lanjutan bagian empat

34 2 0
                                    

Setelah mengantar Si kembar ke kamar, Aito bergegas menuju kamar Hitomi. Perasaannya berkecamuk. Ia mengetuk pintu kamar Hitomi.

"Siapa?"

"Ini aku, Aito."

Terdengar langkah kaki yang terburu-buru. Benar saja, Hitomi langsung menghambur ke pelukan Aito.

"Onii-san!"

"Hitomi, kita masuk dulu!"
Hitomi masih setia bersandar di pelukan Aito. Matanya merah. Ia menangis sejak tadi.

"Onii-san, maafkan aku yang datang tanpa mengabarimu," isak Hitomi. Aito mengusap punggung adiknya dengan lembut.

"Tidak apa-apa."

"Onii-san, apa mereka tadi......" Aito mendengus.

"Ya, Asuka dan Tsukasa." Tangis Hitomi pecah.

"Mereka benar-benar mirip ayahnya," bisiknya lirih. Aito menoleh.

" Kau masih belum melupakannya?"

Hitomi segera menyeka  air matanya dan berusaha tersenyum.

"Ah, onii-san, aku bermaksud memberimu ini." Hitomi memberikan sebuah undangan dengan tinta emas. Aito tertegun melihat nama yang tertera di bagian depan undangan itu.

"Kau akan menikah?"
Hitomi mengangguk.

"Namanya Tetsuya Kobayashi, seorang atlet baseball. Kami berkenalan di sebuah pertandingan saat aku tengah meliput pertandingan." Aito tampak bahagia. Bulir beningnya menetes dari matanya.

"Akhirnya...." Hitomi memeluk Aito yang nampak sangat emosional.

"Maafkan aku, onii-san. Aku baru bisa membahagiakanmu sekarang."
😢😢😢

Acara makan malam berlangsung akrab. Hitomi sesekali melirik Asuka dan Tsukasa yang mengobrol dengan Misaki. Aito terus mengawasi mereka.

"Oh, nyonya ini akan menikah dengan Tetsuya Kobayashi pemain baseball terkenal itu?" Seru Asuka. Hitomi mengangguk.

"Aah, saya ngefans sekali dengannya. Kapan-kapan saya ingin foto bareng. Boleh, ya, nyonya?" Pinta Asuka sambil melancarkan puppy eyesnya. Hitomi tertegun. Wajah itu.....!!!
😳😳😳

Di musim bunga sakura yang sedang bermekaran, sepasang kekasih muda nampak duduk sembari menikmati hidangan yang tertera rapi di atas tikar.

"Kenichi-kun, buka mulutnya, aaaaa!"
Wajah Kenichi langsung pucat pasi.

"Hitomi, pengunjung di sini bukan hanya kita. Kau tidak lihat, kita jadi pusat perhatian?"
Hitomi meletakkan telur gulungnya.

"Kenapa? Bukan salahku jika mempunyai pacar yang tampan!"
Kenichi memijat pelipisnya.

"Kalau kakakmu melihat kita bermesraan, dia akan membunuhku," kata Kenichi mengingatkan. Hitomi membuang muka.

"Kau memang pria plastik. Dengan kakakku saja takut." Hitomi memakan semua bekal pikniknya dengan brutal. Ia sampai tersedak. Kenichi segera memberikan sebotol air mineral. Wajah putih kekasihnya yang memerah dengan pipi cubbynya. Hitomi meminum habis air di botolnya. Ia benar-benar mengerikan kalau sudah marah.

"Masih marah, hm?"

"Bagaimana tidak marah, kau bilang aku memalukan!"

"Aku tidak bilang begitu." Hitomi mendengus sebal.

"Padahal kan aku hanya ingin pacaran seperti di komik-komik."

Kenichi menaikkan sudut bibirnya.
"Memangnya pacaran di komik seperti apa?" Tanyanya membuat wajah Hitomi kembali memerah malu. Kenichi memperhatikan wajah Hitomi dengan wajah yang sulit diartikan.

They are MineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang