Hoshizora

178 25 29
                                    

" hiya! Hiya!" teriakku sambil menghunuskan pedang ke arah kakek.
"Ctang. Trengtreng." bunyi pedang yang tertangkis dan jatuh ke tanah.
"Kalau kau bertarung dalam jarak sedekat ini, jangan terlalu sering menghunuskan pedangmu lurus ke arah lawanmu. Banyak sekali celah diantaramu... bla bla bla ..." Ceramah kakek yang begitu panjang. Semua itu hanya dapat kujawab dengan singkat. "Ya kek." jawabku.

Lalu aku pun kembali mengambil pedangku dan terus berlatih dengan kakek. Suara pedang yang saling bertemu menangkis satu sama lain dengan suara nafasku yang cukup berat. Kek hanya mengeluarkan sedikit helaan nafas.

" Trang... Trang... Trang..." pedangku terus jatuh dan jatuh hingga namun aku terus mengambilnya dan berkata "Lagi kek!". Kekek pun hanya tersenyum dan menjawab "Ookee!".

"Sepertinya matahari sudah mau tidur. Kita sudahi dulu latihan kita hari ini." kata kakek.
"Baiklah kek. Terima kasih untuk hari ini." kataku sambil menunduk
"Bukankah sudah biasanya haha." jawab kakek sambil tertawa dan menatapku. Wajahnya yang sudah cukup tua namun tetap membuatku tenang setiap kali melihatnya. Lalu kakek menatap langit sore dengan awan dan burung menghiasinya.
"Yuki.."
"Iya kek."
"Nanti malam ikutlah dengan kakek ke bukit Bintang Utara." kakek berkata dengan cukup serius.
"Eh? Kenapa kek? Tumben ngajak kesana." Tanyaku sambil memasukkan pedangku ke sarungnya.
"Sudah ikut saja nanti ya." seru kakek.
"Baiklah kek." aku mengiyakan saja.
Kakek membalik badan dan melihatku.
"Yasudah ayo pulang." kakek mengajakku dan beliau berjalan di depanku. Akupun mengikutinya sambil menatap langit sore.

Sampai di rumah kami disambut nenek lalu aku pun menjalani kehidupan rumahku sambil menunggu malam. Setelah makan malam akupun bersiap untuk pergi bersama kakek. Tiba-tiba kakek datang padaku yang sedang memakai rompi tebal.
"Bawa pedangmu." suruh kakek.
"Eh? Emm?Baiklah kek." aku menurut saja. Mungkin untuk berjaga-jaga di jalan nanti. Kami pun berangkat. Dengan syal yang kugulungkan di leher sampai mulutku. Helaan nafasku pun terlihat jelas.

Saat ku tatap langit, bintang bersinar jelas sekali. Langit cerah tak ada awan. Bulan pun terlihat biru kecerahan.
"Ayo berangkat." ajak kakek.
"Ayo kek." ucapku.
Di perjalanan kami berbincang-bincang ringan. Membahas latihanku, masakan nenek, kondisi GUILD, dan yang lain-lain. Sesekali kami tertawa bersama. Setelah melewati jembatan Harapan kami pun sampai di puncak bukit Bintang Utara.

"Bagaimana menurutmu?" tanya kakek sambil memasukkan kedua tangannya ke dalam saku.
"Desa terlihat seperti bintang kek. Haha mungkin itu dari obor." jawabku sedikit melawak.
"Haha memang betul. Tapi lihatlah kesana." kakek memalingkan badanku dan menunjuk ke langit utara.
"Waah indah sekali kek. Aku tak pernah melihat langit seindah ini sebelumnya." takjub diriku menatap langit malam berhias gugus bintang berwarna warni dengan warna biru yang mendominasi. Kakek pun mulai bercerita dan aku hanya mendengarkan.
"Dulu, waktu kakek sebesar kamu saat ini, kakek pernah kesini bersama ayah kakek. Tak pernah berubah yang terjadi saat itu dan sekarang. Langit sudah seperti ini sejak dulu kala. Mungkin 'Ruler' lah yang menciptakan ini sejak dulu. Dari buku-buku kuno disebut seperti itu."
"Tapi yaah" kakek menghela nafas.
"Apa yang terjadi esok hari kita pun tak tahu." lalu kakek menatapku.
"Yuki..."
"Ya kek?"jawabku
"Sebentar lagi 'The Blue Meteor' akan datang dengan pasukannya. Hunuskan pedangmu dan ucapkan lirih keinginanmu.

Kupikir itu adalah pasukan bersenjata. Namun yang dimaksud kakek adalah hujan meteor. Aku pun takjub melihatnya.

Sebuah meteor berwarna biru dan putih dengan ekor berwarna putih salju melintas.
"Ayo Yuki, sudah saatnya. Ucapkan dengan serius." kakek menyuruhku.
"Baiklah kek." jawabku. Lalu aku pun menghunuskan pedangku dan menutup mataku.
"Aku ingin menjadi 'Penjelajah' yang hebat suatu saat nanti untuk melindungi semua orang"

Tiba-tiba sesuatu berbisik sesaat setelah aku mengucapkannya.
"Kau bisa. Kau lah orangnya. Kau lah yang terpilih. Jelajahilah!" suara itu berkata padaku cukup keras.

"Hah!" teriakku.
"Ada apa Yuki?" tanya kakek sambil memegang kedua bahuku. Aku yang kaget lalu menghela nafasku yang terengah-engah.
"Emh. Tadi ada suara yang berbisik padaku kek. Diakhir dia berkata cukup keras kek." jawabku.
"Ha? Hanya perasaanmu saja mungkin?" tanya kakek.
"Tidak kek, aku serius. Benar-benar ada tadi." balasku dengan sedikit berteriak.

Lalu kakek memalingkan wajahnya ke langit dan berkata
"Apapun bisa terjadi di dunia ini, Yuki. Apapun. Apa saja bisa. Percayailah dengan apa yang kau dengar tadi. Daerah ini dikenal dengan berbagai keajaibannya. Mungkin sesuatu yang besar datang padamu." kakek berbicara cukup panjang. Aku hanya dapat terdiam lalu kembali menatap langit. Kumasukkan pedangku ke sarungnya. Lalu kulihat hujan meteor itu telah usai.

"Yuki, indah bukan tadi?" tanya kakek.
Aku sedikit bingung, kenapa kakek mengajakku kesini, mengapa kakek menyuruhku mengucapkan impianku, mengapa kakek tidak bertanya, mengapa dan mengapa. Banyak sekali pertanyaan yang berputar di kepalaku. Kujawab kakek dengan singkat "Iya kek."

"Hahaha, sesuatu yang seperti ini kan tidak terjadi setiap hari kan?" kakek tertawa dan menepuk punggungku.
"Ayo pulang." ajak kakek.
Aku pun mengangguk dan berjalan dengannya. Sebelum melewati jembatan Harapan aku berbalik dan melihat ke langit tadi. Kulihat sesuatu terbang ke atas dengan cepat. Namun terlalu jauh untuk kumengerti.
"Mungkin hanya perasaanku." ucapku lirih.
"Haaaafuuuhh... Langit malam ini sangat indah.." ucapku sambil menghela nafas.

Udara semakin dingin. Aku dan kakek pun kembali ke rumah.

HOSHIZORA
Langit berbintang
Ketika secercah harapan
Terucapkan


***

Hai hai blue('・ω・') disini buat yang punya pertanyaan, "Kok naganya ilang?" "Alurnya mundur ya?" "Salah naruh part?" jadi disini part flesbek ya... Tau sendiri kan apa itu flesbek (ituloh part kalian inget-inget kenangan ama mantan :'v)

Itu aja dulu, makasih yang udah baca ampe sini, part habis ini bakal lebih seru lagi. Oke ikuti terus petualangan Yuki dan sahabat, sahabatnya ya... Sampai jumpa lagi ( ・ิω・ิ)b

PenjelajahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang