13.

3.1K 369 123
                                    

Gimana? Udah kepublish belom? Maap ya tadi sempet di unpub😂
.
.
.
⚠Warn!
3000+ words
.
.
Hati-hati bosen~
.
.

"Jika kita hanya melihatnya dari satu sudut, maka kita akan menyimpulkan, bahwa korban yang berjatuhan, bukanlah karena ulah terdakwa. Tapi, jika kita melihatnya dari seluruh sudut, kita akan mendapatkan sebuah fakta, kalau terdakwa memang sudah memikirkan dampak yang terjadi dari perbuatannya itu."

Jihoon mengepalkan kedua tangannya erat-erat. Keringat terus bercucuran dari pelipisnya seiring dengan setiap kalimat yang keluar dari bibir pria berjubah hitam yang berdiri tak jauh dari sisi kirinya.

"Jadi, maksud saya adalah  karena rasa benci yang amat terdalam kepada korban, maka, berdasarkan bukti yang ada, terdakwa memasukkan obat tidur ke dalam minuman korban, merusak mobil yang dikendarai oleh korban, dan melakukan sebuah panggilan palsu ke nomor korban hingga menyebabkan kecelakaan itu terjadi dan korban pun berjatuhan. Hal itu dilakukannya untuk membuat korban merasa bersalah dan tertekan seumur hidup, dimana yang kita ketahui, bahwa saat itu korban masih berusia 18 tahun, dan kejadian itu tentu saja mampu mengganggu psikis seorang remaja 18 tahun dengan mudahnya."

Suasana ruang persidangan pun mendadak ricuh setelah mendengar kesimpulan yang diucapkan oleh Jaksa Jung. Namun hal tersebut tak berlangsung lama, karena pihak keamanan yang bertugas di dalam ruang persidangan itu mulai bertindak.

Di sudut kanan terlihat seorang pria dengan baju khas seorang tahanan. Kang Daniel, pria itu sedari tadi hanya menatap lantai ruang persidangan dengan tatapan kosong. Ia sama sekali tak berminat untuk mengangkat pandangannya barang sedetik saja. Sedangkan Jihoon, pemuda manis itu justru tengah mati-matian menahan air matanya agar tidak tumpah di kedua pipinya.

Jaksa Jung mengalihkan tatapannya dari orang-orang yang duduk menyaksikan persidangan ke arah sang hakim yang tengah menunggu kelanjutan dari ucapannya.

"Maka dari itu, tolong, jatuhi saudara Kang Daniel dengan hukuman pidana seumur hidup, Yang Mulia."

Setelah persidangan selesai, Jihoon melangkahkan kakinya menuju rumah sakit, tempat sang pujaan hati melakukan perawatan intensif.

Seulas senyuman tergambar di wajahnya, ketika melihat seorang pria yang tengah duduk di kursi roda seraya menatap pemandangan di luar jendela ruang rawat inapnya.

"Lagi ngeliatin apa?" tanya Jihoon setelah memasuki ruangan bertuliskan VIP itu.

Guanlin menolehkan kepalanya, sebuah senyuman pun terlihat di bibir pucat itu, "Bukan apa-apa. Oiya, gimana persidangannya? Lancar? Semuanya udah selesai?"

Jihoon mengangguk disertai senyuman tipis, "Kamu nggak mau tau, gimana hasil persidangannya?"

Guanlin sempat terdiam sejenak, sebelum akhirnya menggelengkan kepalanya. Sebenarnya, tanpa Jihoon bertanya pun, Jihoon sudah mengetahui jawaban dari pria itu. Hanya saja, Jihoon ingin memastikan apakah pemikirannya itu benar atau salah.

"Kamu udah makan siang?" Jihoon mengganti topik pembicaraan, karena ia tak ingin membuat Guanlin kepikiran dengan persidangan itu.

"Udah kok. Baru aja aku selesai makan." Guanlin menunjuk nampan kosong yang ada di atas nakas dengan dagunya. Kondisi pria itu, kini sudah jauh lebih baik dari sebelumnya.

Unexpected ✔ || Panwink [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang