Bagian 7

66 4 0
                                    

Vandra Reynand.

Selesai,pembuburan masa orientasi. Sebagai anggota osis,aku harus membereskan dan menata barang-barang yang tadi digunakan. Selesai,menata barang. Aku segera,mencari Berliana disudut sekolah.

Bola mataku,tidak berhenti mencari gadis itu.
Ketika dari kejauhan,mataku terhenti pada seorang gadis yang sedang membetulkan tali sepatunya. Tanpa basi-basi,aku segera menghampirinya dan ikut membenarkan sepatunya.

"Berliana,jangan ceroboh."
Gadis itu melihat kearahku. Dia,hanya terdiam menatap bola mataku.

"Vandraa." Katanya.
Jari-jariku menali sepatunya. Tangannya,hanya terdiam.

"Makasih,Vandra." Katanya,sambil menampilkan senyuman yang membuat hatiku nyaman.

Kita sama-sama berdiri. Tanganku,memegang lengannya.
"Yuk,jadikan?" Tanganku,aku turunkan memegang jarinya.

"Jadi dong,Vandra." Senyumanya.

"Tangan kamu kecil,gemes jadinya." Aku memainkan jari-jarinya.

"Gemes gimana?engga ah." Gadis itu,melepaskan tangannya.
"Yuk keparkiran."

Berliana dan aku berjalan menuju parkiran.
Sesampai diparkiran dan berada didepan motorku yang berwarna hitam.
Aku memakai jaket dan helm.

"Aku pakaiin atau pakai sendiri?" Aku memberikan helm. Aku setiap hari membawa helm 2 untuk berjaga-jaga.

"Aku pakai sendiri." Gadis itu,menerima helm.
"Kamu ga bawa jaket?"

"Oiya,lupaa." Gadis itu menepuk pelipisnya.

"Kalau gitu,kamu pakai jaketku aja." Aku melepaskan jaket dan memasang punggung berliana.

"Makasih Vandra." Senyum Berliana. Berliana memakai jaketku.

"Vandraa." Teriak seorang gadis,dengan suara yang nyaring.

"Gue pulang bareng lo,yaa." Gadis itu menghampiriku dan mengeratkan tangannya ditanganku.

Gadis itu bernama gladis. Dia adalah sahabat kecilku. Aku ditakdirkan satu SMA dengan gadis itu.

"Tapi,gue ada janji."

"Sama cewek ini?" Gladis menunjuk Berliana.

"Iyaa,sori ya."
"Terus,gue pulang sama siapa?" Gladis melepaskan tangannya dan mencemberutkan bibirnya.

"Lo bareng Kevin ya?"

"Gak mau,Kevin sukanya jailin.Pokoknya aku bareng kamu!" Gladis mencemberutkan bibirnya.

Ini adalah pilihan sulit.
Mengantar gladis pulang atau pergi dengan Berliana?Berliana,sekarang hanya terdiam dan tersenyum kecut.Aku tidak bisa mengecewakan kedua gadis ini.

"Vandra,kamu pulang sama dia aja." Kata Berliana,melepaskan helmnya.

"Ga bisa,aku udah janji sama kamu."

"Gakpapa next time,bisa kan?" Berliana memberikan helm.

"Serius?Kamu ga marah kan?" Aku menerima helm itu,dan menatap bola mata Berliana. Tidak melihat gladis.

"Serius,aku duluan Vandra." Senyumnya yang sepertinya,dibalik itu.Dia kecewa. Maaf Berliana.

Berliana,mulai melangkah meninggalkan aku dan gladis. Aku masih melihat tubuhnya yang semakin tak terlihat.

"Gue gak suka lo deket sama dia." Kata gladis. Aku menyadarkan mataku yang tadi melihat Berliana.Kini,melihat bola mata Gladis.

"Siapa,Berliana?"

"Iya,gue ga suka.Ganjen banget tu cewek."

"Dia ga ganjen,Gladis. Lo baru liat cewek itu sekali. Jangan suka menyimpulkan,sesuatu yang baru lo kenal. Dia,cewek baik."

"Oh,jadi lo bela cewek ganjen itu?Dari pada gue?Gue sahabat kecil lo,ndra."

Seketika,aku langsung memeluk tubuhnya.
"Maafin gue.Gue ga bermaksud bela Berliana.Tapi bener,dia cewek baik." Sambil mengelus kepala gladis.

"Gue ga suka,ndra."

"Kenapa?" Gladis membalas pelukanku.
"Gue gasuka,kalian manggil aku sama kamu.Padahal kalian belum jadian. Dia ganjen banget."

"Cewek seperti itu,buat gue-"

"Maaf,gue ganggu." Suara seorang gadis menyadarkanku. Aku langsung,melepaskan pelukan.

Dibawah Langit.Where stories live. Discover now