Aku gak mau kamu merasa bahagia yang fana. Karna yang nyata itu sebenarnya ya bersamaku.
-Chicko Giovanny Leonidas-
Selama di mobil, Cia tidak hentinya senyum-senyum senang. Tapi Gavin acuh tak acuh melihat sikap Cia. Pun dengan banyaknya cerita yang Cia bahas di mobil. Rasanya jika dikumpulkan bisa membuat satu buah novel yang siap dipasarkan. Banyak banget.
"Kamu emang gini ya?"
Cia mengernyit. "Gini gimana?"
"Ya gini. Suka cerita apa aja," ucap Gavin santai tapi sumpah demi celana pendek hitam milik Ciko yang dijadikan kain lap, Gavin mengucapkan kalimatnya ini sarkasme. Yang bermaksud lain yaitu: lo bawel banget deh.
Tapi yang dengar kalimat barusan adalah Cia. Cewek yang sedang buta dengan cinta cinta ala anak SMA.
Cia mengangguk antusias. "Aku emang suka bahas apa aja. Sama Ciko juga suka gitu. Biasanya kita bahas basket, atau makan mie ayam dan bakso kesukaan kita, bahas Coki kucing kesayanganku, terus Cila vespanya Ciko dan blablabla..."
Begitu lah yang Gavin dengar di telinganya. Semakin banyak yang Cia ucapkan kalimatnya semakin tidak terdengar bagian akhirnya dan malah hanya seperti sesuatu yang merambat di telinga tapi hanya membuat geli. Gavin tidak perduli Cia mau bahas apa. Terserah.
Gavin lebih suka mendengar apa-apa yang Binta katakan. Mengingat Binta juga memiliki banyak hal yang Gavin suka. Seperti Binta tertarik dengan lukisan, meski dia tidak bisa melukis, lalu Binta suka dunia photography sama sepertinya. Senyum Gavin mengembang begitu mengingat Binta.
Dan Cia tersipu karena dia menyangka Gavin tersenyum mendengar ceritanya.
Hubungan yang miris memang.
"Oya kita mau ke mana?" tanya Cia pada akhirnya.
"Aku mau beli film untuk kamera dulu."
Mata Cia membulat. Gavin sih menebak kalau Cia pasti tidak paham. Cewek ini pasti mengira film yang untuk ditonton. Ah, nih cewek emang ngebosenin!
"Wah? Gavin pake kamera apa?"
Sekarang Gavin yang mengernyit. Cowok itu melirik Cia sekilas yang terlihat begitu antusias. Dalam hati dia berpikir mana paham Cia sekalipun ia menyebut merek kamera analognya.
"Nikon FM2."
"Sumpah? Demi apa?"
Gavin diam dan mulai benar-benar memperhatikan wajah Cia yang sangat bertambah antusiasnya.
"Gavin pake Nikon yang itu? Itu kan semuanya masih serba manual. Kirain semua cowok sekarang lebih suka DSLR yang lebih instan. Pake analog kan cape harus ngatur iso, speed, belum lagi ke kamar gelap buat nyuci fotonya. Keren Gavin," ucap Cia lalu menghadap ke depan jalan raya.
"Emang lo paham kamera analog?" tanya Gavin dengan menggunakan lo gue. Sebenarnya Cia juga tidak terganggu sih, menurutnya aku-kamu, lo-gue itu hal sepele dan gak berpengaruh apa-apa.
"Cia punya analog di rumah. Bukan Nikon, tapi Yashica bekas Mama dulu. Mama suka motret juga. Terus ada lagi satu favorit Cia banget."

KAMU SEDANG MEMBACA
Realize
Teen FictionApa cinta harus selalu diungkapkan dengan kata "aku cinta kamu?" Aku kira aku sudah cukup pandai merangkai kata. Itu kenapa, mereka mengatakan aku seorang pujangga. Tapi sayangnya tidak. Hanya menyebutkan tiga 'aku cinta kamu' saja aku tidak mampu...