H-1 Kehilangan

17 1 0
                                    

Udah lupain yang kemarin, pagi ini Zilfa udah di rumah kok dan acara pertunangannya lagi diurus tuh..

Selamat membaca..

Pagi ini aku menatap jendela karena seperti biasanya Zilfa yang meminta tidur bersamaku masih pulas tertidur di ranjangku.

Tiba-tiba aku memikirkan hal yang tak ingin ku ungkapkan dan itu menumpuk banyak beban dalam setiap harinya, berat aku rasakan dan seasak seakan-akan aku kehabisan oksigen di pagi ini.

"Damai.."
"Lo lagi ngapain pagi-pagi kaya gini?.."
Aku memejamkan mataku sebentar, merasakan angin yang semakin lama semakin membuat tubuhku merinding.

Saat ku buka mataku,
"Haa!!"
Aku jatuh karena terkejut oleh sosok itu, sambil ku rapikan rambutku yang terurai, "Ngapain lo?"

Dia hanya menatapku kesal lalu ku tanyakan lagi padanya, "Jangan bilang lo ga ingin guwe pergi juga."

Sosok itu tersenyum padaku, dia merubah wujudnya menjadi bentuk yang lumayan, dia cantik sebenarnya aku mengingat wajahnya namun, "Siapa elo? Guwe baru pernah liat lo disini."

Dia berbisik, "..aku yang akan menemanimu saat kau tiada."
mataku terbelalak mendengarnya, bibirku bergetar dan dengan berat hati kubertanya, "Apakah kau malaikat yang akan mencabut nyawaku?"

Dia menggelengkan kepalanya, kini dia duduk di sampingku memegang pundakku, yang membuat keringat dingin membasahi tubuhku, namun yang aku bingung saat ini kenapa ada malaikat kematian yang memperlihatkan wujudnya padaku?

"Kau akan meraskan ciumanmu, sebelum ku benar-benar menjadi penjagamu Laura.."

"..Ssht.. siapa Laura?"

"Namamu saat kau sudah bersamaku, diduniaku."

"..m-maksudmu?"

"Kau akan bahagia Laura, terbiasalah dengan nama itu, karena dunia ini akan sangat berbeda dengan bumi."

"What? Maksu-"
belum samapi ku selesaikan kalimatku dia menghilang dan, ku melihat Zilfa dari kaca jendela yang terpantul cahaya berdiri tegap di belakangku, dia menatap ku, wajahnya sendu.

Aku bangkit dari tempat duduk dan berbalik lalu tersenyum padanya, "Pagi Ka-"
Zilfa meraihku dan memelukku.

"Kakak? Kok kakak..?"

"Jangan tinggalin guwe Ra!"

Deg.
Hatiku bertanya tanya apakah tadi dia mendengarkan semua yang ku katakan?
"Ah.. ngomong apaan si lo kak?"
aku mendorongnya hingga pelukannya lepas dariku.

"Kalo lo ga mau ngomong jujur ama guwe, ga papa Ra, tapi guwe mohon jangan tutupin wajah sedih lo itu sama senyuman palsu!"

Deg.
Airmataku mulai membendung, "Ra! Guwe mau lo bahagia, guwe mau jagain lo sampai kapanpun. Lo itu sodara guwe satu-satunya yang guwe sayang."
Zilfa meraih daguku diangkatnya supaya menatapnya, saat dia menatapku penuh arti, aku memeluknya erat, kini tangisku pecah aku memeluknya dan ya aku memang menyayanginya.

"Maafkan aku Zilfa.. maafkan aku.. hiks hiks.. ma-maaf.. hiks.."
Tangannya yang halus menepuk pelan puncak kepalaku, dia membalas pelukanku dan mencium puncak kepalaku.

===

"Zilfa!!! Maura!!! Keluarlah, Gita dan yang lainnya sudah ada di depan."

Aku keluar kamarku sementara Zilfa masih mandi, dia habiskan ½ jam di sana.
"Hai Git, Yun, Fan.. Tika mana?"

My Love is Bad Boy [END] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang