04. 》A《

2.9K 497 123
                                    

Mau nanya nih, kalian ada yg ikut fanmeet wanna one ga?
Gue ga bisa ikut soalnya bulan Januari gue udah sibuk nyiapin buat UN (╯︵╰,)
Ga kebayang sumpah, disaat gue sibuk ini itu tp wanna one dateng ke Indo ╥﹏╥
Wanna cry segarden akoh tuh huhuhuhuhuhuhuhuhuhuhu;((
Udah ah sung dibaca aja..

Sider? Semoga jd jodohnya miper:))

●●●

Kedua manik mata pria itu tak pernah sedikit pun teralihkan dari seseorang yang kini masih setia memejamkan matanya di atas ranjang rumah sakit.

Berkali-kali ia mengusap wajahnya dengan kasar tatkala ia merasakan matanya yang mulai memanas dan siap menumpahkan air mata. Sungguh, ia sangat tidak tega melihat tubuh dari sosok yang ia sayangi itu dipenuhi dengan alat-alat medis.

Pria itu mendongakkan kepalanya ketika menyadari kedatangan seseorang di ruang ICU yang tengah ia kunjungi.

"Gimana keadaan Jihoon?" tanya seseorang yang kini sudah berdiri di sisi kiri ranjang yang Jihoon tempati.

Pria itu menggeleng lemah. Lalu kembali memfokuskan kedua netranya pada Jihoon, "Masih sama, Seob. Sama sekali belom ada kemajuan."

Hyungseob menghela nafas. Kemudian tersenyum tipis, "Lo yang sabar ya, Baejin. Mungkin Jihoon masih ingin istirahat. Gue juga kangen sama dia kok, sama kaya yang lo rasain. Kangen banget malah."

Tanpa sadar, air mata yang sedari tadi Hyungseob tahan, meluncur begitu saja di kedua pipinya. Ini bukan pertama kalinya Hyungseob datang menjenguk sahabatnya itu. Ini sudah yang kesekian kalinya, tapi tetap saja Hyungseob tidak bisa menahan air matanya.

"Gue jahat ya, Seob?" tanya Baejin tanpa mengalihkan pandangannya dari Jihoon.

Hyungseob terdiam sejenak. Kemudian menghela nafas, "Iya lo jahat. Jahat...banget. Lo juga brengsek. Tapi ya mau gimana, gue yakin lo pasti punya alasan tersendiri kenapa lo lakuin itu semua."

Baejin tersenyum miris. Ia tahu ini semua kesalahannya. Kesalahan terbodoh yang pernah ia lakukan seumur hidupnya. Sungguh, jika saja waktu dapat diulang kembali, ia ingin memperbaiki kesalahannya atau paling tidak, biar dia saja yang berada di posisi Jihoon saat ini.

"Lebih baik sekarang lo pulang, Jin. Biar gue yang jagain Jihoon disini. Sebentar lagi juga bundanya Jihoon dateng." Hyungseob melanjutkan ucapannya seraya meletakkan dua buah tote bag yang ia bawa dari rumah, "Lagian, lo udah jagain Jihoon dua hari ini, kan? Lo butuh istirahat."

Meski rasanya enggan untuk beranjak dari tempat itu, tapi ucapan Hyungseob memang ada benarnya. Sudah dua harian ini Baejin kurang tidur, bahkan tak jarang ia melewatkan jam makannya. Bagaimana pun, Baejin juga manusia. Dia bisa sakit jika terus-menerus seperti itu.

"Yaudah, Seob, gue pulang ya. Kalo ada apa-apa, jangan lupa hubungi gue." ucap Baejin seusai memakai jas abu-abunya yang sempat ia sampirkan di pinggiran sofa. Kemudian melangkah keluar dari ruangan itu setelah mendapat anggukan dari Hyungseob.

Dan sekarang, tinggalah Hyungseob seorang diri di ruangan Jihoon. Ia mengamati wajah Jihoon yang terlihat sangat damai saat ini.

Semuanya berubah, sejak kejadian tragis lima tahun yang lalu. Tak ada lagi canda tawa yang biasa menghiasi hari-hari Hyungseob, tak ada lagi senyuman Jihoon yang selalu menyapanya setiap kali bertemu, tak ada lagi omelan-omelan yang keluar dari mulut Jihoon setiap kali Hyungseob melakukan kesalahan, tak ada lagi yang mendengarkan segala keluh kesahnya, tak ada lagi seseorang yang rela membuka tangannya lebar-lebar hanya untuk memeluknya.

Unexpected ✔ || Panwink [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang