BAB 10 - Worried

512K 31.8K 6.1K
                                    

Halohaa.. update lagi. Mohon maaf cerita yg lain ngaret karena ngejar ini dulu sebelum sibuk yaa seenggaknya 10 part dulu yaa udh di publish 😂

Yg main ig bisa follow ig aku, karena info po novel nadw bisa lewat ig juga.

Ig : indahmuladiatin

Langsung yaa happy reading! Hope you like this chaper 😘😘😍

🍬🍬🍬

Caramel tetap di bengkel karena dia malas untuk pulang. Hari ini semua sedang sibuk dengan urusan masing-masing. Ayah dan bunda sedang ada pertemuan. Abang kembarnya sedang tanding basket dan Raka tentu saja ada di kantor karena memang abang yang satu itu gila kerja.

"Jadi ini yang namanya Kara?" tanya Defan.

"Mana-mana? Gue mau kenalan dong!" teriak Wisnu.

Caramel terkekeh geli dan mengulurkan tangannya. "Gue Caramel, panggil Kara aja."

Tangan-tangan ini berebut untuk bersalaman dengan Caramel. Hanya satu yang tersenyum tipis melihat tingkah teman-temannya.

"Gue Thomas," ucap cowok yang tadi diam saja. Kulitnya kecokelatan mungkin karena sering ada di bawah sinar matahari. Wajahnya manis dengan lesum pipit saat tersenyum.

"Lo ngapain di dalem lama sama si dia?" tanya Defan.

"Makan donat," jawab Caramel jujur.

Defan mengerutkan keningnya. "Kenapa harus di dalem?"

"Katanya biar nggak ada yang ganggu," jawab Caramel lagi.

Defan tersenyum geli. "Yehh bisa aja lo!" serunya sambil memukul lengan Bara.

"Jangan mau dimodusin Ra!" kekeh Roni.

Caramel tertawa geli mendengar celotehan itu. Dia melepas kacamatanya. "Mana mau dia sama gue? gue sama Thomas aja deh manis banget, ehh sama Defan juga boleh."

"Wahh kalau dia nolak lo sih gue oke aja, mau jadian sekarang juga ayo! mumpum abis gajian bisa lah ngasih traktiran orang-orang," jawab Defan.

Bara hanya mendengus geli. Dia memilih untuk menyelesaikan pekerjaannya. Karena sudah sore jadi mereka hanya perlu menyelesaikan sisa-sisa pekerjaan. Para pemilik kendaraan juga sudah pulang.

Selama orang-orang kembali sibuk dengan pekerjaan masing-masing, Caramel memilih duduk di tumpukan ban di dekat Bara. Dia betah melihat mata Bara yang terlihat serius memperhatikan mesin mobil yang sedang dikerjakannya.

"Berhenti ngeliatin gue," kata Bara tanpa menoleh pada Caramel.

"Eh hehe abis lo keren," kekehnya jujur.

Bara menoleh dengan wajah bingung. Dia berkacak pinggang. "Dimana letak keren dari baju penuh oli sama muka dekil?"

Caramel mengacungkan dua jempolnya. Meski kelihatan tidak rapi,  Bara masih terlihat good looking dan lebih manly sama seperti teman-temannya di bengkel ini. Sepertinya dia tahu kenapa banyak pelanggan perempuan sejak tadi.

"Lo tetep keren," jawabnya.

Setelah lelah bekerja mereka mengajak Caramel bermain kartu uno. Dengan bedak tabur yang sudah disiapkan di tengah, Caramel serius bermain dengan teman-teman barunya.

Bara tidak ikut karena cowok itu sedang mencari makanan untuk semuanya.

"Ehh Bara itu udah punya pacar?" tanya Caramel pada Defan yang duduk di sampingnya.

"Dia? pacar? hehe kayanya tu orang nggak peduli sama pacaran," jawab Defan santai.

Caramel mengerutkan keningnya. Lalu gelang itu untuk siapa kalau bukan untuk pacar Bara. Mungkin Defan yang tidak tahu tentang Bara.

The Boy With A Fake SmileTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang