Short Story

18 2 0
                                    

Ini aku,
"Semua yang kulihat berhubungan dengan masa laluku

aku hanya melihat kejadian itu, dimana semua yang menyayangiku menghilang karena kematianku.

Aku pernah hidup dulu saat dimana aku bukanlah diriku yang saat ini, apakah aku masih hidup?

Aku melihat semua yang hidup saat ini berada di masa laluku, mereka kembali kealam yang mereka inginkan.

Sungguh mereke hanya ingin ingatanku kembali pada masalalu, dimana aku tak merasakan ketakutan seperti ini.

Aku pernah mencintainya, namun apakah dia pernah mencintaiku?

Aku pernah mencium keningnya saat bulan purnama dimalam ulang tahunku. Aku membuat bencana!

Tangisan yang kudengar saat itu hanyalah sebuah kenangan, ingatanku saat itu saat aku masih mencintainya, tapi aku melupakannya karena aku lemah.

Hah... kenapa aku malah berbicara seperti ini?

Yang ku tanyakan kini, siapa aku? Ibuku itu hanyalah ilusi dia tidak nyata, yang ada di sampingku saat ini dia bukanlah ibuku melainkan pendampingku.. dulu."

"Ngomong apa si lo?"
Zilfa menepuk pundakku dan menatap dalam padaku.

Aku membalas tatapannya dan melanjutkan penjelasanku,
" Aku ini adalah manusia yang selamat dari reruntuhan itu! Aku ini orang yang mereka inginkan! Aku bukan manusia yang sebenarnya! Katakan padaku Zilfa! Katakan!"

Zilfa memutar bola matanya dia mendekatiku dan memelukku erat, hangat dan sangat nyaman.
"Jangan katakan hal yang tidak masuk akal Maura, kau hidup disini bukan karena maslalumu tapi karena kau saudaraku satu-satunya."
kata-kata manisnya itu membuatku kaku, terdiam dalam lamunan panjang sampai beberapa menit kemudian.

"Apa yang ku katakan?"
Aku sadar dalam duniaku, kini aku kembali berada di eraku.

Zilfa melepaskan pelukannya dan menatapku dalam,
"Kau hanya perlu beristirahat, aku akan disini menemanimu sampai ibumu pulang. Aku dan teman-temanmu akan menjagamu disini malam ini."

Damai mengetuk pintu kamarku dan dengan cepat dia berjalan mendektiku untuk memelukku, dia berbisik sesuatu yang akupun tak pernah bayangkan akan keluar dari mulutnya,
"Aku takut kehilanganmu Maura.. jangan pergi dariku."

Mataku terbelalak dalam pelukannya itu aku merasakan aura positif mengelilingi kami, Zilfa, Gita dan Yuna memperhatikan kami dengan saksama. Tak lama kemudian Yuna berdeham, "Khemm.." dan mengatakan "Kesambet apa lo Dam? Dateng-dateng main peluk aja!"

Ya, sepertinya hanya aku yang mendengarnya mengatakan hal bodoh seperti itu, Damai melepaskan pelukannya dan menjauhkan tubuhnya.

Tak lama kemudian ibuku pulang, lalu Zilfa dan Gita berpamitan pulang, sementara Yuna dan Damai meminta untuk malam ini menginap.

"Ra! Guwe tidur sama elo ya?"

"Iya,"
"..trus Damai dimana?"

"Guwe mau tidur diaini juga kali Ra," Damai datang membawa tikar dan bantal masuk kekamarku lalu dia menlanjutkan perkataannya, "Lo ga usah kaget, ibu elo yang nyuruh lagian masa guwe tidur sama nyokap lo si?"

Aku danYuna terkekeh saat melihat kelakuan aneh Damai hari ini. Tak lama Yuna bertanya padaku, "Ra, guwe mau tanya elo liat apa didalam mimpi lo?"

"Nah bener tu Ra!"
sahutan Damai pada pertanyaan Yuna.

"Kalian mau tau?"

"Iya!!" Mereka berdua bersamaan.

Kutarik nafas panjang dan mulai ku ceritakan detailnya,
"Sebenarnya Harada itu bukan manusia, dia itu hanyalah ruh yang menyerupai manusia dengan sangat detail."

"Jangan gitu Ra, lo mbuat guwe merinding sumpah."

"Ya emang bener, Harada itu sudah meninggal beratus-ratus tahun lalu tepatnya di kediaman keluarga Takao, karena saat itu malam badai dan dia tertimpa reruntuhan sampai badannya hancur.."

"Ra! Tapi elo gak ada hubungannya kan sama dia?"
Damai memotong cerita.

"Gini Dam, dia itu sebenarnya pacar guwe dimasa lalu. Dan guw.."

"HAH!!!" mereka berdua bersamaan memotong ceritaku lagi.
"Udah lah kalo guwe cerita kalian gak tidur-tidur. Dah jam 10 tuh tidur! Guwe juga baru pulih tau, masa guwe suruh nginget semuanya sekaligus? Gak sayang kalian ama guwe?"

"Ehehe.."
Damai terkekeh pelan sementara Yuna mengerucutkan bibirnya itu.

Tapi kamipun memutuskan untuk tidur, selagi belum terlalu larut.

===

Pukul 07:30.
"Ra, bangun udah siang ini!"
Kudengar suara berat yang biasa ku dengarkan membangunkanku, aku singaja tidak membuka mataku tapi saat aku membuka mataku perlahan tidak ada siapapun.

Aku bangkit dari tidurku dan saat ku mengedipkan mataku 3kali, seseorang memelukku dari belakang, sangat hangat dan nyaman ku kira ini mimpi.

Dia berbisik padaku, "Selamat pagi kesayanganku.. ini bukanlah mimpi, aku ada disini disisimu sedari semalam."

Sungguh sebenarnya aku sangat geli mendengarnya, lalu ku lepskan tangannya dan ku berbalik menghadapnya. Aku hanya tersenyum dan diapun tersenyum, "Damai, lo kenapa gak panas kan lo?"
Ku taruh telapak tanganku si keningnya, seakan-akan mengecek kondisinya.

Damai bingung denganku, sementara aku hanya melirik kode padanya sengingga dia tertawa kecil melihatku.

Yuna masuk secara tiba-tiba mengagetkan kami berdua, "Maura? Damai? Kenapa kalian kok malah masih disini? Ayo sarapan, Zilfa udah datang tuh sama Gita."

"Oo.. oy-yaya sebentar aku mau cucimuka dulu."

"Ya, guwe keluar dulu."
Damai menerobos Yuna yang berdiri didepan pintu kamar.

Melihat tingkah kami Yuna menggeleng dan memasang kedua tangan pada pinggang, lalu dia keluar dari kamar membuntuti Damai.

 
 
 

#Cukup buat hari ini kisahnya ya sob!!!
Please vote and komentarnya, soalnya aku perlu kritik dan saran juga dari kalian.

Makasih udah mau baca sampai sini, endingnya masih ada 4-5 bab lagi sob.. ditunggu yaa!!!

My Love is Bad Boy [END] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang