08.

2.4K 391 84
                                    

Don't be sider, please:)
.
.
.
.
Happy reading, guys.

Jihoon menghela nafas frustasi. Entah sudah berapa kali jari-jari gembulnya itu menari-nari di atas layar datar dari ponselnya, hanya untuk mengirim pesan dan menghubungi nomor seseorang yang sudah dua minggu terakhir ini, tak bisa dihubungi.

"Ayo dong Guanlin...angkat telponnya..." Jihoon menggigit bibir bawahnya. Ini sudah kesekian kalinya ia menghubungi pria itu, namun hasilnya--

'Nomor yang anda tuju tidak dapat dihubungi. Cobalah beberapa saat lagi.'

--selalu saja suara operator yang ia dengar. Jihoon sendiri juga tidak mengerti kenapa Guanlin tiba-tiba tidak bisa dihubungi seperti ini. Jika diingat-ingat kembali, Jihoon merasa dirinya tidak melakukan atau mengucapkan suatu hal yang membuat Guanlin marah. Hubungan pertemanannya dengan Guanlin juga baik-baik saja, tidak ada masalah apapun. Tapi, kenapa Guanlin mendadak seperti ini?

Bukan hanya tak bisa dihubungi, pria itu juga tak bisa ditemui di apartemennya ataupun di kantornya. Sebenarnya, bisa saja Jihoon menghubungi Daniel untuk menanyakan keberadaan dan keadaan Guanlin saat ini, tapi Jihoon cukup mengerti kalau Daniel itu orang sibuk. Jihoon tidak ingin mengganggu pekerjaan pria itu.

"Hoonie!"

Sapaan riang yang memasuki lubang telinganya itu membuat Jihoon tersadar dari acara---mari melamun---yang sempat berlangsung selama beberapa menit dan berakhir dengan menemukan sosok imut yang kini tertangkap oleh manik matanya.

"Seobie? Ada apa?" tanya Jihoon begitu sosok imut itu telah terduduk di kursi yang ada di hadapannya.

"Harusnya gue yang nanya gitu, Hoon. Lo ada apa? Dari tadi gue perhatiin ngelamun terus."

Jihoon terdiam sejenak dengan tangan yang terus mengaduk-ngaduk orange juice miliknya yang sudah tidak terlalu dingin itu, "Akhir-akhir ini, gue nggak bisa hubungi Guanlin, Seob. Dia seakan-akan menghilang begitu aja. Gue nggak tau kenapa Guanlin jadi kaya gini."

Hyungseob mengerutkan keningnya setelah mendengar jawaban dari pertanyaannya tersebut, "Hoon? Kayanya lo ketinggalan berita deh."

Kali ini, giliran Jihoon yang mengerutkan keningnya, "Berita? Berita apa maksud lo?"

Hyungseob menghela nafas pelan, sebelum akhirnya ia pun mulai membuka suara. Tatapannya berubah menjadi lebih serius dari sebelumnya, bahkan Hyungseob kini sedikit mencondongkan tubuhnya ke depan dan melipatkan kedua tangannya di atas meja persegi panjang yang ada di hadapannya itu.

"Kabarnya, Guanlin itu diusir sama ayahnya sendiri, bahkan jabatan Guanlin sebagai direktur dicopot. Tapi yang lebih parahnya lagi, katanya nama Guanlin bakal dicoret dari kartu keluarga Lai gara-gara selalu bikin aib buat keluarga mereka."

Penjelasan yang keluar dari mulut Hyungseob, sukses membuat Jihoon merasa lemas seketika. Ia merasa seluruh saraf yang ada di dalam tubuhnya itu mati, tak berfungsi lagi.

Jadi----ini alasan kenapa ia akhir-akhir ini tidak bisa menghubungi atau bahkan menemui pria tampan itu?

Oh Tuhan....sungguh! Jihoon sama sekali tidak pernah sedikit pun terfikirkan kalau hal itu akan menimpa sosok yang sangat ia cintai itu, Lai Guanlin.

Dengan perasaan kacau sekaligus kalut, Jihoon pun kembali bersuara, "L-lo...serius? Lo nggak bohong kan, Seob?"

Hyungseob berdecak. Tangannya yang semula terlipat rapih di atas meja, kini beralih terlipat di depan dadanya, "Menurut lo, buat apa gue bohong, Hoon? Makanya nih ya, kalo di kampus itu jangan ngumpet di perpustakaan mulu. Lo malah jadi kudet gini kan. Nggak malu sama kucing?"

Unexpected ✔ || Panwink [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang