Please Don't Leave Me

22 1 0
                                    

Pagi ini aku terbangun, saat ku akan menguap Zilfa yang semalam tidur seranjang denganku menarikku lagi sehingga aku kembali dalam posisi tidur. Kakak sepupuku ini memang sulit dibangunkan, dan lagi semala tidur semalam dia banyak mengigau.

Aku hanya menatapnya dekat, ku pikir, "Kayanya elo gak akan bangun deh kak.. tidur lo nyenyak banget."
Zilfa menggenggam erat tanganku, seakan-akan tidak membiarkan aku pergi dan sesaat dibenakku, "Kalo guwe ceritain apa yang akan terjadi sama guwe, elo pasti satu-satunya orang yang rela mati demi nyelamatin hidup guwe. Tapi sayangnya kali ini lo gak akan bisa kak.. sorry guwe gak mau nambah pikiran elo, guwe sayang elo guwe gak mau elo banyak pikiran apa lagi mikirin guwe. Sorry ya kak."

Saat ku sentuh rambutnya berniat ingin mengelusnya, "Ngga akan guwe restui lo kalo jadinya gini.." Zilfa mengigau lagi.

Aku tersenyum melihatnya yang sangat polos saat ini, wajahnya yang tampan pantas saja dia selalu dihantui dengan banyak perempuan.

Sesaat kemudian dia kembali mengigau, "Jangan pergi Ra.."
mendengarnya aku merasa jika saat ini Zilfa sedang dalam mimpi buruknya.

Sebenarnya ini ke8 kalinya aku dengar dia mengigau memintaku jangan pergi, saat ku beranikan diri membangunkannya,
"Kak? Bangun kak.."

Suaraku masih belum bisa membangunkannya, "Kakak, ini udah jam 6 kak!!!"

Masih belum bisa, lama kelamaan ku melihat raut wajahnya berubah, alisnya terangkat dan "Apakah dia menangis?"
genggamannya padaku semakin erat seakan-akan dia benar-benar tidak ikhlas.

Aku mulai hawatir dengannya, ku tepuk pipinya, ku bunyikan alarm namun nihil. Zilfa tak kunjung bangun, ku coba tarik genggamannya namun, "Maura!!!"
Akhirnya dia terbangun, walau dalam keadaan sangat tegang.

Aku mulai bertanya padanya, "Kenapa lo manggil guwe?"

"Ah.. enggak kok."
Zilfa mengusap airmatanya, "Eh guwe kok nangis ya?"

"Haha.. lucu lo kak, kan elo yang mimpi masa guwe tau kenapa?"
aku merapikan rambutku, "Jujur, lo mimpi apaan si? Semaleman lo megangin tangan guwe terus tau kak."

"Eh.. guwe? Apa si ya, kenapa lo bangun pagi Ra?"

Aku terkekeh melihat dia yang kembali seperti itu, dia paling tidak suka ditanya apa yang dia tidak ingin ungkapkan.

Deg.
Aku tiba-tiba merasakan sesuatu dalam dadaku.

"Kak, guwe ke wc dulu ya.."
Aku berlari meninggalkan Zilfa yang masih duduk di kasurku.

===

"Apa yang terjadi sama guwe? Kenapa dada guwe sesak gini, apa ada yang salah sama guwe?"

aku berbicara pada diriku sendiri didepan cermin, saat ku merasa ada sosok gaib di belakangku, "Lo! Yang di belakang guwe, bisa gak lo kasih tau kenapa guwe sakit?"

Sosok gadis yang suka mengagetkanku ini sekarang aku sudah terbiasa dengannya, saat mendengarku bertanya seperti itu dia berbisik,
"Kau.. akan menghilang Maura, aku tidak akan bermain lagi denganmu.. aku.. sendiri nanti.. Selamatkan jiwamu Maura.. Kumohon."

Geli aku mendengarnya, sampai makhluk seperti dia juga tidak ingin aku pergi, "Kenapa? Bukannya kalo guwe gak ada elo malah seneng?"

Dia kembali berbisik, "Aku menyukaimu Maura, jangan menghilang.."
Ku merasa jika saat ini dia menangis,

"Lo nangis kenapa?"

Tanpa pamit dia menghilang meninggalkanku, aku langsung membasuh wajahku, dan menyikat gigiku.

My Love is Bad Boy [END] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang