Lembah Katak

42 4 0
                                    

Sudah 3 jam sejak kami meninggalkan ibukota Voreia, terus berlari bersama kuda kami. Terus berlari melewati hutan, padang sabana, dan menyebrang sungai kecil. Terasa cukup lelah, kemudian kami memutuskan untuk istirahat sejenak di sebuah pohon beringin besar, bahkan tingginya mungkin mencapai 40 meter.

Aku membuka tas, mengambil perbekalan, lalu makan bersama Jin yang sedang bersandar di pohon besar itu. Aku hanya duduk duduk diatas tanah yang lembab, "Jin, apa masih lama menuju hutan Elf?"

Kemudian Jin merogoh isi tasnya, mengambil peta dan menggelarnya di atas tanah, "Kemungkinan sekarang kita disini." Jin menunjuk peta itu, Jin memang pandai membaca peta, "Jadi menuju desa Elf mungkin masih 1 hari lagi kalau kita ngebut dan lewat jalur ini. Jadi ini pasti akan lama."

Aku tak begitu tahu, ternyata cukup jauh juga menuju hutan Elf, "Kita mau mampir ke desa atau bermalam di jalan?" Tanya Jin, "Kalau mampir ke desa, arahnya sedikit melenceng dari jalur tercepat menuju desa Elf, memang jalannya tidak terlalu sulit untuk ke desa terdekat. Kebanyakan orang mengambil jalur ini daripada mengambil jalur tercepat yang cukup sulit dilewati. Tapi ya, itu akan memerlukan waktu lebih lama lagi." Ia menjelaskannya sambil menunjuk-nunjuk peta itu.

Terlalu lama, tak ada pula alasan kami untuk mengambil jalan memutar, jadi kami putuskan untuk tetap berada pada jalur tercepat. Sepuluh menit kemudian setelah kami berkemas kembali, kami melanjutkan perjalanan.

Pohon beringin ini berada di tepian hutan, kami melanjutkan perjalanan melewati sabana, tidak masuk ke hutan. Jadi sebenarnya kami dari tadi seperti memutari tepian hutan saja. Sabana satu dan lainnya hanya dipisahkan oleh sungai kecil tadi.

Hingga matahari mulai terlihat miring dan memerah, kami sudah berada di ujung hutan lainnya. Aku memutuskan agar perjalanan tetap dilakukan hingga nanti malam. Sampai sekitar pukul 8 malam, kami menemukan tempat yang pas untuk bermalam. Jin mengikat kedua kuda kami di pohon, dan aku menyalakan api unggun. Kemudian mengambil perbekalan kami dan memakannya dengan hangatnya rambatan panas api unggun itu.

"Jin, bisa kita lihat sudah dimana kita?"

Jin mengambil petanya yang berwarna dasar coklat itu, kemudian mengamatinya, "Sebentar, mari kita lihat," Kemudian dia bergumam, "Kita disini, dari tadi kita hanya memutari hutan disana." Jin menunjuk ke arah hutan yang telah kami selesai putari tadi sore, "Perjalanan kita besok pagi mungkin sedikit sulit, ada lembah dihadapan kita dan lembah itu langsung terhubung ke bagian timur laut hutan Elf, kebanyakan orang lewat utara, melewati desa yang kusebutkan tadi. Jadi ya, mungkin disana medannya sangat terjal." Aku mengangguk mendengar penjelasannya.

"Yasudah, kita bergantian tidur. Aku jaga duluan ya, nanti kau kubangunkan." Jin mengangguk, lalu beranjak tidur. Di atas rerumputan yang kering.

Malam hari terlihat begitu indah dari sini. Cahaya bintang terlihat bersahut-sahutan seperti berbicara satu sama lain. Sangat tenang, hanya suara serangga-serangga malam yang mengisi keheningan malam ini. Sangat tenang, lembut, hembusan angin terasa seperti itu, "Ah.. Jadi ini ya sisi lembut dari gelapnya malam."

Bulan terlihat bulat, besar, permukaannya memancarkan cahaya yang sangat indah. Biru, bulan terlihat sangat indah dengan dirinya yang berwarna biru muda terang, menyala di kegelapan langit. Diriku menatap langit berjam-jam sambil sesekali memikirkan berbagai hal yang telah terjadi sebelumnya. Sampai dalam pikiran bahwa entah apa lagi yang akan terjadi esok hari.

***

Pagi hari sekali, kami sudah bersiap lagi untuk melanjutkan perjalanan kami menuju Hutan Elf, dalam hitungan jam kami akan mencapai hutan itu.

Jin mulai melepaskan ikatan kudanya pada batang pohon, diikuti olehku, mengelus kepala kudaku lembut, ia membalas dengan dengusan khas kuda. Aku suka sekali kuda putih yang satu ini, dia penurut, juga seperti tahu apa yang aku pikirkan, dia selalu siap dan tak melawan ketika aku mau menaikinya, "Kau mau ku namai siapa ya?"

PenjelajahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang