Melihat Berliana seperti ini Vandra tidak bisa bicara apa-apa. Vandra hanya bisa memeluk Berliana. Berliana kembali menangis. Membasahi baju bagian pundak Vandra. Vandra mengelus lembut rambut berliana.
Jangan tinggalin aku Vandra. Itu ungkapan batin Berliana yang sedang menangis dan memeluk Vandra erat-erat.
"Sudah bidadari. Semua akan baik-baik saja." Kata Vandra yang masih mengelus rambut Berliana.
Berliana melepaskan pelukan. "Vandra,kenapa kamu terus bersamaku?"
Vandra menghapus air mata Berliana dengan tangannya.
"Karena aku nyaman bersama kamu,Bidadari."
Berliana menurunkan tangan Vandra yang dari tadi menghapus air matanya.
"Hanya nyaman? Lalu,kenapa kamu mengucapkan kalimat-kalimat manis untukku?"
"Gini Bidadari,ada beberapa alasan yang gak bisa aku ungkapkan."
"Kalau gitu,aku pergi."
Berliana pun meninggalkan Vandra.
"Berliana,aku sayang kamu." Teriak Vandra. Langkah Berliana terhenti.
"Tapi aku takut,kita gak bisa sama-sama." Lanjut Vandra.
Ketika Berliana membalik. Vandra sedang menatap bawah. Lalu, Berliana berlari dan memeluk Vandra.
"Aku juga sayang kamu. Masalah kamu,dijodohin itu...."
"Tunggu dulu." Vandra langsung melepaskan pelukan. "Kamu tau aku dijodohin dari siapa?"
YOU ARE READING
Dibawah Langit.
Fiksi RemajaTentang kisah,seorang perempuan dan seorang lelaki saling jatuh cinta. Namun dititik mencinta. Muncullah 'Dia',seorang penengah hati. Karena dia, Hati mereka saling tersayat. Tetesan air mata berjatuhan. Rindu menjadi candu. Mereka saling menatap...