Bagian Empat

23 3 0
                                    

"Hiks, jadi kalian akan meninggalkan aku sendirian?" Hikaru merengek saat keponakannya akan berangkat ke kota. Mobil jemputan telah menanti mereka.

"Aah, sudahlah paman! Liburan kali ini berbeda karena kita akan ke tempat paman Aito," seru Asuka senang. Sopir membantu Asuka memasukkan koper ke bagasi mobil.

"Biar saya, tuan."

"Ah, terima kasih, paman."

"Sampaikan salamku pada Aito dan tuan Misaki Kayo," kata Hikaru. Asuka dan Tsukasa memeluk Hikaru.

"Paman, hati-hati ya di rumah!" Pesan Asuka.

"Tentu saja, kau pikir aku akan melakukan apa?"

"Paman Hikaru, kami akan merindukanmu," kata Tsukasa. Hikaru mengusap kepala kedua anak kembar itu.

"Bibi Kyoko, jaga paman baik-baik, ya!" Pinta Asuka. Kyoko memeluk Asuka dengan erat.

"Jaga diri baik-baik, ya sayangku. Aku tidak pernah berpisah lama darimu, my son. Bolehkah kita berciuman sebentar?"

Semua orang sweatdrop dan Tsukasa langsung menarik Asuka ke dalam mobil sebelum adegan mengharukan itu berubah menjadi adegan tak senonoh.

"Dahh paman, dahh bibi....!!!"

Mobil itu pun berlalalu meninggalkan kediaman Hikaru. Wajah Kyoko yang genit langsung berubah menjadi serius.

"Apa yang terjadi dengan Aito? Kenapa mendadak dia membawa mereka ke kota?" Tanyanya.

"Entahlah, mungkin sudah saatnya mereka tahu kebenarannya."
😇😇😇😇

Sebuah taksi berhenti tepat di depan kediaman Misaki Kayo. Si penumpang wanita berbaju serba hitam turun dan dihadang oleh beberapa bodyguard.

"Saya tamu Aito Mori."

"Nama...."

Wanita berusia hampir kepala tiga itu membuka topi lebarnya. Rambut hitamnya tertiup angin.

"Hitomi Mori."
😅😅😅

Misaki sedang memeriksa berkas kantor saat pintunya diketuk pelayan.

"Masuk!" Seorang pelayan laki-laki masuk.

"Seorang wanita berusia tiga puluhan ingin bertemu tuan Aito. Dia bernama Hitomi Mori."

Alis Misaki terangkat. Hitomi datang tiba-tiba setelah sepuluh tahun. Misaki menoleh ke arah jam. Aito belum juga pulang.

"Baiklah, antar dia ke ruang tamu!"
😊😊😊😊

Mobil yang menjemput Asuka dan Tsukasa berhenti di sebuah jalan. Si kembar yang tertidur tampak tidak terganggu. Aito yang menunggu di pinggir jalan langsung masuk ke dalan mobil di samping sopir. Ia tersenyum samar melihat keponakannya yang beranjak remaja tertidur pulas.

"Anda dari mana, Aito-san?" Tanya si sopir.

"Ada sedikit keperluan, Mitsuki," balas Aito. Mobil itupun kembali melaju.
😇😇😇😇😇

"Selamat malam, tuan Kayo. Maaf saya datang tanpa pemberitahuan," kata Hitomi. Misaki tersenyum.

"Kau boleh datang kapanpun. Ini rumah Aito juga."

"Apa kakak saya ada?"

"Sayangnya dia sedang keluar, aku meminta dia membeli sesuatu yang yah tidak penting. Tapi dia akan segera kembali."

"Ah, benarkah? Kalau begitu, saya akan tunggu," balas Hitomi dengan sopan.

"Aku akan mengantarmu ke kamar tamu, kau tentu lelah."

Pelayan mendorong kursi roda Misaki lalu Hitomi berdiri mengikuti sang tuan rumah. Tapi suara pintu terbuka menghentikan langkah mereka.

"Paman, kenapa kau tidak membangunkan aku saat masuk mobil," protes Asuka. Aito mendesah pelan lalu tersenyum.

"Sudahlah, sampai kapan kau mau marah karena hal itu?" Tukas Aito yang tampak kewalahan menjawab semua pertanyaan kedua keponakannya. Mereka berjalan masuk tanpa menyadari sepasang mata coklat terang yang menatap dengan penuh rasa terkejut.

"Onii-san....."

Aito menoleh ke arah suara yang menanggilnya diikuti kedua keponakannya.

"Kau....."

Suasana hening. Asuka dan Tsukasa saling bergantian menatap. Misaki segera bergerak memecah kesunyian dan ketegangan.

"Ah, kalian sudah datang."
Misaki meminta pelayan mengantar Hitomi ke kamar tamunya. Aito berjalan mendekati Misaki.

"Kenapa kau tidak memberitahuku? Apa ini bentuk pembangkanganmu?" Bisik Aito.

"Bukan saatnya untuk bertengkar," balas Misaki. Aito mendorong kursi rodanya ke arah Asuka dan Tsukasa.

"Asuka, Tsukasa, ini tuan Misaki, pemilik rumah ini," kata Aito memperkenalkan Misaki. Si kembar memberi hormat kepadanya.

"Ah, kalian sudah besar, terakhir kita bertemu saat kalian masih bayi, iya kan, Aito?"

"Kau juga masih kecil saat itu," balas Aito. Misaki tergelak.

"Aito, antar mereka ke kamar. Sebentar lagi kita akan makan malam."

"Aku akan mengantarmu dulu. Asuka, Tsukasa, tunggu di sini sebentar." Aito mendorong kursi roda Misaki ke dalam. Si kembar duduk di kursi tamu.

"Wah, besarnya rumah tuan Misaki," gumam Asuka.
Tsukasa hanya termenung. Ia teringat dengan tamu wanita Misaki yang menatapnya aneh dan bahkan memanggil pamannya dengan onii-san. Apa mungkin dia ibunya? Tsukasa menggeleng. Paman Aito tidak mungkin membohongi keponakannya. Mungkin wanita itu teman akrab paman. Pikirnya.

They are MineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang