Bagian 8

75 3 1
                                    

Aku telah melangkah pergi keluar dari parkiran. Hatiku,tiba-tiba merasa sesak. Kenapa?Apa aku mulai menaruh hati pada Vandra?Tidak,aku tidak ingin mencintai dengan mudah.

Ingat Berliana!Kamu pernah dijatuhkan. Ketika kamu telah menaruh hati pada dia. Dia,lelaki yang sekarang pantas kamu lupakan dan lenyap dari hidupmu.  Jadi,jangan terlalu mudah untuk memberi hati.

Sudah 1 tahun ini,Aku ingin melupakan seorang pria yang membuat jatuh cinta untuk pertama kali. Lelaki yang membuat hidupku bahagia setiap hari. Lalu setelah membuatku bahagia. Dia meninggalkanku,dengan sejuta kenangan. Aku berusaha mencarinya,tapi hasilnya nihil.

Awal masuk Sma. Aku bertekad untuk menghapus semua tentang pria itu. Berusaha bahagia,tanpa hadirnya.

Ketika beberapa langkah menuju luar sekolah. Aku teringat. Bahwa badanku masih memakai jaket Vandra.

Aku segera melangkah kedalam,menuju parkiran.
Disamping halaman parkiran.

DEG
Aku melihat seorang pria dan wanita sedang berpelukan. Seorang wanita itu,membalas pelukan dan sedikit memeluk erat pria itu. Seperti tanda tidak ingin kehilangan. Aku tau siapa mereka. Mereka adalah Vandra dan gadis sebaya dengan Vandra.

"Gue gasuka,kalian manggil aku sama kamu. Padahal,kalian belum jadian. Dia ganjen banget." Kalimat yang dikeluarkan gadis itu,membuat sesak.

Aku memanggil menggunakan aku,kamu. Karena aku hanya terlihat sopan pada kakak kelas. Apa salah? Mungkin,aku tidak seharusnya menggunakan bahasa aku,kamu.

Aku segera menghampiri mereka. Memotong pembicaraan Vandra yang hanya tersamar.
"Maaf,gue ganggu."

Vandra melihat kearahku dan langsung melepaskan pelukan.
"Eh,Ber li ana." Vandra berbicara gugup.

"Makasih kak jaketnya. Sori,gue ganggu."
Aku memberi jaket kearah Vandra.

Tapi,wanita sebaya dengan Vandra,langsung mengambil jaket Vandra ditanganku.
"Baguslah,lo ga usah panggil kamu ke Vandra."

Aku hanya tersenyum kearah wanita itu. Tidak melihat Vandra.
"Pamit kak." Aku menendukan kepala dan melangkah pergi.
Langkahku terhenti. Ketika tanganku ditarik pelan.

"Maaf." Vandra tepat didepanku. Memegang kedua tanganku.

"Buat?"

"Buat semuanya,yang membuat hatimu hancur."

"Gue ga ngerasa."

"Gue? Sejak kapan kamu bicara sama aku kayak gitu?"

"Sejak ada kalimat yang buat gue sadar."

"Kalimat yang keluar dari Gladis?Kamu denger?"

"Siapapun yang mengucapkan kalimat itu. Gue mau bilang terimakasih."

"Aku mohon,jadi dirimu sendiri Berliana." Senyum Vandra dan berbicara dengan lembut.

"Gue pamit pulang dulu kak."
Aku melepaskan kedua tanganku dari kedua tangan Vandra dan melangkah pergi.

"Berliana."
Terdengar satu langkah kaki Vandra. Namun, Vandra tidak melanjutkan mengejarku. Karena gadis itu,tidak memperbolehkan.

"Ga usah dikejar ndra."
Aku masih bisa mendengar kalimat itu. Lalu suara itu sudah tidak terdengar. Hanya terdengar suara kendaraan.

Aku berjalan keluar gerbang sekolah. Melangkah menuju halte yang tidak terlalu jauh dari sekolah. Matahari sudah tidak terlalu terik sekarang. Aku berjalan sambil menatap bawah kaki dan sesekali melihat samping kiri kanan.

Ku kira,Vandra bisa menjadi penghilang rasa sakit yang disebabkan pria cinta pertamaku. Apa benar? Cinta pertama sulit untuk dilupakan? Tidak,aku tidak ingin seperti itu. Aku ingin segera melupakannya. Sudah jelas,pria itu sudah hilang. Berliana juga harus menghilangkan rasa dan rindu yang hanya terpendam.

Tin Tin Tin
Suara klakson disamping kananku menyadarkan lamunku. Aku tersentak kaget. Ketika melihat pengendara sepeda motor yang terhenti disamping kananku.

"Pulang bareng sama aku."

Dibawah Langit.Where stories live. Discover now