12.

2.5K 382 92
                                    

Chingu, vomment juseyo~❤
.
.
.
.
.
.

Kini, musim telah berganti. Satu bulan setelah kejadian memilukan itu, benar-benar merubah seratus delapan puluh derajat kehidupan seorang Park Jihoon.

Senyuman manis itu, tak pernah terlihat lagi. Suara tawa dari bibirnya, tak pernah terdengar lagi. Dirinya seakan mati rasa. Namun bedanya, ia hanya tak bisa merasakan kebahagiaan di dekatnya.

Senang. Bahagia. Tertawa. Tak lagi ditemukan dalam kamus kehidupan Jihoon. Yang ada, hanyalah penyesalan, kesedihan, dan keputus asaan.

Miris. Satu kata itu, cukup mewakili keadaan Jihoon saat ini. Namun, Jihoon tetap berusaha agar selalu optimis dan merasa bahagia dengan hal-hal sekecil apapun.

Pagi ini, sekitar pukul 09.15 KST, Jihoon pergi ke suatu tempat untuk bertemu dengan seseorang yang seharusnya tak lagi ia temui.

Jihoon mendudukan dirinya pada sebuah kursi plastik yang tersedia. Sebenarnya, ia masih belum siap untuk bertemu dengan pria itu lagi, namun ada satu hal yang membuatnya terpaksa menemui pria itu.

"Jihoon?" Pria itu terkejut melihat kedatangan Jihoon. Meskipun terhalang oleh kaca tebal di hadapannya, ia dapat melihat dengan jelas tatapan Jihoon yang tak lagi berbinar seperti dulu, "A-ada apa kemari?"

"Hanya ingin menemuimu." Jihoon menekan sebuah tombol yang terdapat pada gold ballpoint nya, "Bagaimana kabar anda Tuan Kang? Menyenangkan tinggal di penjara?"

Kang Daniel. Ya, pria itulah yang Jihoon temui saat ini, di pagi hari yang sangat dingin, tepatnya pada pertengahan bulan Desember.

Melihat sikap Jihoon yang berubah, sama sekali tak membuat Daniel terkejut. Ia sudah tahu, tentang apa yang terjadi pada hidupnya Jihoon setelah kejadian itu melalui Donghan yang hampir setiap hari menjenguknya di kantor polisi.

Tentu saja, Daniel juga tahu, ini semua....karena perbuatannya.

"Kabar gue....sama sekali nggak baik. Dan soal tinggal di penjara...ya, nggak terlalu buruk daripada harus tinggal di rumah itu."

Benar. Keadaan Daniel memang tidak bisa dibilang baik. Terbukti, dengan tubuhnya yang terlihat lebih kurus dari yang terakhir kali Jihoon lihat. Wajahnya sedikit kusut, dan terdapat kantung mata yang menjadi tanda bahwa pria itu sulit sekali untuk tidur.

Sebenarnya, tanpa Jihoon tanya pun, ia bisa melihat dengan jelas bagaimana kabar dari pria itu. Namun, hanya saja, Jihoon ingin mendengarnya langsung dari Daniel.

Jihoon masih tetap memasang wajar datarnya. Karena kepribadian baru Jihoon yang satu itu, membuat siapa pun sulit untuk menebak apa yang tengah Jihoon rasakan.

"Guanlin masih koma di rumah sakit. Dan dokter...masih belum bisa memastikan, kapan Guanlin akan sadar, karena kemungkinan buat Guanlin sadar, cuma sekitar 10 persen." Jihoon menjelaskan kondisi Guanlin kepada pria itu tanpa diminta. Tak peduli, apakah Daniel ingin mendengar kabar dari adiknya itu atau tidak.

Daniel terdiam. Pandangan matanya telah beralih ke sembarang arah. Jihoon tahu, pria itu sedang mencoba untuk bersikap biasa saja, namun, sorotan matanya, terlihat benar-benar mencemaskan kondisi adiknya.

"Bagaimana kabar Nyonya Kang?" tanya Jihoon, mencoba kembali merebut atensi pria itu.

"Kabarnya agak buruk. Udah satu bulan ini, ibu susah sekali buat makan, dan jadi sering jatuh sakit."

Jihoon menganggukan kepalanya sebagai respon. Jujur, ia merasa iba pada Daniel. Ia tahu, pasti pria itu sangat khawatir pada kesehatan ibunya. Tapi, rasa marah, dan kecewa saat ini lebih mendominasi daripada rasa ibanya pada pria itu.

Unexpected ✔ || Panwink [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang