Lentera Merah

68 7 7
                                    

Mataku dan mata sahabatku terbelalak, terpukau melihat kemegahan ibukota Voreia, Asgard. Baru saja kami sampai di gerbang pintu masuk kota, sudah sangat jelas kemegahannya. Pintu gerbang yang menjulang setinggi terbangnya burung pipit, sudah mulai terlihat sejak jarak kami masih jauh dari tempat itu. Terlihat pula beberapa penjaga yang siap siaga memegang tombak dan pedang sembari mengecek orang-orang yang ingin melewati pintu gerbang berwarna biru secerah kristal itu.

“Selamat siang, bisa kalian tunjukan identitas kalian?” Tanya seorang penjaga dengan tombak di tangannya. Kami pun turun dari kuda.

“Siang, ini.” Kuberikan kartu guild kami, lalu dia mengamati dan membacanya sejenak, kemudian mendengak ke arahku yang sedang mengelus kudaku.

“Hmm… Ada urusan apa kalian kemari?” Tanyanya dengan alis terangkat. Jin menjawabnya kemudian kami diperbolehkan masuk ke dalam kota.

Kami mencari GUILD di kota ini kemudian menitipkan kuda kami. Jin yang sedang membenarkan posisi celananya kemudian mengajakku ke suatu  tempat, “Ayo, Yuki. Kita ke suatu tempat.”

“Eh? Kemana?” Mulutku berbicara sembari otot-otot tanganku yang kulemaskan,

“Kita cari informasi.” Kata Jin singkat, kemudian dia meneruskan, “Di perpustakaan.”

***

Baru kuingat kalau tadi pagi setelah bangun, aku langsung mengambil buku peninggalan kakek. Membolak-baliknya sambil mencari informasi penting di dalamnya untuk kami saat ini. Kemudian Jin datang dari luar dan mengajakku untuk bergegas pergi melanjutkan perjalanan. Dan sekarang, kami disini. Di dalam perpustakaan kota dengan tumpukan buku di sana sini.

“KENAPA DI PERPUSTAKAAN!!!” Teriakku. Kulihat Jin sedang asyik membolak-balik lembaran buku itu.

Jin menaruh jari telunjuk di bibirnya, “Sssttt… Jangan berisik. Ini perpustakaan tahu.” Bisiknya.

Kubalas bisikannya dengan omongan lirih pula, “Iya tapi kenapa disini?”

“Kita harus mencari informasi sebanyak-banyaknya. Barangkali kita bisa mendapatkan informasi yang bagus untuk mempermudah perjalanan kita.” Jawabnya dengan telunjuknya yang mengurut judul-judul buku di raknya.

Kuputuskan untuk duduk dan membaca buku kakek di sebuah meja. Saat aku sedang terpaku dengan bacaanku, Jin datang dan duduk di depanku, menunjukkan sebuah buku yang telah ia buka pada suatu bagian, “Lihat ini, Yuki. Di sekitar sini, yang paling dekat adalah hutan para elf. Memang bangsa elf tidak terlalu suka pergi keluar dari hutan mereka. Namun, ada kemungkinan pula kan seorang Guardian ada disana? Bagaimana?”

Kututup buku yang kubaca sejak tadi membuat suara yang cukup keras Karena tebalnya buku itu, “Baiklah kita pergi ke hutan Elf dulu. Mungkin saja  disana ada Guardian juga. Ayo kita keluar.”

Kemudian Jin berdiri, “Oke.” Lalu pergi ke antara rak-rak buku untuk mengembalikan bukunya. Kemudian kami beranjak dari meja tadi, saat kami sampai di tempat penjaga perpustakaan, Jin menemui penjaga perpustakaan itu dan berbicara sesuatu. Kemudian penjaga perpustakaan memberikan secarik kertas berwarna kecoklatan pada Jin.
“Apaan tuh?” Tanyaku sambil berjalan keluar.

“Oh ini? Peta Gaia. Siapa tahu bakal berguna nantinya. Hahaha. Kan repot kalau nanti kita tersesat.” Jin membalas dengan tawa khasnya.

Lalu aku menunjuk kertas yang ada di tangan kanan Jin, “Coba lihat.” Perjalanan dari peerpustakaan itu dipenuhi dengan obrolan mengenai peta Gaia di tangan kami.

Dari dalam perpustakaan memang tidak terlalu terlihat cahaya mataharinya, sampai-sampai kami tak sadar bahwa hari sudah mulai malam saat kami berjalan. Warga kota terlihat sedang berkumpul di alun-alun kota Asgard dan membawa benda berbentuk kubus berwarna merah. Terlihat pula seorang pria yang berpakaian rapi seperti bangsawan sedang berteriak kesana kemari.

PenjelajahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang