Bad 9

26 3 0
                                    

Tubuhku yang dingin menjelaskan semuanya.

Zilfa memulai obrolan kecil mengenai seseorang yang bisa membawa jiwaku kembali, tapi sebelum itu aku..

"Jiwaku keluar? Siapa yang tega melakukannya?!"

"Ahahaha! Hahaha! Aa.. Maura Hilmaya Putri, putriku."

"Siapa itu?"
Aku mendengar desah suara lembut yang membuatku merasa jika kali ini aku memang tidak akan kembali.

"Kau adalah anakku, anakku!"

Aku mencari suara itu, ku amati semua sisi dan setiap sudut. Sampai sesuatu menepuk pundakku dan berbisik.
"Aku disini.."

Mataku melotot, badanku mengigil dan aku merasa sangat takut. Hawa negatif membawaku pada dimensi dimana kesadaranku menghilang, seseorang yang memanggilku membuatku melayang dan sulit kembali.

"Anakku.."
Roh ini memelukku, dan aku menjadi tawanannya.

Sekejap ku bertanya pada diriku siapa aku? namun pertanyaan itu malah membuatku semakin terseasat.

===

"Zil? Maura kenapa?"

"Ini?.."

"Kenapa nak? Jawab tante."

"..Maura, dia tidak lagi disini."

Damai terungkuk dengan kedua lutut yang membentuk siku, ibuku menangis dan aku? Tak bisa melakukan apapun.

"Maura.."
Damai menggenggam tanganku, "Guwe gak boleh ninggalin elo kan? Guwe harus ada buat elo kan? Guwe mau nyari elo Ra! Bangun! Bangun Maura! Kita gak seharusnya gini kan? Ma-Ma-Maura.."

"Damai? Maura harus selamat, tapi semuanya harus berjalan dengan lancar. Damai mau bantu tante?"

Damai menganggukan kepalanya, ibuku tersenyum dan memeluknya bak seorang anak.

"Udah tan, ayo?"

"Iya.. (menatap wajah Damai) Nak Damai, jagain Maura ya. Jangan sampai dia kenapa-napa."

"Siap tan, Damai gak bakal ninggalin Maura sedetikpun."

"Baik. Tante udah bilang Gita, katanya 10 menit lagi dia kesini, kamu bisa gantian jaga sama Gita. Tante tinggalin kalian ya, jangan ada masalah."
melepaskan pelukannya,
" Tante PERCAYA kamu!"

Damai terengah dan menganggukan kepalanya. Sementara Zilfa dan ibuku langsung pergi menemui seseorang yang akan membantuku. Beberapa menit kemudian Gita tiba, bersama Yuna.

"Git, lo yakin langsung masuk aja?"

"Iya, tante Elma bilang kalo Damai udah di dalem. Kita harus masuk buat bantuin Damai jaga Maura."

"Ya udah terselah elo."

Kreekk..
Damai merasa seseorang membuak pintu, dan kini mendekati kamar. Ketika kamar dibuka, Damai masih menatap sinis seakan dia tak ingin satu orangpun menganggunya.

"Dam elo k-"
"Eh jangan natap gitu lo!"

"Dia siapa?"

"Ini Yuna, dia bakal jaga Maura. Elo istirahat aja dulu, guwe mau masak."

"Hah? Gila elo! Guwe gak mau ninggalin dia gini."

"Elo? Damai, kenapa si lo?"

"Ah.. udah kalo lo gak mau gantian biar guwe yang tidur."
Yuna berjalan mendekati sofa yang ada di dekat jendela didalam kamarku.

My Love is Bad Boy [END] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang