Haloooo semuanya.....
Terima kasih untuk kalian yang masih setia baca cerita ini.
Untuk kalian yang gak sempat baca bab terakhir di mana aku nanya cerita ini harus di-unpublished atau direvisi, mari aku jelaskan sekilas.Cerita yang akan kalian baca ini adalah True Love versi revisi. Sesuai dengan permintaan cerita ini gak jadi ganti tokoh. Hanya memperbaiki alur dan memang mungkin ada yang banyak berubah..
Untuk yang udah baca pasti jelas tau perubahannya. Tapi untuk yang baru baca. Silahkan membaca kisah. Ciko dan Cia di cerita ini. Cerita yang sekarang berganti nama menjadi. "Realize"
Selamat Membaca. 💕
Dua tahun dua bulan empat hari yang lalu...
Ciko menatap nanar surat undangan ke acara promnite miliknya yang belum diberikan pada gadis mana pun di sekolahnya. Sementara di tangan kirinya sudah nangkring sekitar 5 surat undangan dari teman-teman cewek dari berbagai kelas.
Bukan tumpukan surat tak berarti ini yang ia harapkan. Ciko hanya ingin mengajak satu gadis ke acara promnite sekolah. Tapi, membayangkan dirinya memberikan surat ini saja sudah membuat perutnya geli dan mual. Mana mungkin ia lakukan itu.
Tidak berselang lama ketika Ciko memasukkan surat itu ke dalam tas. Ia mendengar lengkingan suara dari lantai bawah berteriak memanggil namanya.
"CIKOOOOOOO!!!" suara maha dahsyat itu berhasil membuat Ciko menutup telinganya rapat. Ia sempat berdecak kesal mengetahui si pemilik suara.
Buru-buru Ciko keluar kamar sebelum jendela-jendela kaca pecah, sebelum lantai-lantai menjadi retak dan rumahnya rubuh akibat teriakan sahabatnya itu. "Berisik amat kayak tarzan, ada apaan sih?!" seru Ciko malas begitu dia turun dari tangga.
Wajah gempal sahabatnya itu terlihat merah dengan kulit kuning langsatnya. Ia membuat suara terisak yang dibuat-buat hingga Ciko menyunggingkan senyum kecut. "Kenapa lagi dah?"
"Gak ada yang mau nerima surat promnite Cia. BENCI! Katanya mereka gak mau ke prom sama anak bagong hiks," isaknya menggelitik kuping Ciko sampai tidak sadar tawanya menyembur sempurna.
Dengan kekuatan ekstra badak, Cia menginjak kaki Ciko sampai rasanya tulang-tulang jari kaki yang kecil itu mau patah. "Mati gue. Ancur kaki gue. Rusak masa depan gue. Ya Allah, Cia, teganya!" ringis Ciko didramatisir yang membuat Cia hendak melayangkan cubitan sebelum tangan Ciko mencegah.
"Eiya, udah dong, lo mau punya sahabat cacat gara-gara lo injek dan cubit terus? Lo kan tau tenaga lo kayak badak!" Ciko memelas.
Wajah Cia semakin merengut. Ia mengacak-acak rambutnya hingga kusut masai. Cia lebih mengerikan dari singa betina sekarang.
Dipandangnya Cia dengan tatapan menyapu dari ujung rambut hingga ujung kakinya. Untuk ukuran anak SMP yang sebentar lagi masuk SMA, Cia terlihat tidak begitu perduli dengan penampilan.
Coba lihat saja rambutnya yang dikucir satu dengan acak-acakan. Bekas air mata yang mengerak di pelipis. Jelas anak ini menangis pasti karena salah satu undangan yang diharapkannya ditolak mentah-mentah oleh cowok yang ia suka sejak jaman MOS dulu.
Ya, wajar sih kalau cowok-cowok menolak ajakannya ke prom. Cowok mana yang mau mengajak atau menerima ajakan Cia yang lebih seperti perpaduan antara macan betina, badak dan babi yang rakus daripada cewek anggun itu. Ah, Cia Cia ...
KAMU SEDANG MEMBACA
Realize
Teen FictionApa cinta harus selalu diungkapkan dengan kata "aku cinta kamu?" Aku kira aku sudah cukup pandai merangkai kata. Itu kenapa, mereka mengatakan aku seorang pujangga. Tapi sayangnya tidak. Hanya menyebutkan tiga 'aku cinta kamu' saja aku tidak mampu...