10. That Guy?

2.5K 114 5
                                    

Malam ini, setelah kejadian Steven menyanyi di depan kelas, Valerie terus terusan teringat oleh Steven.

"Masa gara-gara itu doang lo langsung galau gak jelas sih," ucapnya pada diri sendiri.

'Jangan nangis lagi ya, Sayang.'

Kata-kata itu terus terngiang di kepala Valerie.

Sayang? Apa maksudnya Steven nyebut gue dengan sayang segala? Kenapa ada getaran di hati gue setiap teringat Steven ngomong sayang? Kenapa sebenernya gue?  batin Valerie.

Lalu, saat Steven mengecup kening Valerie. Kenapa Valerie seakan akan tidak bisa menolaknya? Apa Valerie belum rela menjauhi Steven? Apa Valerie belum rela untuk menghapus Steven dari hidupnya?

Valerie mengambil sebuah bantal dan meremasnya kuat.

"Kenapa semuanya harus kayak gini? Coba Steven gak pake nyanyi itu segala, pasti gue gak bakal kayak gini. Pasti semuanya bakal sama seperti biasa."

Gue harus bisa bangun benteng itu lagi. Gue harus bisa belajar ngelupain Steven lagi. Gue harus bisa jauhin Steven, tekad Valerie dalam hati.

**

Pagi-pagi sekali Valerie sudah sampai di sekolah. Di kelasnya baru sedikit yang datang. Ya wajar saja, sekarang masih jam enam, sedangkan kelas masuk jam setengah tujuh.

Valerie hanya duduk di mejanya sambil membaca novel yang baru ia beli di toko buku kemarin. Dia sengaja membawa novel itu supaya bisa dibaca di sekolah.

Tak terasa, sudah tiga puluh menit Valerie duduk di mejanya sambil membaca novelnya. Kelas yang tadinya sepi, sudah berubah menjadi ramai. Konsentrasinya membaca novel jadi berkurang.

"Hey! Tumben lo bawa novel ke sekolah. Kangen sama gue gak?" tanya seorang cewek berkuncir satu yang tiba-tiba datang sambil menggebrak meja Valerie.

"Eh, Kodok. Ngagetin aja lu sumpah. Siapa sih?" Valerie pun mendongakkan kepalanya dan melihat sahabatnya yang nyengir tidak jelas.

"Masa baru gue tinggal sehari aja udah lupa sih, Yang," goda Karina sambil menyolek dagu Valerie.

"Najis lu. Jangan lesbi deh. Kemaren kemana lo?"

"Gue kemaren nemenin nyokap biasa ke dokter buat check-up," jawab Karina.

"Kenapa? Kangen ya lo? Ya pasti kangen lah! Sini sini gue peluk biar gak kangen lagi," ucap Karina sambil melebarkan tangannya.

"Eh, gila lo ya. Harusnya lo cek juga tuh otak lo kemaren. Geser kayaknya tuh," gerutu Valerie sambil mengibaskan tangannya.

"Ih jahat ya lo. Gue pergi lagi nih," rajuk Karina.

"Eh, jangan!. Sini cepet duduk."

"Anak-anak ayok duduk." Tiba-tiba seorang wanita paruh baya dengan kacamata yang bertengger di hidungnya masuk ke dalam kelas Valerie.

Valerie tidak mengindahkan kata-kata wali kelasnya, melainkan asik kembali dengan novelnya.

"Val, ada Bu Rosa tuh," bisik Karina.

"Iya tau. Biarin aja, paling cuma mau pembinaan wali kelas kayak biasa. Bosen gue."

"Serah lo deh, Val," ucap Karina pasrah.

"Anak-anak, kita kedatangan murid baru. Dia pindahan dari SMA Taruna Wibawa. Ayok Nak, masuk sini," ujar Bu Rosa sambil memanggil seseorang yang ada di luar kelas.

"Val, cogan tuh. Nyesel lo gak liat." Karina menggoyangkan tubuh Valerie.

"Bodo ah. Udah keseringan liat cogan gue, bosen," ucap Valerie sambil terus membaca novelnya itu.

The RegretTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang