11.

2.4K 405 112
                                    

First, gue mau ngucapin beribu-ribu terima kasih sama kalian para readernim tercintah💞💞💞
Makasih, berkat kalian, alhamdulillah cerita ini dapet peringkat di fanfiction:')
Semoga aja, peringkatnya bisa terus naik ya, hehe❤
Sayang sama kalian semua pokoknya ( ˘ ³˘)❤
.
.
.
.
Buat chap kali ini, jangan lupa siapkan backsound yang tepat ya.. kwkwk
.
.
.
Chingu vomment juseyo❤

Tempat yang terlihat asing, lantai yang dingin dan lembab, serta angin yang berhembus membawa udara dingin hingga menusuk ke tulang.

Jihoon menggerakkan matanya dengan liar, mencari tahu, dimana dirinya berada sekarang. Tubuhnya terasa menggigil setelah terguyur air hujan yang cukup deras beberapa menit yang lalu. Kedua tangan dan kakinya pun terasa perih akibat lilitan rantai yang begitu kuat.

Ini adalah rooftop. Namun yang menjadi masalahnya adalah ia tidak tahu gedung macam apa yang menjadi tempat penyekapan dirinya tersebut.

Perlahan, air mata mengalir dari pelupuk matanya. Jihoon tidak ingin berada disini. Jihoon ingin pulang. Jihoon ingin berada di antara orang-orang yang menyayanginya.

Berulang kali Jihoon mencoba melepaskan rantai yang terdapat di kedua tangannya, namun tetap saja hasilnya nihil. Justru hal tersebut membuat kedua tangannya semakin terasa perih.

Bayangan pria yang membawanya ke tempat menyeramkan ini, membuat air mata Jihoon semakin mengalir. Bahkan, ancaman-ancaman yang keluar dari bibir tipis itu pun, membuatnya bergidik ketakutan.

Pikirannya sudah dipenuhi dengan segala macam kemungkinan buruk yang akan terjadi pada dirinya. Ia bisa saja mati. Atau paling tidak, ia kembali berakhir terbaring di rumah sakit selama bertahun-tahun dengan berbagai macam alat medis yang melekat di tubuhnya.

Tiba-tiba saja Jihoon merasa pandangannya mulai mengabur,dan kepalanya semakin terasa berat setiap detiknya. Perlahan, kelopak mata yang indah itu pun mulai terpejam. Menyisakan secercah harapan, agar saat kedua matanya terbuka, ia masih diberi kesempatan untuk melihat wajah orang-orang yang ia cintai.

'Tolong datanglah, Guanlin.'

Setelah mengantarkan pemuda manis itu ke sebuah halte, Guanlin segera melajukan mobilnya dengan kecepatan tinggi menuju ke sebuah tempat yang menjadi tempat pertemuan antara dirinya dan juga Daniel.

Ya, Daniel dan Guanlin memutuskan untuk mencari Jihoon bersama-sama. Meskipun Guanlin sempat ragu dengan informasi yang didapat dari kakak tirinya itu, tapi hati kecil Guanlin membuatnya mendengarkan setiap kata yang dituturkan oleh Daniel.

"Tadi gue udah nyuruh orang kepercayaan gue buat ngelacak ponselnya Jihoon, dan syukurlah ternyata ponselnya Jihoon sampe sekarang masih aktif." jelas Daniel. Ia memberikan bukti tentang keberadaan Jihoon saat ini kepada adik tirinya itu.

Guanlin mengernyitkan keningnya sesaat setelah melihat lokasi dimana Jihoon berada sekarang. Lokasinya cukup jauh, dan harus menempuh perjalanan selama dua jam lebih. Segala macam pemikiran buruk mulai memasuki otaknya. Ia takut, jika Jihoon disakiti oleh bajingan yang berani-beraninya menculik orang yang belum lama ini selalu berkeliaran di pikirannya itu.

Unexpected ✔ || Panwink [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang