Latihan

53 8 10
                                    

Pagi hari memang saat yang paling enak untuk olahraga, seperti hari ini. Aku dan Jin sengaja bangun lebih pagi dari biasana untuk meregangkan badan sembari berkeliling kota. Udara yang masih sangat segar dan juga embun pagi yang halus-halus meraba kulitku, terasa sangat nyaman. Walaupun agak dingin, namun tetap menyegarkan.

Melihat-lihat keadaan kota yang mulai menunjukkan kehidupannya, dengan para pedagang yang terlihat mulai berlalulalang, kami berlari diantaranya dengan nafas yang terlihat mengembun Karena dinginnya udara.

Tak terasa sang mentari mulai menampakkan dirinya utuh, saat kami tengah duduk di bangku keramik ditemani gemericik birunya air mancur di hadapan kami. Orang-orang pun juga sudah mulai banyak terlihat dengan kesibukannya masing-masing, “Yuki..” Jin memulai pembicaraan.

“Ya kenapa?” jawabku singkat dengan mata yang terpaku pada gemercik air mancur.

“Bagaimana kalau kita berangkat ke hutan elf besok pagi?”

Kemudian aku teringat kalau memang kami harus segera pergi ke desa elf, aku juga teringat dengan gadis berjubah tadi malam. Uraian rambut pirangnya dan manik mata hijau terangnya seketika terbayang di pikiranku, “Emmm… Boleh juga. Lagipula kita kan tak bisa berlama-lama disini. Kau ingat dengan pria sok sopan di penginapan tempo hari?”

“Ya… Hahaha… Mengesalkan sekali ya tawanya, cengirnya.” Jin berbicara dengan nada yang sedikit meninggi. Mungkin saja dia teringat dengan kejadian tempo hari saat kami diserang di Inn. Untung saja kami masih bisa melawan dan membuatnya pergi.

“Kalau kita berlama-lama, pasti musuh kita akan bergerak lebih leluasa lagi.” Perkataanku terhenti sejenak, lalu aku berdiri, menepuk-nepuk kedua tanganku yang basah karena mengelap pegangan bangku, “Karena itulah, kita harus bergegas, Jin.”

***

Kumanfaatkan waktu ini untuk latihan, di tepi sungai, kuperbaiki teknik teknik berpedangku, juga cara agar aku dapat berkomunikasi dengan crystal lebih baik lagi. Syut. Terdengar suara ayunan pedang es ku yang menyayat udara. Sesekali diriku memajamkan mata,untuk memfokuskan diri, dan juga sambil mencari cara agar aku dan Kristall dapat berkomunikasi lebih baik lagi.

Jin juga terlihat sedang melatih dirinya, kupikir mungkin kekuatannya. Kulihat dari tempatku sekarang, sekitar 30 meter, Jin sedang mencoba mengangkat-angkat batuan sungai yang cukup besar, juga sesekali mengayunkan pedang dan mengambil posisi bertahan dengan tamengnya. Mukanya terlihat serius sekali walau dari kejauhan.

Nafasku mulai terengah, pedang di tangan kananku, kutancapkan ke tanah cukup dalam. Kemudian aku merebahkan diri di bawah pohon apel yang cukup rindang. Jin masih terlihat dengan kegiatannya sama seperti tadi. Staminanya luar biasa, aku saja sudah mulai ngos-ngosan begini.

Dengan bersandar kedua telapak tanganku, kutatap langit dengan awan putih yang punya berbagai macam bentuk, saat ku bayangkan sesuatu, awan itu kemudian berbentuk sesuai dengan apa yang ada di pikiranku, imajinasiku memang hebat, kupikir. Tapi lama kelamaan, setiap benda yang ku bayangkan selalu terbentuk pada awan di langit biru itu. Sampai suatu ketika aku mulai menguap, dan mentup mataku, “Halooo” suara kecil yang familiar itu tiba-tiba membuatku kaget tersentak, membuat mataku membuka lagi.

“Santai  saja, Yuki. Ini aku. Apa kau rindu padaku?” Tak asing memang suara itu bagiku, Kristall, ya pasti dia. Sangat familiar, “Bagus, Yuki. Kau telah masuk ke tahap selanjutnya dari komunikasi kita. Sekarang cobalah untuk tetap tenang. Sekarang kau sedang berada pada gelombang otak yang cukup rendah, tidak tidur, namun juga tidak bangun, mari kita lihat seberapa lama kau akan bertahan di tahap gelombang otak ini. Selama itu aku akan bercerita untukmu.” Dengan perkataannya yang seperti itu, aku pun hanya menurut saja dan berusaha tetap tenang dengan mataku yang sesekali kubuka, melihat langit biru dengan gumpalan awan putih tadi.

“Yuki, kutahu kalau kau dan Jin akan pergi ke hutan para Elf. Jadi akan kuceritakan sedikit mengenai hutan itu, dan para Elf jika masih sempat.” Suara itu tetap terdengar, aku hanya diam saja mendengarkan, takut bila konsentrasiku goyah, maka ini akan berakhir.

