Bagian Lima

19 2 0
                                    

Pagi yang cerah di mansion Misaki Kayo, Asuka dan Tsukasa tengah menyelesaikan sarapan dengan Misaki dan Hitomi. Aito muncul dari dalam dan mendekati Asuka.

"Asuka, Tsukasa, kalian sudah selesai?" Tanya Aito. Misaki menimpali.

"Ada apa? Kau mau bicara? Kenapa tidak di sini saja?" Aito menatap Misaki tajam.

"Ada apa, oni? Ah, maksud aku Mori-san." Aito tidak menghiraukan dua orang yang tengah ingin tahu apa urusannya itu. Ia menatap kedua keponakannya.

"Bagaimana?" Si kembar meminum susu mereka dan berjalan pergi mengikuti Aito. Misaki melanjutkan sarapannya. Hitomi tampak tegang.
😶😶😶

Taman bunga Misaki merupakan taman bunga terindah tidak pernah dilihat si kembar sebelumnya. Udara bersih dan harum bunga-bunga di pagi hari membuat suasana hati menjadi cerah.

"Seperti janjiku kemarin malam," kata Aito seraya menatap kedua wajah polos di depannya.

"Ada hal penting yang ingin kukatakan pada kalian, karena kurasa kalian sudah cukup dewasa."

Asuka dan Tsukasa heran dengan memasang wajah tercengangnya. Tidak biasanya pamannya bicara begitu serius.

"Ibu kalian ingin kalian mau menerimanya setelah semua yang terjadi."

Kedua saudara kembar itu tertegun.

"Sebelum kuberi tahu lebih banyak, aku punya sedikit permintaan." Aito memandangi kedua keponakannya satu persatu.

"Kalian adalah keponakannku yang dibesarkan dengan kasih sayang dan budi pekerti yang baik oleh kami, dan tuan Misaki Kayo memenuhi semua kebutuhan kalian dari sejak lahir sampai sekarang."

"Setelah mendengar semua kebenaran ini, kuharap kalian tidak mengecewakan kami dengan bertingkah kekanakan."

"Apa yang hendak paman katakan? Aku tidak sabar ni, pembukaannya panjang amat," tanya Tsukasa seraya garuk-garuk kepala.

Tangan Aito terkepal. Ia seakan lupa bagaimana cara menyusun kata-kata. Lidahnya terlalu kelu.

Tiba-tiba........

"Kalian adalah anak-anakku!" Aito menoleh, Hitomi berdiri di belakangnya dengan tegar.

"Itu yang ingin dikatakan paman kalian." Lanjut Hitomi. Asuka dan Tsukasa terkejut.

"Nyonya ini, ibu kami?" Kata Asuka menunjuk ke arah Hitomi. Asuka dan Tsukasa membeku. Mereka tidak tahu bagaimana dan seperti apa menyikapi kejadian yang terasa mendadak itu. Mereka bingung dengan pikiran masing-masing. Melihat kedua anaknya dalam keadaan yang kalut  Hitomi memberanikan diri menarik mereka ke dalam pelukannya. Kedua remaja bersurai coklat itu tertegun.
😓😓😓😓

"Ahh gawat, aku sudah telat."

Hitomi remaja berjalan cepat menuju gerbang sekolahnya. Bersamaan dengannya, sebuah mobil hitam dengan merek BMW berhenti dan pintunya terbuka secara tiba-tiba di depannya yabg tengah berlari. Gadis itu sukses menabrak pintu mobil dan terjatuh.

"Aduh, sakit semua badanku!"

Sang penumpang rupanya seorang pemuda yang juga memakai seragam sekolah yang sama dengannya. Ia terkejut melihat seorang gadis menabrak pintu mobilnya. Pemuda tinggi semampai itu segera membantu  Hitomi berdiri.

"Eto, maafkan aku. Kau tidak apa-apa?" Tanya pemuda itu dengan lembut. Hitomi mengangkat wajahnya.

"Wah, Kami-sama." Hitomi begitu terpesona. Si pemuda itu begitu tampan, kulitnya seperti porselen dan
matanya sangat jarang dimiliki orang Jepang. Sepasang iris kuning emas dan bibir semerah cherry, bibir itu melengkung heran.

"Err, kau tidak apa-apa?" Tanya pemuda itu lagi. Hitomi tersadar dari lamunan. Wajahnya merona hebat.

"Ah, saya tidak apa-apa."

Si pemuda bersurai coklat itu langsung tersenyum lega. Si sopir menatap kesal pada Hitomi.

"Tuan muda , mari masuk! Sebentar lagi sekolah akan dimulai," kata si sopir. Sang majikan mengulurkan tangan pada Hitomi. Hitomi tertegun.

"Kau tidak dengar kata supirku tadi? Kelas akan dimulai. Ayo masuk mmm Mori-san!" Kata pemuda itu sembari melihat nama di baju seragam Hitomi. Hitomi menyambut uluran tangan pemuda tampan itu.

"Namaku Kenichi Koujo, salam kenal."

"Kenichi Koujo-kun?" Gumam Hitomi.

Kenichi dan Hitomi berteman akrab sejak saat itu. Kenichi adalah cucu dari pemilik sekolah. Banyak gadis yang iri dengan kedekatan mereka dan ingin menjauhkan Hitomi dengan Kenichi. Tapi Hitomi adalah gadis yang kuat. Ia mampu melawan meskipun berkali-kali dibully oleh para gadis penggemar sahabatnya. Hingga suatu petang sepulang sekolah, Hitomi yang terlambat berniat menemui sang kakak Aito di tempat kerja. Namun di tengah jalan yang sepi, ia dihadang beberapa anak perempuan dan laki-laki.

"Kalian lagi," kata Hitomi pelan. Rupanya mereka adalah teman-teman sekolah sering mengerjainya.

"Nah, ini dia si buruk rupa yang bermimpi jadi putri," ejek ketua geng mereka. Seorang gadis dengan pakaian serba mewah dan rambut blonde panjang sebahu mendekat.

"Habiskan gadis ini sampai akar-akarnya! Sampai dia sadar kalau dia hanyalah sampah!" Perintah gadis itu. Hitomi memandang sengit. Ia tidak bisa lari. Gadis bersurai hitam itu terkepung. 😧😧😧

They are MineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang