--FLASHBACK--
"Sayang, abis ini kita mau kemana nih?" tanya Steven yang sedang menggenggam tangan Valerie.
"Istirahat dulu yuk, capek nih," ucap Valerie.
"Istirahat dimana? Iya sama nih, aku juga capek daritadi jogging," ujar Steven.
"Disitu aja," seru Valerie sambil menunjuk ke arah bangku taman yang berada tak jauh dari tempat Valerie dan Steven sekarang.
Akhirnya, mereka berdua berlari kecil ke arah bangku tersebut. Valerie pun langsung meregangkan kakinya, begitu juga Steven.
"Handphone aku dimana ya?" tanya Valerie.
"Ini, kan tadi kamu titipin ke aku," jawab Steven sambil mengulurkan handphone kekasihnya itu.
Valerie langsung mengambil handphone nya dari tangan Steven. Muka Valerie memucat ketika melihat notification hp-nya.
"Gak, gak mungkin," ucap Valerie lirih.
"Gak mungkin apa sayang?" tanya Steven.
Valerie pun tidak menghiraukan pertanyaan Steven. Handphone yang berada di genggaman Valerie pun jatuh ke tanah. Fisiknya sudah tidak stabil lagi. Badannya rasanya sudah ingin gontai saja.
"Ka--kamu kenapa sayang?" tanya Steven sekali lagi.
"Papa ... Papa ...," ucap Valerie sambil menitikkan air matanya yang sudah tak terbendung.
Steven menatap Valerie dalam. "Papa kamu kenapa?"
Valerie memejamkan matanya sekilas, berusaha menenangkan dirinya sendiri.
"Papa ... ud--udah dipanggil sa--sama yang maha kuasa," ucap Valerie sesengukan.
Hati Steven rasanya hancur melihat kekasihnya menangis. Rasanya, Steven seperti ingin menangis juga. Steven berusaha menenangkan Valerie walaupun dirinya sakit juga mendengar papanya Valerie meninggal, karena Steven sudah menganggap papanya Valerie adalah orang tuanya sendiri.
"Kamu yang sabar ya, sayang. Aku juga pernah ngerasain kayak kamu. Aku juga pernah ngerasain rasanya ditinggal orang tua. Kamu harus tegar, karena di sekeliling kamu masih banyak orang yang sayang sama kamu," ucap Steven sambil menenggelamkan Valerie ke dalam pelukannya.
Tangisan Valerie pun mereda setelah berada dalam pelukan Steven.
Valerie merasa aman di pelukan Steven. Valerie merasa nyaman di pelukan Steven. Valerie merasa tenang di pelukan Steven.
"Untung aku punya kamu yang selalu ada buat aku," ucap Valerie.
"Aku selalu ada buat kamu kok," ujar Steven.
Valerie pun menarik nafas dalam-dalam dan mencium aroma tubuh kekasihnya itu. "Kamu wangi."
Steven pun melepaskan pelukannya. "Wangi apa?"
"Mint...," ucap Valerie.
--FLASHBACK--
Tunggu. Wangi cendana?
Ini bukan aroma tubuh Steven, bahkan ini bukan Steven. Sadar, Val, sadar. Ini bukan Steven. Steven cuma masa lalu lo, Val, batin Valerie.
Tanpa sadar, Valerie menitikkan air mata. Mungkin karena rindu dengan orang yang dulu pernah menjadi bagian hidupnya itu. Dengan cepat, Valerie langsung menghapus air matanya.
"Anjir lo! Lepas gak, lepas!" berontak Valerie.
"Kenapa sih sayang? Kok kasar banget sih," ucap Kelvin.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Regret
Teen FictionKesalahpahaman telah membuat Valerie membutakan mata dan hatinya, untuk memercayai atau bahkan sekedar mendengar penjelasan mantannya itu, Steven. Tapi apa yang bisa Valerie lakukan? Saat kenyataan yang sebenarnya sudah terungkap, yang bisa Valerie...