“Yap, Elf. Mereka adalah bangsa yang sedikit menutup diri dari pengaruh luar, bisa dibilang kalau jumlah Penjelajah dari bangsa mereka memang tak sebanyak bangsa-bangsa lain seperti manusia atau titan pada umumnya. Oleh karenanya, mereka sedikit menutup diri dari jangkauan dunia luar dengan tetap tinggal di dalam hutan milik mereka, hutan ini bukanlah hutan yang biasa, tak seperti hutan pada umumnya yang bisa kau tembus seenaknya, hutan ini telah diberi sihir oleh mereka, jadi mereka tetap dapat terlindung dari gangguan luar.”

“Yah walaupun, ini bukanlah sihir yang terlalu berbahaya, Karena memang tak bisa dipungkiri, hubungan dengan dunia luar memang sangat penting. Mereka juga memerlukan suplai makanan dari daerah luar mereka. Jadi para pedagang pada umumnya tetap dapat masuk dengan izin dari penjaga hutan Elf ini. Namun bila terdeteksi adanya orang jahat, pasukan elf dapat dengan cepat menggunakan sihir mereka di hutan ini dengan sangat cepat dan efisien. Karena itulah, tingkat kejahatan pada bangsa elf sangatlah kecil.”

“Oiya, bangsa elf juga punya petarung-petarung yang handal, dari menggunakan sihir, sampai menggunakan senjata. Dan juga kau tahu? Umur  satu orang elf dewasa, bisa dikalkulasikan dengan umur 5 orang dari bangsa manusia. Jadi elf yang sekarang kau lihat, mungkin saja dia saat kakek buyutmu baru lahir. Hahahaha.. Menakjubkan bukan bangsa mereka?”

“Dan juga perlu kau ketahui, suatu saat kau pasti akan bertemu dengan seorang elf petarung dari bangsa mereka. Pasti. Aku yakin itu, Yuki.” Perkataannya terhenti, terdengar suara sruputan dari minuman, karena dia Crystal, itu pasti teh.

“Mungkin itu saja dulu, Yuki. Sudah cukup bagus kau dapat bertahan sampai sini, namun kau perlu meningkatkannya lagi, agar kita tetap dapat berkomunikasi dalam keadaan dirimu yang sepenuhnya sadar.” Suaranya terdengar cukup serius namun terbayang raut wajahnya yang tersenyum, “Baiklah, sampai jumpa.”

***

Malam hari di penginapan, kami sibuk dengan pedang kami masing-masing, JIn juga sibuk dengan tamengnya, memoles pedang kami masing-masing. Sampai terlihata cerminan wajah di bilah pedang itu, “Oi, Yuki.” Seperti biasa, Jin memang suka memulai pembicaraan. Lalu kutatap Jin, membalasnya dengan kode alis mataku yang kuangkat.

“Langsung saja ya besok pagi, setelah kita siap-siap, kita ke hutan elf.”

“Oh iya pasti. Tak usah lama-lama.” Aku berhenti sejenak, kemudian kuteruskan, “Tapi, enak juga ya disini, apapun ada disini.” Ujarku.

“Ah.. Itu, benar sekali. Tau tidak? Tadi sore aku beli ini.” Jin menyodorkan sebuah cincin, “Tak sengaja kulihat tadi di pasar saat aku lewat. Katanya sih dapat meningkatkan mana dalam diri kita.” Jelasnya dengan wajahnya yang ia hadapkan pada cincin hijau itu.

“Mungkin saja sih, yang seperti itu kan banyak. Yasudah coba saja lah.” Kusandarkan pedangku di sebelah lemari, lalu  aku mulai berbicara masalah hal yang tadi disampaikan Crystal padaku. Malam itu, pembicaraan kami hanya tentang para Elf dan hutannya. Sampai cukup larut, dan burung hantu mulai berkuak. Kami pun tertidur.

***

“Pedang”

“Sudah.”

“Tas.”

“Sudah.”

“Semua sudah?”

“Mungkin memang hanya ini yang kita bawa.” Aku menunjuk tumpukan barang dihadapan kami.

“Oke mari berangkat.” Kami pun keluar dari kamar, mengarah pada tempat penitipan kuda, seperti biasa, aku menaiki kuda berwarna putih.

Dengan semua persiapan ini, dan sang mentari pun mulai menyapa kami dengan sinar lembutnya di langit timur yang masih berwarna oren, kami kembali melanjutkan perjalanan “Perjalanan selanjutnya, Hutan Elf!”

***

Halo halo… Blue disini >w<)/
Maaf yaa kalo udah lama gak update. Soalnya  ujian sih ehe… Tapi ini udah selese jadi langsung update deh… yeeeyy…

Oke ikutin terus kelanjutan ceritanya si Yuki ini ya sama si Jin tuh, yang lagi muter muter pake kudanya.
See you next chapter!

Snow_Blue84

7 Desember 2017

PenjelajahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang